13. Puzzle

366 38 10
                                    

Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.

Cerita ini murni ide saya.

Fanfic, Drama, Humor, Hurt, Family, Angsat?, Elementals Siblings.

.

.

.

HAPPY READING!

===

Halilintar selalu berpikir, setelah kepergian sang Ibu maka dia yang memegang tanggung jawab penuh untuk menjaga dan mengurus semua adiknya disaat sang Ayah juga memilih abai dan sibuk dengan pekerjaannya.

Dan tak pernah sedikitpun terbesit dalam benaknya jika mengurus semua saudaranya adalah suatu hal yang merepotkan, ya Halilintar akui mereka semua memang sedikit menyebalkan, namun dibalik semua itu Halilintar senang. Dia senang setiap mereka merengek, bergantung dan merepotkannya juga menjadikan dirinya sebagai tempatnya kembali.

Dulu Halilintar selalu berpikir, sejauh manapun waktu berjalan Halilintar akan selalu menjadi sosok yang berperan penting bagi mereka. Secepat apapun waktu mendewasakan, mereka tetap akan menjadi adik kecil baginya.

Setidaknya itu yang dipikirkan sebelum Taufan merubah semuanya dengan mengatakan dengan lantang dan jelas bahwa perannya kini tidak lagi butuhkan dalam hidupnya.

Bukankah selama kurang lebih sepuluh tahun Halilintar sudah menjalankan tugasnya sebagai sosok yang paling tua dengan baik?

Namun ternyata dia salah, itu hanya pemikiran pribadinya.

Jika boleh jujur maka Halilintar akan mengakui bahwa dia kecewa mendengarnya, hati kecilnya sedikit teriris mendengar penuturan yang tak pernah dia sangka akan keluar dari mulut adik pertamanya.

Namun sepertinya Taufan terlalu emosi untuk menyadari perubahan raut wajah kecewa Halilintar sehingga terus memuntahkan seluruh amarah dan unek-uneknya.

"—jadi bisa nggak berhenti selalu ngatur hidup kita?!"

Netra ruby milik Halilintar bersitatap dengan si pemilik netra biru shapire yang tengah diliputi emosi. Halilintar memandang lekat pemuda yang dulu lebih kecil sepuluh centi darinya dan selalu merengek mengikuti kemana pun dia pergi entah sejak kapan telah sebesar ini.

Sejujurnya, Halilintar tentu saja akan menjadi orang yang bahagia karena dapat melihat pertumbuhan semua adiknya, melihat mereka semua tumbuh dewasa adalah suatu kebanggaan sendiri untuknya.

Walau dia memang gagal menjadi sosok panutan setidaknya dia menjadi saksi pertumbuhan mereka.

"Lo ngerasa gitu? Gue ngatur hidup kalian?" tanyanya pelan.

"Iya!" katanya tegas penuh penekanan. "Lo nggak sadar? Disini yang egois itu lo bukan gue!"

"Iya gue tahu kok, lo adalah orang yang sangat berjasa karna udah jaga dan rawat kami setelah Ibu meninggal dan... ya itu emang berat, gue juga tahu kalo adalah yang tertua disini, gue juga selalu hormati lo kan selama ini? Tapi kan keadaanya sekarang udah beda, kami semua udah dewasa dan bukan anak kecil lagi yang harus segalanya lo atur ini itu. Kenapa sih lo tuh pengin banget kami harus selalu nurutin apa yang omongin? Apalagi alasan lo itu klasik banget tahu nggak, basi! Demi kebaikan gue? Gue tahu apa yang terbaik buat gue sendiri!"

"Atau lo tuh nggak pengin ya kalo gue tuh bisa sukses dengan jalan gue sendiri? Karna lo tuh pengin kami disini selalu tunduk dan patuh karna jasa lo yang udah jaga dan rawat kami selama ini!" Taufan memuntahkan segala emosinya, bahunya naik turun dengan cepat meraup oksigen sebanyaknya setelah menjelaskan isi hatinya selama ini.

PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang