Disya baru saja menutup pintu mobil yang mengantarnya ke gedung Link TV, gadis itu melirik bosan saat sadar mobil yang parkir di samping adalah milik lelaki yang sebenarnya sangat malas ia temui namun sepertinya beberapa saat ke depat akan sangat sering ia temui, kesialan macam apa? Lihat saja lelaki itu dengan jaket parasut merahnya baru keluar dari mobil yang setahu Disya mobil keluaran terbaru dengan harga yang fantastis. Disya tahu betapa eksklusifnya mobil itu, dan pastinya banyak diincar para kaum elit yang bingung mau dikemanakan lagi pundi-pundi mereka, dan salah satu dari mereka ya Sadewa Arjuna oh dan satu lagi pamannya, Om Fian, mereka mirip.
"Waduh sudah sampai putri kecilnya Fina Narina eh salah bukan putri kecil tapi penyihir kecil," ejek Dewa yang sepertinya sudah setting tetap bila menangkap Disya dalam radarnya pasti akan muncul sifat jahilnya. Disya melengos, matahari belum sampai seperempat tingginya tapi Dewa sudah mulai menguji kesabarannya.
"Ga bisa ya sehari aja lo kalem?"
Dewa menunjuk dirinya lalu menggeleng sambil menggoyangkan jari telunjuknya, "No, no, no, that's not my style," ujar pemuda itu sambil tertawa.
"Hei kalian mau sampai kapan di sini, yuk buruan masuk," interupsi Mischa yang ternyata juga baru saja sampai.
"Tuh denger sebelum temen lo makin nyap-nyap sebaiknya kita segera masuk," ajak lelaki itu sembari merangkulnya yang tentu saja sudah seperti setting tetap juga dari Disya untuk menepis kasar segala tindakan 'nakal' lelaki itu padanya.
Dewa mengerucutkan bibirnya, "Pelit banget rangkul doang juga, belum juga pelukan."
***
Pertemuan kali ini sudah seperti awal proyek reuni mereka, banyak sekali sosok-sosok yang sudah lama tak Dewa jumpai, kini ia lihat lagi. Waktu banyak mengubah mereka ada yang semakin menua, ada yang semaki sibuk, ada yang sudah menggeluti bidang lain bahkan berhijrah.
"Wah Zean akhirnya ketemu sama lo lagi, Subhanallah makin ganteng aja lo ya makin tua," Zean pemeran utama drama kami itu tampak tertawa, wajahnya masih tampak tampan sama seperti beberapa tahun lalu. Dewa sendiri sudah tak pernah melihat lelaki beranak dua itu lama rasanya terharu melihatnya lagi, apalagi Zean dulu adalah yang paling perhatian padanya. Tidak hanya membantunya selama syuting, di luar itu pun ia tetap baik, bahkan lelaki itu pernah menjadi walinya saat ada acara di sekolah, benar-benar dulu mereka semua sudah seperti saudara.
"Gue lebih kangen Dara daripada lo Ren," ejek Zean yang membuat Rendra menonjok bahunya, khas candaan lelaki.
"Istri sama anak lo mana Ze?"
"Di rumah, kasihan kalau gue ajak ke sini pasti capek nanggapin lo pada," mereka pun tertawa lagi. Perhatian Zean tertuju pada Dewa yang duduk di ujung. Lelaki itu menghampiri juniornya itu dulu.
"Apa kabar Wa? Sudah dewasa banget ya lo dulu masih bocah padahal."
"Ya kan gua makan Bang, ya kali gue ga numbuh."
"Makin ganteng aja, pasti banyak pacarnya," ejek Zean.
"Ya gak selihai Bang Zean lah," Zean tergelak mendengar ucapannya dibalikan oleh Dewa, ia mengingat kelakuannya dulu, ia juga dulu terkenal sering bergonta-ganti kekasih sebelum akhirnya bertemu istrinya yang sekarang, cinta sejatinya.
"Ga apa-apa asal jangan sampai menyakiti dan merusak perempuan aja ya Wa, suatu saat nanti bakal ada masanya kok lo bakal ketemu sama satu yang pas dan bakal buat lo ga mau kemana-mana lagi, itu namanya rumah." Dewa mengangguk ia harap pun demikian, semoga ada sesorang yang bisa menghentikan petualangan cintanya ini, seseornag yang menjadi rumah untuknya.
''Iya lah Bang capek juga ngekos mulu."
"Capek lah kalau tiap dua minggu ganti kos mulu."
"Anjirlah Bang gue ga sesering itu juga paling cepet sebulan lah."
Zean tertawa renyah sembari, "Sekarang lo tinggal dimana Wa, main lah ke rumah gue kenalan sama anak gue siapa tahu jodoh lu," Dewa membelalakkan matanya, ternyata masih sama saja kelakuan random Zean.
"Ya kali Bang lo mau jodohin gue sama anak lo yang cewek kan masih batita anjir!" Zean lagi-lagi terbahak lebih keras sembari menepuk-nepuk brutal bahu Dewa salah satu kebiasaan Zean sejak dulu, brutal sekali kalau tertawa.
"Kapan-kapan gue ke rumah lo deh Bang, agak jauh juga gue sekarang stay apartemen di pusat sendirian." Zean terdiam memorinya memanggilnya kala ia melihat seorang anak yang menangis diam-diam kala melihat seorang anak lain yang sedang bermain bersama orang tuanya di dekat lokasi syuting. Zean menatap Dewa haru anak ini sudah berhasil bertahan walau seorang diri, ia sangat tahu bagaimana berat dan sengsaranya hidup Dewa sejak kecil. Walau kini banyak sekali pemberitaan buruk tentang Dewa tapi di matanya Dewa tidaklah berubah, masih tetap seorang anak manis yang hebat. Bagaimana tidak di usia yang sangat muda ia sudah ditinggalkan dan harus menanggung peran pencari nafkah. Itu yang dulu membuat Zean sangat respect pada anak kecil itu.
"Selamat ya Dewa dan terima kasih kamu sudah tumbuh dengan baik dan bertahan sejauh ini." Dewa hanya mengangguk dengan senyum kecil pada seseorang yang sempat menjadi saksi betapa kacaunya hidupnya dulu. Hidup yang selama ini selalu dipuja-puja orang-orang tanpa tahu sepedih apa yang Dewa lalui, hidup yang menggerogotinya sampai habis dan hampa.
"Ga ada pilihan lain selain bertahan kan, Bang, itu permintaan terakhir nenek."
Poor Dewa :(
Jangan benci-benci sama anak baikku yaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika (Haechan)
Ficción GeneralGadisya si baik, si cerdas, si berbakat dan si pemilik jalan kehidupan yang sempurna, semua orang tahu itu, selalu begitu sejak dulu. Ia mendapatkan banyak cinta dari orang banyak. Sedang Dewa anak lelaki manis yang kini terkenal sebagai si berandal...