16. Puzzle

288 37 4
                                    

Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.

Cerita ini murni ide saya.

Fanfic, Drama, Humor, Hurt, Family, Angsat?, Elementals Siblings.

.

.

.

HAPPY READING!

===

Sebelumnya Taufan tak pernah secanggung ini berada di dekat Halilintar, biasanya dia akan menjadi sosok yang paling menyebalkan, terus mengoceh membicarakan apa saja yang terlintas dalam benaknya jika berada didekat Halilintar.

Namun kali ini berbeda, Taufan hanya diam memperhatikan Halilintar yang tengah sibuk mencari sesuatu, sedangkan dirinya hanya diminta untuk duduk saja.

Setelah menemukan sebuah kotak obat Halilintar menghampiri Taufan, menyodorkan kotak obat itu pada Taufan.

Dan kata yang keluar dari Halilintar selanjutnya membuat Taufan sedikit cengang dan kesal dibuatnya.

"Obati sendiri" katanya.

Taufan mengira Halilintar akan berbaik hati sedikit memberikan perhatian padanya untuk mengobati lukanya. Namun nyatanya Taufan terlalu berharap, ya memang begitulah Halilintar.

Dengan gerakan canggung Taufan menerima kotak obat itu, kemudian mulai mengobati lukanya sendiri dibagian wajah lewat pantulan cermin. Sedangkan Halilintar hanya mengawasi di soffa lain.

Taufan membereskan kotak obat setelah selesai, mengembalikan kembali kotak obat itu di tempat sebelumnya.

Beberapa saat hanya keheningan yang menyertai keduanya, baik Halilintar maupun Taufan tidak ada yang ingin mengalah untuk mengusir kesenyapan ini.

Sampai kemudian Halilintar bangkit dari posisinya, berniat ingin menuju ke kamar karena rasa lelah dan kantuk yang datang bersamaan sebelum Taufan mencegah langkah pemuda yang lebih tua darinya sepuluh menit itu.

"Abang," panggil Taufan sedikit canggung.

Halilintar menoleh tanpa kata, namun dari tatapannya meminta Taufan untuk melanjutkan kalimatnya. "Gue—mau ngomong." Katanya dengan gugup.

Satu alis Halilintar terangkat. "Gue mau minta ma—"

Halilintar memalingkan wajahnya cepat. "Besok aja ngomongnya, gue udah ngantuk." satu kalimat membuat Taufan bungkam dan mengurungkan niatnya, pemuda itu menunduk dalam dengan perasaan bersalah yang semangkin hinggap dihatinya.

Netra Taufan kemudian terangkat, memperhatikan punggung Halilintar dari belakang yang mulai memasuki kamar.

Taufan rasa, dia memang sudah keterlaluan pada Halilintar.

===

Halilintar hanya merenung disamping tempat tidurnya yang terlihat rapi, setelah meninggalkan Taufan dibawah.

Bukan maksud Halilintar tidak menghargai adiknya, dia tahu kata apa yang akan Taufan ucapkan padanya, karna itu lebih baik Halilintar segera pergi dari sana.

Halilintar hanya bingung harus merespon apa, Halilintar tidak merasa marah pada Taufan tentang ucapannya atau apapun yang terjadi tempo hari, karena memang Taufan tidak salah dan tak seharusnya juga dia meminta maaf padanya.

Sampai suara kenop memutar disusul denyit pintu terbuka yang mampu menarik kembali kesadaran Halilintar dari lamunannya.

Dengan gerakan cepat Halilintar segera membaringkan tubuhnya menghadap tembok, menarik selimutnya hingga sebatas bahu lantas memejamkan matanya.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang