12 Perasaan Tersembunyi

1 0 0
                                    

Sedari tadi Disya hanya mengigiti bibirnya sambil membolak-balik lembaran naskah di hadapannya. Kening mengkerut serta matanya menajam tak memperdulikan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitanya, langit yang menggelap disertai petir pun tak berhasil menarik perhatiannya dari barisan kata pada naskah itu. Hatinya saat ini benar-benar gelisah, hari ini ia akan melakukan adegan yang menurutnya sangat sulit sepanjang sepak terjangnya di dunia akting selama ini, ini benar-benar yang tersulit, adegan romantis. Selama ini perannya tak jauh dari menjadi pemeran masa kecil tokoh utama, anak dari suatu keluarga dan kalaupun ada cerita romansa ya hanya romansa remaja, tak seperti yang tertulis di naskahnya ini, adegan romansa yang terkesan intim, tidak ini benar-benar intim. Oh God ia baru 19 tahun, dan belum pernah pacaran, sebagai artis ia memang seharusnya bisa melakukan peran apa saja, hanya saja ini cukup memalukan, tidak, ini benar-benar memalukan.

"Apa adegannya sesusah itu?" Disya meneguk ludahnya kasar kala melihat Rayyan yang kini berdiri menjulang di hadapannya.

"Kamu sudah persiapan apa aja?" Disya hanya menghela napas berat lalu mendorong tubuhnya lunglai pada sandaran kursi, sepertinya Rayyan paham kalau gadis itu baru saja membaca naskah untuk scene hari ini, dan sepertinya mengalami kesulitan?

"Kamu udah pernah kan dapat adegan romantis sama lawan main kamu terdahulu?"

"For your information drama yang aku ambil selalu berlabel ramah untuk anak-anak, Kak," ucap gadis itu dengan cengiran masam. Rayyan tergelak mendengarnya, ternyata ini kali pertama Disya mengambil peran dewasa.

"Kamu pernah jatuh cinta?" Disya memandang Rayyan dengan raut bingung, namun tetap menjawab juga dengan gelengan. Dengan kesibukannya yang seabrek-abrek apa mungkin ia sempat berkencan? Bisa menyelesaikan sekolahnya tepat waktu saja sudah patut disyukuri.

"Serius ga pernah?" melihat wajah Disya yang meragu, Rayyan menarik hipotesis baru.

"Apa pernah, tapi kamunya aja yang ga sadar?" Bola mata Disya bergerak pelan ke atas, lalu ia hanya mengangkat kedua bahunya ia tak punya jawaban untuk pertanyaan Rayyan.

Rayyan mengalihkan tatapannya pada tetesan hujan yang mulai turun dari jendela sembari terkekeh, "Aku kira kamu pernah punya hubungan dengan Dewa," Disya melotot, ini kalimat terhoror yang pernah ia dengar. Bila penggemarnya atau Mischa yang berucap ia mungkin bisa maklum pada mereka yang mudah termakan gosip tapi Rayyan? Apa rumor itu sudah menyebar di kalangan artis senior? 

"Kalian punya banyak pendukung, dan kalian tampak punya chemistry yang bagus, beberapa tahun lalu berita kalian kuat banget beredar jadi aku pernah dengar." Disya baru sadar, Rayyan ini masih satu circle dengan abang Tiara, pantas saja.

"Itu semua hanya rumor Kak, aku dan Dewa hanya kerja, lalu jadi teman, ga ada yang salah dengan itu kan? Toh interaksi kami aku rasa masih selayaknya teman," Rayyan mengangguk setuju.

"Habis chemistry kalian terlalu cocok untuk sekadar bermain peran, maaf ya kalau lo salah paham, gue memang kenal Tiara, tapi gue netral kok." Disya tersenyum kecut, netral apanya, selama ini sudah terlanjur mengiranya yang punya hubungan bersama Dewa juga, kan?

***

Dara masih menggenggam segelas coklat hangat di dalam mug favoritnya, bergambar kelinci bewarna pink. Tetesan hujan yang membasahi jendela menjadi sangat menarik untuk ditonton di tengah hujan deras yang mengguyur sore ini. Lelaki itu, sudah banyak tahun yang terlewati mereka begitu saja tanpa temu dan kini tiba-tiba pemuda itu mengusulkan ide yang tak terduga.

Reuni?

Yang benar saja, selama ini ia sengaja mengasingkan diri dari siapapun yang pernah mengisi kehidupannya dahulu, perputaran waktu yang tak akan mau lagi ia kenang, walau orang-orang bilang saat itulah masa emasnya. Tapi bagi Dara saat itu adalah masa hitamnya. Dan kini akan ada reuni yang mempertemukan mereka kembali, kenangan kini sedang berusaha untuk dibangkitkan.

Arunika (Haechan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang