Sore hari sebelum senja Zoya tengah sibuk membereskan meja belajarnya. Tumpukan kertas, bolpoin, stabilo, pensil dan buku tergeletak di mana-mana. Gadis itu menghela napas panjang, memori tentang hari wisudanya begitu melekat.
Entah mengapa Renata berubah ketus dalam hitungan detik sesaat setelah bertemu Arthur dan Devina. Kecanggungan tidak bisa dienyahkan. Bahkan acara makan siang bersama yang sudah disusun sejak semalam batal total, karena Devina yang pamit mendadak. Terpaksa Arthur pun mengantarkannya.
Ibu dari kekasihnya itu nampak tidak nyaman dan hal itu membuat Arthur heran juga. Meski demikian, hubungan Arthur dan Zoya baik-baik saja. Mereka belum membahas apa yang terjadi hari itu, karena Arthur takut membuat Zoya sedih.
Mereka masih sering bertemu, hanya saja kali ini Arthur tidak lagi mengantar jemput. Sebagai hadiah kelulusan Adhiyaksa mengizinkan Zoya memakai mobilnya kembali. Sungguh, Zoya sangat senang sekali. Ia kini bisa ke sana ke mari tanpa harus berdesak-desakan dengan membawa tas besar berisi buku dan laptop untuk mengajar di bus kota.
Ya, Zoya masih bekerja sebagai asisten dosen Angeline, karena kondisi Dirga Erlangga —ayah Arjuna dan Angeline— belum begitu stabil. Dirga masih keluar masuk rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Kembali pada aktifitas Zoya saat ini, kini ia beralih pada rak buku yang terletak di sebelah meja belajar. Ia membongkar buku-buku yang tidak rapi itu dan menyusun ulang tata letaknya.
Tiba-tiba ponsel Zoya bergetar berkali-kali, tanda sebuah pesan masuk secara beruntun. Zoya meraih ponselnya dan membuka chatroom grup Ladybugs, grup yang dibuat Kira.
[Zoya.]
[Zo!]
[Nyonya!]
[Zoya pacarnya Dokter Arthur!]
[Zo!]
[Yuhuuu!] Anya dan Kira mengirim pesan secara bergantian.
[Apa sih?] tanya Zoya sedikit merasa terganggu.
[Party, yuk!] ajak Kira.
[Malas, Ah! Lagi rapihin kamar,] tolak Zoya. Memang ia sedang malas keluar rumah.
[‘Kan ada Mbok Minah. Ngapain beresin kamar sendiri?] tukas Anya.
[Rapihin buku.]
[Rapihin buku gak akan nyampe 24 jam, Zoya. Ayolah kita belum rayain kelulusan!] Kini giliran Kira yang menimpali.
Zoya termenung sejenak, memang ia dan kedua sahabatnya belum mengadakan acara apa pun untuk merayakan kelulusan. Hanya sekedar foto-foto di kampus Zoya dan studio.
[Baiklah, di mana?] Akhirnya Zoya mengalah.
[Havana, perlu dijemput gak?] tanya Anya.
[Gak usah, aku bawa mobil sendiri.] Zoya mengetik dengan cepat.
[Waw! Tante Renata udah balikin mobil kamu, Zo? Baguslah! Pulangnya kamu ke kosan Anya aja!] usul Kira.
[Loh? Kok aku? Ke rumahmulah, Ra!] kilah Anya.
[Gak ada yang mau ditumpangi mending gak jadi. Kalian mau aku dipukulin lagi gara-gara clubbing?] Zoya mengerucutkan bibirnya, sebal dengan tingkah kedua sahabatnya.
[Canda, Nyonya! Kamu bebas pulang ke mana pun! Kosan Anya atau rumahku, terserah!]
[Oke! See you at Havana, guys!] Anya mengakhiri obrolan mereka.
Zoya kembali menghela napas panjang, ia menyimpan ponselnya di atas meja belajar dan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Tepat pukul delapan malam Zoya sudah siap untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
ChickLit"Kamu tidak mau menurut? Apa susahnya menjauhi pacar sialanmu itu? Apa yang bisa membuatmu setuju dengan semua keputusanku? Kematianku, hah?! Anak tidak tahu diuntung! Sudah bagus aku kasih kesempatan untuk hidup, malah jadi pembangkang!" Renata men...