Kevan tampak gusar di hadapan Disya dan Dewa sedang Mischa masih terbaring lemah. Sungguh sebuah keberuntungan besar bagi Mischa, karena meninggalkan airpodnya lalu salah satu staf menyusulnya ke parkiran tepat saat penguntit yang telah membuat Mischa pingsan sedang bersiap membawa kabur Mischa dengan mobilnya. Staf tersebut datang tepat waktu menggagalkan insiden itu. Malam itu juga Kevan, Disya dan Dewa yang dihubungi staf tersebut langsung datang ke rumah sakit tempat Mischa di rawat.
"Disya boleh tolong jaga Mischa?" Disya yang duduk di hadapan Kevan mengangkat wajahnya yang terpatri tanda tanya.
"Gue mau ke kantor polisi, gue mau tau maksud si bangsat itu apa."
"Kalau Mischa bangun gimana? Lo denger kan kata dokter kemungkinan dia bisa aja trauma, dia pasti bakal butuh lo."
Kevan menengadahkan wajahnya lalu menghembus napas berat, "Gue percayain Mischa sama lo ya Dis, setidaknya gue bisa ngasi keterangan yang mungkin bisa menguak alasan pelaku, lo dengar kan kata staf yang nolong tadi kalau pelaku itu sempat teriak mau nyari cowok yang diduga pacar Mischa."
"Ya ketahuan itu lo lah, entar malah makin runyam bego!" umpat Dewa yang tak habis pikir dengan jalan pikiran Kevan yang sangat berpotensi membuat masalah ini makin panjang.
"Belum lagi nanti pemberitaan di luar gimana? Ini gue yakin wartawan udah tahu insiden ini, kalau nama lo terlibat bisa jadi skandal, lo lagi terlibat gimmick sama si Dona kan?"
"Gue sama Dona hanya asumsi orang-orang aja, maka dari itu gue mau semua clear, gue mau lindungin Mischa sebagaimana mestinya."
Disya hanya melirik Dewa yang masih memandang Kevan tajam, tidak hanya Dewa, Disya pun sebenarnya sangat khawatir saat ini. Usaha penculikan akibat Mischa yang memiliki kekasih, ini bisa jadi skandal, baik Kevan maupun Mischa bisa saja mendapat kritik tajam karena dianggap tidak profesional dan menyebabkan huru-hara. Sejenak hening melingkupi mereka. Tiba-tiba Dewa berdiri dari duduknya, mengeluarkan kunci mobilnya.
"Gue ikut!"
***
Baik Kevan maupun Dewa baru saja memberikan kesaksian mereka pada polisi, mereka sangat berharap lelaki berpakaian serba hitam yang terborgol di balik jeruji besi itu mendapat hukuman terberat agar tak lagi membuat ulah yang meresahkan.
"Ck masih mahasiswa ternyata, masih beban orang tua aja belagu lo, liat noh bokap nyokap lo nangis-nangis karena lo," umpat Dewa.
"Gue gak bisa lepasin lo gitu aja, lo udah besar, renungi perbuatan lo selama di sini."
Penguntit itu yang terduduk tertunduk terkekeh, kepalanya perlahan mengangkat lalu tersenyum sinis.
"Hanya karena lo pacar Mischa belagu banget lo, Mischa yang berhak memutuskan."
Kevan berdecih, benar-benar orang tidak tahu diri, "Mischa pun ga akan pernah sudi ketemu lo, lo gak pantas disebut sebagai penggemar, lo nyakitin dia."
"Lo yang gak pantas, mending lo urus jablai-jablai lo di Winter days," Kevan sontak saling lirik dengan Dewa. Dewa berdecak tak dapat percaya, tak hanya Mischa mereka pun juga diuntit selama ini oleh bangsat kecil ini.
"Sakit ya otak lo? Emang pantes ya lo di sini, kriminal banget kelakuan lo."
Lelaki muda itu tertawa terbahak, menatap Dewa remeh membuat Dewa tercenung tatapan pemuda itu membuatnya tak nyaman, "Kriminal kaya lo juga harusnya pantas di sini, lo hanya beruntung lo mantan talent perusahaan sebesar Link, dan beruntung perempuan itu sudah cabut keluar negeri," bisik pemuda itu.
Dewa seketika mengeratkan rahangnya, "Maksud lo apa?" Kevan segera menahan Dewa yang meringsek maju hendak meraih kerah pemuda itu dari balik jeruji. Kevan segera menarik Dewa sebelum orang lain menyadari keributan yang mulai tersulut antara Dewa dan si penguntit.
"Dewa? Lo ga apa-apa?" Dewa mengalihkan tatapannya pada Kevan.
"Sejauh mana dia tau? Harusnya kasus itu udah benar-benar ditutup, setelah dia pergi Kev."
"Gue juga kaget kok dia bisa tahu? Bukannya pihak Link udah janji untuk menghilangkan jejak kasus itu, sebagai ganti lo keluar tanpa menuntut?"
"Sampai karir gue dimatiin, hak gue direnggut, perlakuan ga adil sampai gue hancur jiwa raga pun gue diem aja Kev, gue gak speak up, gue ikutin perintah mereka kaya orang bego, masa sih mereka khianatin gue?"
"Kita ga boleh gegabah Wa, belum tentu juga pihak Link yang bocorin, ingat dia penguntit dia bisa dapat akses dari mana aja dengan cara paling gila sekali pun, gue bakal minta Bang Kevin buat urus orang itu."
Dewa mengangguk setuju, ia harus tenang tak terlihat gegabah, gegabah hanya membuatnya semakin mencolok salah-salah hal yang sudah tersimpan bisa terkuak karena hal bodoh. Setidaknya sekarang a sudah dibawah agensi yang tepat. Dua tahun luntang-lantung setelah keluar dari Link ia akhirnya bergabung dengan agensi Kevan yang tak lain tak bukan masih milik saudara Kevan sendiri, Kevin. Dulu mungkin ada neneknya yang mendampinginya menghadapi masalah itu saat ini hanya mereka yang Dewa punya dan yang bisa Dewa percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika (Haechan)
Ficção GeralGadisya si baik, si cerdas, si berbakat dan si pemilik jalan kehidupan yang sempurna, semua orang tahu itu, selalu begitu sejak dulu. Ia mendapatkan banyak cinta dari orang banyak. Sedang Dewa anak lelaki manis yang kini terkenal sebagai si berandal...