"Hallo."
"Zoya, kamu di mana?"
Gadis yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya itu menggeliat lalu mengganti posisi tidurnya. Ponsel yang sedari tadi bersering karena panggilan ia letakkan di atas bantal dengan fitur loud speaker yang menyala.
"Hallo, Zo?" panggil Anya dari seberang sana.
Suara Anya terdengar sedikit panik, sedangkan si pemilik ponsel memejamkan matanya kembali.
"Kamu nginep di rumah Kira? Rachel telpon aku terus dari tadi, kamu gak kabarin orang rumah? Kira mana? Telponku gak diangkat, kalian gak mabok 'kan?"
Mendengar nama Rachel dan Kira disebut, Zoya memaksakan diri membuka matanya yang masih berat. Ia mengangkat kepalanya, memperhatikan kamar besar yang didominasi warna abu-abu dan hitam. Gadis itu mendengus kasar saat menyadari dirinya berada di kamar Kira.
"Aku sama Kira gak mabok. Tenang aja," jawab Zoya parau.
"Jadi, kamu di mana?" Anya kembali memastikan.
Kemarin, setelah bertemu dengan Arjuna. Zoya dan Kira pergi berjalan-jalan ke sebuah mall. Tidak terlalu malam mereka sampai di rumah Kira. Namun, Kira menahan Zoya agar tidak langsung pulang.
"Aku di rumah Kira, dia kewalahan bikin berita tentang Erlangga. Pak Arjuna minta artikel perusahaannya dikirim sebelum diterbitkan di media. Jadi, semalam aku bantu Kira menyelesaikan beberapa artikel majalah kampusnya yang lain. Aku ... ketiduran."
Apa yang diucapkan Zoya memang benar adanya. Sebenarnya gadis itu tidak berniat menginap. Ia benar-benar tertidur begitu saja karena kelelahan. Hal terakhir yang ia ingat adalah laptop Kira yang masih menyala dan beberapa kertas yang berserakan di atas tempat tidur.
Gadis itu beranjak duduk dan mendapati semua barang-barang itu sudah berpindah ke meja belajar. Sahabatnya pun tidak ada di sana. Zoya bahkan masih memakai pakaian yang sama seperti kemarin.
"Mau aku jemput?" tanya Anya.
"No, thank's. Aku bawa mobil."
Sambungan terputus bersamaan Kira yang masuk membawakan sebuah nampan dengan dua buah piring dan gelas di atasnya. Alih-alih bangun, Zoya malah menarik kembali selimut dan merebahkan diri membelakangi Kira.
"Sudah jam setengah tujuh, serius gak mau bangun? Nasi goreng seafood lho!" ucap Kira.
Ah, iya. Zoya baru ingat dia ada janji pagi ini. Zoya bangkit lagi lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak menampik aroma nasi goreng yang dibawa Kira benar-benar menggetarkan rasa laparnya.
Kira meraih satu piring lalu makan sambil menghidupkan ponsel. Manik hitam gadis yang memakai kaos over size warna putih dan hot pants hitam itu membelalak saat rentetan pesan dan notifikasi panggilan tak terjawab dari Anya masuk ke ponselnya.
"Shit!" Kira menyimpan kembali piringnya dan buru-buru membalas chat dari Anya. Dia mengetik seraya menggerutu kesal.
"Ra, bajuku yang waktu itu masih ada di sini, 'kan?" Zoya keluar sambil menggosok rambutnya memakai handuk. Sebuah bathrobe yang nampak kebesaran membungkus tubuhnya.
Di antara kedua sahabatnya postur tubuh Zoya memang paling kecil, meski tidak terlalu kurus. Namun, tetap saja ia berbeda jauh dengan Kira yang lebih tinggi, ramping, tetapi berisi pada tempatnya. Hal itu yang membuat Zoya sengaja meninggalkan beberapa potong pakaian di rumah Kira.
"Di lemari Zo, paperbag kuning," jawab Kira.
Tak butuh waktu lama Zoya menemukan benda itu. Namun, kening gadis itu mengerut mendapati beberapa pakaian yang masih ber-pricetag.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
ChickLit"Kamu tidak mau menurut? Apa susahnya menjauhi pacar sialanmu itu? Apa yang bisa membuatmu setuju dengan semua keputusanku? Kematianku, hah?! Anak tidak tahu diuntung! Sudah bagus aku kasih kesempatan untuk hidup, malah jadi pembangkang!" Renata men...