Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.
Cerita ini murni ide saya.
Fanfic, Drama, Humor, Hurt, Family, Angsat?, Elementals Siblings.
.
.
.
HAPPY READING!
===
Ice meletakan kepalanya diantara lipatan kedua tangan diatas meja, netranya terpejam dengan mulut mengeluarkan ringisan kecil.
Beberapa hari terakhir ini perutnya sering merasa sakit tiba-tiba, mual dan kepalanya sering kali pusing. Ice tahu ini mungkin salah satu efek obat diet yang sering dia konsumsi.
Ice ingin berhenti, jujur ini sama saja menyakiti tubuhnya jika berterusan, namun mengingat perjuangannya sejauh ini rasanya akan sia-sia jika berhenti sekarang tanpa menghasilkan perubahan apapun pada dirinya.
Dia masih belum segesit Blaze atau sekurus Taufan. Dia belum bisa mencapai keinginannya.
Satu tangannya beralih memegang perut, menekan dan meremat berharap sakitnya akan segera reda. Jam pelajaran masih berlangsung dan tak mungkin juga Ice izin untuk ke UKS, pasti guru itu akan mengabari yang lain dan Ice tak suka dengan itu.
Ice menggigit bibirnya keras agak tak mengeluarkan ringisan sekecil apapun.
Dia hanya berharap sakit di perutnya akan segera hilang secepat mungkin sembari terus memejamkan matanya.
===
Jam sekolah telah habis beberapa menit yang lalu nyatanya tak membuat Taufan beranjak sedikitpun dari bangkunya, dia menompang wajahnya dengan satu tangan menghadap kearah luar jendela yang menampakan pemandangan luar sekolah.
Kelas sudah sepi meninggalkan dirinya sendirian, Taufan berniat untuk keluar disaat koridor sekolah sudah mulai sepi, tak perduli dengan Halilintar dan Gempa yang mungkin sudah menunggunya diparkiran.
Faiz sudah pulang, namun sial kata-katanya masih tetap membekas dipikiran Taufan.
Bingung.
Galau.
Mungkin itu yang cocok menggambarkan pikiran Taufan saat ini, haruskan dia menuruti saran dari Faiz? Ya, dia ingin sekali.
Namun menit berikutnya pikiran Taufan harusbuyar saat dering telpon mengacau, dua detik Taufan gunakan untuk membaca nama si penelpon sebelum jarinya dengan cepat menggeser icon berwarna hijau.
"Halo, assalamu'alaikum. Ayah?" sapa Taufan semangat, sudah lama dia tak mendapat panggilan dari orang yang dia sebut sebagai Ayah itu.
Suara dari sebrang balas menyapa lembut, menanyakan kabar untuk melepaskan rindu.
"Ayah kapan pulang sih? Kenapa kemarin nggak jadi pulang? Mau jadi bang Toyib ya Ayah, nggak pulang-pulang." sebal Taufan, kesal sendiri jika mengingat hal itu.
"Maaf, Ayah janji akan pulang liburan nanti. Kita liburan bareng gimana, mau?"
"Mau, tapi Upan nggak berharap deh, nanti Ayah ingkar lagi. Nyesek tahu." balas Taufan dengan nada bercanda, walau nyatanya ucapan itu memang benar adanya.
"Ayah minta maaf, Fan. Ayah benar-benar sibuk disini."
"Iya Upan ngerti, kalau gitu nggak perlu bikin janji-janji kaya gitu, yang penting Ayah jaga kesehatan aja disana, kita disini nggak papa." ucapnya menyakinkan Amato disana... juga dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle
FanfictionSebuah kisah mengenai kepingan Puzzle Hancur namun dapat kembali disusun. Namun saat satu keping puzzle hilang, akan kah gambar yang indah itu kembali utuh? "Menurutmu apa definisi bahagia itu?"