"Tip of The Tongue atau lethologica adalah fase di mana seseorang tidak bisa mengingat satu kata tertentu, tapi mengingat arti dan definisinya. Suatu kondisi dimana seseorang yakin tengah mengetahui sesuatu, tapi tidak bisa menarik hal tersebut dari ingatan. Dimana kita tahu namum sulit mengungkapkan...."
Kelas mata kuliah Psikologi Umum hampir selesai. Sudah hampir setengah jam Zoya dan para mahasiswa semester satu itu berdiskusi panjang lebar.
Mata gadis itu terfokus pada empat orang mahasiswa yang duduk di depan, tak jauh dari tempat duduknya. Seorang laki-laki yang berada dekat pintu membacakan kesimpulan materi presentasi, hasil diskusi dan beberapa materi yang telah disampaikan Zoya.
Tanpa mengalihkan konsentrasi, Zoya merapikan meja dan meraih ponselnya. Mengecek rentetan pesan yang masuk sejak tadi.
[Masih di mana Zo?] tulis Kira dalam pesan.
[Di kampus, sebentar lagi selesai.]
[Jemput ke rumah ya? Aku malas bawa mobil. Sekalian makan siang dulu di sini.]
[Oke,] jawab Zoya.
Menyadari mahasiswanya sudah selesai, Zoya mengangkat tangan. Mengisyaratkan bahwa mereka sudah boleh bergabung bersama teman-temannya yang lain.
"Minggu ini tugasnya individu ya. Kalian jelaskan beberapa teori tentang lupa lalu buat contoh dari masing-masing teori."
Para mahasiswa itu terlihat lesu setelah mendengar kata 'tugas' yang diucapkan Zoya, tetapi gadis yang berstatus asisten dosen itu sama sekali tidak berniat menarik kembali ucapannya. Tidak ada yang berani protes. Rumornya tugas yang diberikan Zoya tidak sesulit yang selalu Angeline berikan. Hanya saja sedikit lebih banyak.
"Menurut kalian apa hal paling penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan memori manusia? Kalian bandingkan dan jelaskan juga antara short term memory dan working memory. Kirim tugasnya ke email Bu Angeline, terakhir hari kamis jam lima sore. Kalau ada yang belum paham saya akan share ulang tugasnya di chat group," lanjut Zoya.
"Kelompok aja Kak Zo," celetuk salah satu dari mereka.
"Boleh tapi poin tugasnya saya tambah, mau?" Zoya memicingkan mata.
"Gak Kak! Udah segitu aja, cukup!" timpal temannya.
"Yasudah, jangan lupa absensi tugas juga di grup."
Setelah sedikit berbasa-basi Zoya mengakhiri pertemuan lalu beranjak pergi. Kelas yang barusan ia gunakan terletak di lantai tiga, baru sampai tangga tiba-tiba ponselnya berdering. Gadis itu memperlambat langkahnya lalu menerima panggilan.
"Iya Bu?"
"Sudah selesai Zo?" tanya Angeline di seberang sana.
"Baru keluar kelas Bu."
"Bisa minta tolong Zo? Ambilkan berkas ke Pak Rikza ya, kalau bisa kamu antarkan ke rumah sakit hari ini."
"Maaf, Bu. Hari ini saya ada acara. Kalau berkasnya saya anterin besok pagi, gimana Bu?" tukas Zoya.
"Baiklah, terima kasih sebelumnya Zo."
"Sama-sama Bu." Zoya memutuskan sambungann. Ia mempercepat langkahnya turun ke lantai dasar lalu bergegas ke fakultas.
Selesai mengambil berkas di kantor jurusan Zoya lekas bertolak menuju rumah Kira. Bisa ribet urusannya jika ia terlambat. Sudah dipastikan sahabatnya itu akan marah besar bila Zoya tidak tepat waktu.
Selagi Fokus mengemudi, perhatian Zoya teralihkan pada ponsel yang berdering di kursi sebelah. Helaan napas panjang terhembus sedikit kasar. Alih-alih menjawab, Zoya lebih memilih mengabaikan panggilan tersebut. Ia melirik jam yang melinkar di tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
ChickLit"Kamu tidak mau menurut? Apa susahnya menjauhi pacar sialanmu itu? Apa yang bisa membuatmu setuju dengan semua keputusanku? Kematianku, hah?! Anak tidak tahu diuntung! Sudah bagus aku kasih kesempatan untuk hidup, malah jadi pembangkang!" Renata men...