Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.
Cerita ini murni ide saya.
Fanfic, Drama, Humor, Hurt, Family, Angsat?, Elementals Siblings.
.
.
.
HAPPY READING!
===
Blaze heran, terkadang mimpinya bisa menjadi nyata.
Semalam dia bermimpi Halilintar jatuh dari tangga hingga kakinya terkilir. Dan sekarang dia harus mendengarkan penjelasan panjang dari dokter yang menangani kakaknya bahwa kaki kanan Halilintar cedera, tidak parah, hanya saja pastinya akan sulit jika digerakan.
Benarkan, mimpinya menjadi kenyataan? Hanya saja proses kejadiannya berbeda.
Diam-diam Blaze merutuki mimpinya sendiri, lagi pula kenapa bisa dia bermimpi seperti itu?
"Alhamdulillah bang Hali masih hidup!" itulah kalimat sapaan saat Halilintar membuka netranya.
Sebuah pukulan mendarat di lengan Blaze membuatnya mengaduh, mengusap bagian tubuhnya yang teraniaya oleh Ice.
Halilintar mengerjap beberapa kali, pandangannya menemukan Ice dan Blaze yang berdiri dimasing-masing sisi brankarnya. Lantas dengan sedikit bantuan dari kedua adiknya, Halilintar berhasil merubah posisinya menjadi duduk.
Ringisan kecil keluar dari bibir pucat pemuda itu saat merasakan pergelangan kaki kanannya terasa sakit, lantas pandangan netra merah ruby miliknya menyapu sekeliling dengan bingung, bergantian menatap Blaze dan Ice.
Dia berdecak pelan menyadari jika sekarang dirinya berada dirumah sakit, mencoba mengingat kejadian terakhir apa yang menimpanya sampai harus berakhir ditempat ini.
Ingatannya meremang mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, kejadian yang terlalu cepat untuk ditangkap dalam ingatannya, Halilintar tidak bisa menjelaskan secara detail. Dia hanya ingat saat sebuah motor melaju cepat dan menubruk nya dari arah kiri di perempatan lampu merah.
"Abang! Abang! Lo inget gue kan?"
Ice kembali menabok Blaze karna geram dengan pertanyaan kakaknya. "Lo nanya apaan sih?"
"Gue mau memastikan abang kita nggak hilang ingatan karna kecelakaan ini, lo ngga liat mukanya tadi pas bangun? Kaya orang linglung." bisiknya masih dapat didengar.
Ice memutar netranya jengah usai Blaze menjelaskan.
Halilintar memejam, memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Hal itu membuat Blaze semangkin panik, takut-takut jika tebakannya malah ikut menjadi kenyataan seperti mimpinya. Amit-amit.
"Abang?"
Blaze dan Ice menukar pandangan saat Halilintar tak kunjung merespon dan terus memegangi kepalanya.
"Abang!"
Halilintar berdecak, kini giliran telinganya yang sakit karna Blaze berteriak tepat di indra pendengarannya. "Gue ngga papa, ngga usah teriak!"
"Inget gue kan?"
"Lo nanya apaan sih?"
"Jawab aja, gue siapa?"
Memutar netranya kesal pemuda itu menjawab dengan malas. "Blaze."
"Waduh, syukur deh berarti ngga hilang ingatan." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle
FanfictionSebuah kisah mengenai kepingan Puzzle Hancur namun dapat kembali disusun. Namun saat satu keping puzzle hilang, akan kah gambar yang indah itu kembali utuh? "Menurutmu apa definisi bahagia itu?"