16 Alfin

3 0 0
                                        

Sehari setelah kejadian usaha penculikan Mischa, jumpa pers diadakan. Kevan mengumumkan hubungannya dengan Mischa dan menjelaskan rinci kejadian yang menimpa kekasihnya lengkap dengan motif pelaku. Orang-orang terpolarisasi dengan berita itu, pendukung sejati tentu tetap mendukung keduanya walau sempat kaget dengan pengakuan Kevan, masalahnya selama ini Kevan digadang-gadang memiliki hubungan romantis dengan lawan mainnya di drama yang baru saja bungkus sebulan lalu, dan isu itu tak pernah dibantah keduanya. Sedang sebagian lainnya tentu di kutub berlawanan menggunjing baik Mischa maupun Kevan menganggap mereka tak jauh dari artis haus kontroversi, bahkan tak sedikit yang ragu keaslian insiden yang meimpa Mischa, jangan-jangan juga bagaian gimmick.

"Sial sekarang gue dicap artis gimmick."

Disya yang baru kembali membawakan segelas air untuk Mischa membantu gadis itu untuk menuntaskan dahaganya, sembari mengelus punggung yang tebalut pakaian pasien itu hati-hati, karena teringat pelaku sempat memukul Mischa di sana. Disa cukup lega saat sejam lalu Mischa bangun dari pingsannya, dokter mengatakan Mischa sangat menakjubkan karena dapat sadar dari kejadian traumatis itu dengan keadaan baik-baik saja. Dan Disya sepakat, lihat saja gadis itu sudah bisa mengomel sembari streaming jumpa pers kekasihnya.

"Setidaknya ini salah satu cara Kevan buat jaga lo, dia seserius itu sama lo, bahkan berani bertaruh nama baik dia."

Mischa melempar tubuhnya pada sandaran tempat tidur, lalu menghela napas, "Bukan hal yang kaya gini yang gue mau," ia segera meralat ucapannya kala melihat tatapan sinis Disya, "Maksud gue, gue seneng, gue terharu ternyata Kevan juga benar-benar cinta sama gue, cuman gue juga jadi merasa ga enak, gue buat dia dirumorin jelek, selama ini citra dia kan cukup bagus selama diberitan sama si Donat."

Disya memilih kembali duduk pada sofa yang mendekati jendela melihat langit kosong, biru bersih tanpa awan, "Kerjaan kita emang kadang sick banget, sebegitunya mereka. ingin kita jadi sesuai ekspektasi mereka." Terlihat dari luarnya baik, kuat, kokoh, orang-orang berharap di dalamnya ada mutiara tanpa mereka tahu tak menutup kemungkinan hanya cangkang kosong.

***

Dewa menatap malas dua sejoli yang saling merangkul tak tahu tempat. Padahal sekitar setengah jam yang lalu mereka baru saja berdebat tapi lihat sekarang sikap mereka bisa berubah 180 derajat, benar-benar pasangan labil. Dewa berani bertaruh sepertinya hubungan mereka akan awet karena terasa tidak membosankan.

"Gue yang bosen lihat kalian, bentar-bentar berantem, bentar-bentar mesra labil banget lo pada."

Mischa yang masih berakting ringkih dalam dekapan Kevan menatap sinis, padahal tadi dia sudah bisa menghabiskan pizza 3 kotak sendirian. Kevan pun sama saja mau-mau saja meladeni manja gadis cablak itu.

"Au dah, puyeng gue."

"Tapi jadi gimana sekarang?" Kevan melirik Dewa kala mendapat pertanyaan dari Mischa, Dewa yang merasa orang luar yang tak berhak menjelaskan hanya mengangkat kedua bahunya, menyerahkan pada Kevan untuk menjelaskan.

"Pihak produksi sempat marah tapi kan kenyataannya aku ga pernah deal sama gimmick-gimmick ini, jadi ya mereka ga bisa berbuat lebih, toh aku sebenarnya kalau ga berlenihan ya bakal diam aja, tapi sekarang mereka mengeksploitasi chemistry aku dan Dona berlebihan apalagi ada insiden begini, aku gak bisa diem aja."

"Paling dihujat doang," celetuk Dewa yang mengundang lirikan sinis Kevan kali ini.

Mischa merengek karena tak ingin kekasihnya diperlakukan buruk, "Tenang, ga bakal sampai di blacklist kok."

"Anjir," gumam Dewa.

"Ngomong-ngomong Disya kemana?" tanya Kevan sembari melihat sekitar sadar tak mendengar suara cempreng gadis itu.

"Ah dia jemput Alvin," Kevan mengerutkan dahinya, Alfin yang itu kan?

"Oh Alfin udah selesai kuliahnya? Mereka tuh beneran pacaran ya?" Sebelum menjawab pertanyaan Kevan Mischa melirik keberadaan Dewa yang tengah menggulir ponselnya seolah tak peduli pada subjek yang sedang mereka bahas.

"Gak tahu ya dari dulu deket sih, deket banget malah, kalau pun iya cocok-cocok aja kok."

Dewa mendengkus, cocok katanya. Sial.

***

Diantara keramaian terminal kedatangan, Disya menjadi salah satunya yang menunggu keluarnya seseorang setelah mendapat kabar pesawat yang berangkat dari Kanada sudah mendarat dengan selamat. Kakinya tak henti membentuk ketukan menandakan rasa tak sabar, orang itu sudah sekitar dua tahun ini tak ia jumpai, karena ia yang meminta untuk tak disusul. Saat pintu otomatis terbuka dan memunculkan dua orang lelaki yang satu berkaos putih dengan jaket denim dan seorang lagi hanya berpakaian sederhana serba hitam.

Disya tersenyum sembari melambaikan tangan kala mereka bertatapan, dua lelaki itu berjalan cepat membelah kerumunan menuju Disya. Kala lelaki berkemeja flanel itu membuka lengannya yang Disya terima dengan gerak senada.

"Long time no see littlesweet."

"Miss you so bad."

"Selagi kalian temu kangen gue nyamperin mobil yang jemput kita ya." Lelaki yang masih mendekap Disya itu menoleh lalu mengangguk seraya tersenyum kikuk dapat ia lihat wajah mengejek lelaki yang bekerja padanya itu, perhatiannya teralihkan saat Disya meregangkan pelukan mereka.

"Gimana kabar kamu?"

Disya pandangi sebentar wajah penanya di depannya ia tersenyum kecil, tak banyak berubah, "Ya sibuk seperti biasanya, kamu juga pasti dalam waktu dekat pasti bakal dapat kesibukan." lelaki itu menarik ke dua alisnya mendekat.

Disya hanya tersenyum mengejek saat melihat wajah kebingungan lelaki itu—Alfin. Bukannya marah karena dijahili, lelaki itu malah tertawa melihat betapa menggemaskannya wanita di hadapannya ini.

"Aduh aku jangan dibebanin dulu deh mau healing." Disya memutar bola matanya, mentang-mentang baru wisuda healing dulu katanya, "Coba aja nolak Bang Rendra kalau bisa."

"Bang Rendra? Wah apa aku lanjut studi lagi aja ya." Disya mendelik kesal mendengar itu, "I hate when you left me alone." Alfin menelengkan kepalanya memberikan senyum teduh yang selalu bisa menyejukkan hati Disya, "Jangan marah  littlesweet, aku masih kangen."

Hello Alfin!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello Alfin!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arunika (Haechan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang