5 Meet You Again

6 0 0
                                    

"Disya kita udah sampai," Disya melirik keluar jendela, terlihat gedung bergaya modern dengan dua puluh lantai yang sudah penuh dengan hiasan dan karangan bunga bertuliskan "Selamat atas Hari Jadi Link TV", orang-orang pun sudah ramai menunggu di sisi red carpet untuk menyambut para undangan, setiap tahun ia pasti diundang oleh salah satu perusahaan yang membesarkan namanya ini dan suasananya semakin meriah dari tahun ke tahun, menandakan kemajuan perusahaan Link TV di tengah ketatnya persaingan. Setelah mobilnya berhenti tepat di depan red carpet, Disya melirik sebentar ada spion memastikan penampilannya sudah sempurna, lalu segera turun. Pandangannya ia tundukkan sebentar sebelum menyesuaikan diri dengan blitz kamera dari berbagai arah, walau terlampau silau ia masih menyapa para wartawan dengan penuh senyum dan sedikit berpose. Sebelum masuk ke tempat perhelatan, ia sempatkan diri untuk menjawab wawancara singkat dengan wartawan seputar acara yang ia hadiri dan sedikit menyisipkan promosi drama terbarunya.

"Disya!" Disya menghentikan langkahnya menemukan Mischa yang juga sudah hadir. Ia hanya menunggu Mischa yang pamit dari rekan artis lain lalu menghampirinya.

"Waw," itu adalah kata pertama yang Disya lontarkan saat Mischa telah berada tepat di hadapanya, melihat penampilan Mischa dengan gaun hitam berpunggung terbuka kontras dengan kulit putihnya, belum lagi make up yang terkesan berani, ia terlihat sangat dewasa.

"Lo berusaha menandingi umur Kak Kevan dengan penampilan begini ya?" ledek Disya yang mengundang kerucut di bibir merah gadis itu.

"Mana boleh gue kalah saing sama si Donat-Donat itu." Disya mengikuti arah pandang Mischa, tepat di sisi lain tempat mereka berdiri ia melihat Kevan—kekasih rahasia Mischa yang sedang duduk satu meja dengan seorang wanita dengan penampilan tak kalah berani, gaun berbelah dada rendah dengan warna merah terang dengan make up lebih berani lagi dari Mischa.

"Dih dibanding keliatan seksi jatuhnya kaya cabe-cabean tahu ga?" omel Mischa dan Disya setuju.

"Dia sengaja itu deket-deket Kevan, mana penampilan begitu lagi, mau godain Kevan itu, mana tu cowok senyam-senyum doang lagi, liat saja gue tinggalin ke Swiss mampus itu cowok."

"Lo mah suka ngancem balik kampung, lagian ya kan Dona lawan mainnya Kevan ya wajar satu meja kan?"

Omongan mereka terpotong saat terdengar celetukan tiba-tiba dari arah belakang telinga mereka, "Hi girls masih akur saja ini istri pertama sama kedua gue?" seketika Disya dan Mischa melangkah menjauh lalu menoleh.

"Kampret, ternyata lo Wa?" Dewa hanya memamerkan cengirannya menanggapi Mischa sedang Disya masih terpaku memperhatikan sosok yang telah lama tak pernah ia jumpa. Setekah bertahun-tahun baru kali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Tumben banget," celetuk Mischa sembari menatap penuh telisik pada Dewa, "Ada angin apa lo ke sini? Sudah lama banget gue ga lihat lo muncul di acara Link TV, tapi sekarang?"

Dewa tertawa kecil, "Ya mungkin mereka sudah nyabut blacklist gue."

Mischa balas dengan tawa cemooh, "Masih butuh duit dari lo juga Link TV? Udah kibarin bendera putih?"

"Mungkin." Disya hanya terdiam melihat interaksi antara Mischa dan Dewa, ada hal apa antara Dewa dan Link TV?

Lelaki itu sedikit menundukkan wajahnya ke hadapan Disya, gadis itu memundurkan wajahnya tertegun, wajah itu memperhatikannya seksama lalu tersenyum tengil, "Eh national little sister kita, sudah lama ga ketemu, hai ketemu lagi kita, penyihir kecil! Kok tambah kecil aja si lo," Disya memutar bola matanya, apes banget ketemu orang ini di sini. Yang Disya tahu berhubungan dengan Dewa tak akan berujung baik.

"Ah kangen gue sama panggilan sayang lo itu, panggil gue juga pakai panggilan kesayanyan lo itu dong," Mischa berlagak muntah mendengar rengekan Dewa, salah besar bila lelaki itu mencoba menggoda sahabatnya yang sepertinya sangat anti berhubungan dengan Dewa lagi, mungkin masih dendam atau trauma? Disya tetap dengan mode cool nya, hanya melirik Dewa sekilas lalu membuang pandangannya seolah tak menghiraukan bukan seolah sih tapi memang terang-terangan menghiraukan. Mischa hanya tertawa melihat cengiran Dewa yang kini bibirnya melengkun ke bawah, "Ga asyik banget lo Dis, sombong banget ini Best Artist, cabut ah gue."

Dua wanita itu hanya mengekori pergerakan Dewa yang masih lincah kesana-kemari sembari menyempatkan diri tebar pesona, "Noh liat noh kelakuan cowok lo," Disya menngalihkan tatapannya dari punggung Dewa, melempar tatapan jijik.

"Najis!"

***

"Liat deh kelakuan laki lo tu, nempel sana, nempel sini, kayanya dia perlu dibeliin salep biar ga gatel," Disya hanya mendengus malas karena sedari tadi mendengar ocehan Mischa yang masih belum puas menggodanya, sepertinya Mischa sedang mengalihkan kekesalannya setelah tadi melihat dengan kedua matanya, Kevan dan Dona menjadi pembaca nominasi bersama.

"Cemburu lo jelek banget deh Mis, mesti gue banget jadi pelampiasan lo?" Disya dapat melihat wajah merungut Mischa apalagi kalau melirik ke arah depan di mana Kevan sedang duduk dengan rekan-rekan satu filmnya. Gadis itu tampak menghela napas saat Dona mengalungkan jemarinya pada lengan Kevan.

"Udah dibilang go public aja," lagi-lagi makhluk astral hadir duduk di antara mereka, sukanya nyambung tiba-tiba.

"Please deh Wa, datang tuh pake notifikasi, jangan kaya gebetan datang baik-baik terus pergi tiba-tiba."

"Mana pergi waktu lagi sayang-sayangnya lagi," tambah Dewa sembari meneguk minumannya yang ditawari pelayan.

"Kelakuan lo itu," hardik Mischa sembari mengacungkan telunjuknya pada wajah tak berdosa Dewa yang kini masih tergelak.

"Udah paling bener lo sama disya saja Wa, paket lengkap, komplit ga perlu lo oleng sana-sini lagi, penggemar kalian juga pasti dukung penuh ga kaya gue sama Kevan," Dewa memasang wajah tengilnya menunjuk dirinya lalu Disya, "Kagak bakal cocok kita, lagian ga doyan bocil gue, gue demen yang gede-gede bukan yang mini-mini."

Disya memberikan tatapan sengit pada Dewa saat disebut mini, ia bukan mini hanya sedikit terkesan imut utuk seukuran wanita dewasa. Disya hanya menghembuskan napas melepas kesal, ia sudah berjanji untuk tidak akan lagi meladeni Dewa. Cukup sudah, ia tak mau terseret kontroversi kotor lelaki itu. Terakhir ia berinteraksi dengan Dewa ia mendapat banyak komentar negatif dari penggemar kekasih Dewa saat itu, gak akan lagi untuk sekarang. Apa lagi pemuda itu saat ini sedang dikabarkan dekat dengan Ranina.

"Lo kapan Dis, punya pacar? Mischa udah punya mantan dua, gue? Jangan ditanya, tapi kalo dipikir-pikir lagi penyihir kecil kaya lo bakal susah deh dilirik cowok," remeh Dewa dan lirikan mata tengilnya itu loh makin matang lah letupan-letupan kesal Disya. Kenapa lelaki itu semakin menyebalkan saja?

"Wah, jangan salah Wa, dia sekarang ada proyek sama Kak Rayyan, model-model Disya ini tipe dia banget ga sih?" tebak Mischa saat mencoba mengingat-ingat track record mantan-mantan Rayyan, semuanya rata-rata berusia muda, cantik yang terkesan natural, cerdas, anggun dan jauh dari kontroversi, Disya banget itu.

Sedang Dewa hanya mengangkat sebelah alisnya, Rayyan? "Lo ga tahu Wa? Ni bocah kan lagi proses syuting sama Rayyan salah satu masternya drama romantis, gue rasa pasti banyak adegan romantisnya sama dia, ya kan Dis?"

"Nghh, untuk adegan sih tergantung sutradaranya ntar mau gimana."

Dewa masih menatap Disya dengan tajam lalu melipat lengannya di dada, "Dih mau lo sama om-om pedo? Ga cocok lo sama dia," dumel Dewa dengan suara kecil namun tentu masih tertangkap oleh rungu Disya. Dapat Disya lihat cibiran kecil di bibir tipis Dewa, lalu Disya? Ya mencoba telan aja dulu ya gondoknya. 

Akhirnya dua tokoh utama ketemu...

Akhirnya dua tokoh utama ketemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arunika (Haechan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang