17. Puzzle

188 16 2
                                    

Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.

Cerita ini murni ide saya.

Fanfic, Drama, Humor, Hurt, Family, Angsat?, Elementals Siblings.

.

.

.

HAPPY READING!

===

Saat sudah memutuskan untuk berlari, maka Taufan harus menerima segala konsekuensinya, Taufan tahu jika memutuskan untuk berlari maka dia harus siap melepaskan banyak hal.

Perlahan dia harus merenggangkan genggamannya pada orang yang dia sayangi, juga meninggalkan rumah yang penuh dengan kehangatan dan kenyamanan.

Maka, walau pun berat Taufan sudah meneguhkan hatinya untuk itu, keputusannya tidak akan goyah.

Dan hari ini rasanya sangat mendebarkan, Taufan tidak menyangka bahwa keinginannya untuk berlari sebentar lagi akan terwujud dan Taufan tak bisa untuk berhenti tersenyum sepanjang sore ini.

Tangannya menggenggam erat koper, suara bising stasiun memenuhi pendengarannya.

Taufan menyapu pandangannya, sekitar beberapa menit dia menunggu kereta yang akan membawanya pergi telah berhenti sempurna di rel stasiun.

Dua minggu kedepan dia akan jauh dari rumah, dan dua minggu kedepan akan ada banyak pengalaman baru yang Taufan dapatkan. Pastinya.

Ekor sudut netranya Taufan melirik Halilintar yang tidak memberikan ekspresi apapun di wajahnya, sayangnya dia belum sempat meminta maaf pada kakaknya, hal itu membuatnya sedikit resah.

"Abang," panggil Gempa, Taufan menoleh dengan senyuman yang mengembang.

"Hati-hati ya, jaga kesehatan selama disana." pesan Gempa, Taufan mengangguk.

"Tenang aja Gem, gue juga bakalan sering-sering kabarin kalian kok. Kalau gue pulang, nanti gue bakalan sekalian bujuk Ayah juga supaya dia juga mau ikut pulang."

"Ngga bakalan mau, dia kan nggak inget udah ninggalin anaknya disini," celetuk Blaze menyinyir.

"Blaze!" satu teguran berasal dari Gempa, Blaze langsung diam.

"Abang disana lama?" tanya Thorn, wajah anak itu terlihat muram tak rela melepaskan Taufan.

Melihat ekspresi Thorn yang menurutnya menggemaskan, Taufan mendaratkan satu tangannya diatas kepala adiknya lantas mengusapnya pelan disertai senyuman.

"Cuma dua minggu kok, kalau udah selesai ngurus-ngurus disana abang pulang dulu." Thorn mengangguk paham setelah Taufan menjelaskan.

Ice merangkul bahu Thorn, menenangkan bocah itu agar berhenti merengek sedih.

"Blaze, gue titip Wati ya. Jagain dia dengan baik, kasih makan sehari tiga kali, jangan lupa mandiin juga, rawat bulunya biar tetap bersih, jangan lupa juga—"

"Iya, iya gue tahu, lo udah catet semuanya dibuku. Pokoknya gue bakalan jagain Wati dengan baik seperti gue jagain Udin, jadi lo ngga perlu khawatir bang."

"Sip! Gue tahu lo bisa di andelin. Oh! Satu lagi, gue ngga tulis itu dibuku."

"Apa?"

Taufan mendekatkan wajahnya, lantas membisikan sesuatu dengan ekor mata yang melirik tajam pada Solar. Mendengar bisikan Taufan, Blaze mengangguk paham.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang