Apalagi yang bisa dilakukan Zoya dan Arthur selain merenungi segala yang terjadi. Bagi Arthur ada hal yang tidak bisa dipaksakan dan diubah, apalagi takdir yang menyakitkan. Terlalu banyak pihak yang tersakiti jika keduanya bersikukuh melanjutkan hubungan, terutama Renata dan seluruh keluarga Mahendra pun Zoya. Akan ada banyak pertentangan dan mungkin pertengkaran yang terjadi.
Ya, Zoya sudah menceritakan semuanya pada Arthur. Tentang pertengkarannya dengan Renata dan berakhir dengan penemuan identitas asli Zoya. Arthur khawatir semuanya terulang lagi dan lagi. Arthur tidak ingin Zoya menyakiti dirinya sendiri lagi.
Berbulan-bulan berlalu Zoya menunggu kabar dari Arthur. Sesekali ia mencoba menemui Arthur di rumah sakit namun nihil. Pria itu seakan sengaja menghindar.
Selama berbulan-bulan itu pula Zoya merasa hanya Ghidanlah yang mengerti dirinya. Tempat terakhir ia berkeluh-kesah. Ghidan begitu perhatian tanpa diminta. Ya, setidaknya Zoya tidak merasa sendirian.
Saat ini Zoya tengah berpamitan dengan Anya, Kira, Rachel, Renata, Adhiyaksa, Arjuna dan Angeline di bandara. Pasalnya hari ini Zoya berangkat ke Australia untuk melanjutkan program magister di University of Sydney, yang mana nantinya ia akan satu kampus dengan Ghidan meski berbeda jurusan.
“Nanti kita nyusul liburan ke sana! Kamu sehat-sehat ya, Zoya.” Kira memeluk sahabatnya yang terlihat lebih kurus itu.
Setelah pamit pada satu persatu orang yang ada di sana Zoya melangkah pergi. Mencari Ghidan yang entah ke mana. Pemuda itu menghilang bersama koper mereka.
“Zoya.”
Sebuah panggilan yang sangat ia kenal menghentikan langkahnya. Cepat-cepat Zoya berbalik dan air matanya pun luruh. Ia berlari segera memeluk sosok yang sangat ia rindukan. Di sana Arthur berdiri dengan tatapan sayu lalu membalas pelukan kekasihnya.
“Kemana saja? Saya kira Dokter gak akan datang,” ucap Zoya seraya menghapus air mata menggunakan telapak tangan.
“Saya hanya butuh waktu untuk berpikir,” jawab Arthur.
“Anda berpikir terlalu lama Dokter Arthur Pramudya, nyaris telat karena penerbanganku sebentar lagi.”
“Saya tidak akan kemari jika kamu tidak berharga, Zoya.” Arthur menghela napas panjang.
“Tapi Dokter menghilang gitu aja! Bagaimana dengan hubungan ki–”
Sebuah kecupan hangat mendarat begitu saja. Tanpa banyak kata Arthur mendekat, merengkuh belakang kepala Zoya dan mengecup bibir tipis gadis itu. Mata Zoya membelalak, terkejut dengan apa yang Arthur lakukan. Namun, seiring napas hangat keduanya berhembus kecupan itu kini berubah menjadi lumatan-lumatan kecil yang membuat Zoya mulai melambung tinggi tak peduli berapa banyak orang yang melihat mereka.
“Saya mencintai kamu, Zoya. Saya mencintai kamu. Pergilah,” Arthur menyatukan keningnya dengan Zoya dengan napas yang memburu dan wajah yang memerah padam.
“Jangan menghilang lagi,” rengek Zoya.
“Pergilah.”
“Janji tidak menghilang lagi?”
Arthur tersenyum. “Pergilah.”
Zoya mengangguk. Jangan tanya bagaimana sesaknya hati Zoya. Bertemu dan berpisah dengan satu-satunya orang yang paling ia cintai di waktu yang sama.
Waktu keberangkatan semakin dekat. Zoya tidak bisa berlama-lama lagi. Ia mengangguk dan dengan berat hati melangkah pergi. Beberapa kali ia menoleh ke belakang memastikan Arthur tetap menatapnya sampai ia menghilang dari jangkauan pandangan seraya mengusap air mata.
Cukup jauh Zoya melangkah mencari-cari di mana sosok Ghidan tiba-tiba lengannya ditarik oleh seorang pemuda berkacamata dengan topi hitam dan maker hitam di wajahnya. Pemuda itu nampak gagah dengan celana jeans dan jaket yang senada.
“Ghidan! Bikin kaget aja!”
"Dikasih tanda. Biar kangen terus, ya?” ledek Ghidan dengan intonasi yang tidak ada bercanda-bercandanya. Terkesan dingin dan tegas. Bisa Zoya lihat Ghidan tersenyum miring samar nyaris tak terlihat. Membuat Zoya mengerutkan kening dengan sikap Ghidan.
“Ghidan!”
“Ya? Lilly Pies?”
***
End Season 1
Cerita ini mungkin akan ada sekuelnya di buku yang berbeda ya guys, karena perjalanan Zoya sebenarnya masih panjang.
Terima kasih sudah setia menemani kisah Zoya. Sampai jumpa di buku selanjutnya.
Saranghae...
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
ChickLit"Kamu tidak mau menurut? Apa susahnya menjauhi pacar sialanmu itu? Apa yang bisa membuatmu setuju dengan semua keputusanku? Kematianku, hah?! Anak tidak tahu diuntung! Sudah bagus aku kasih kesempatan untuk hidup, malah jadi pembangkang!" Renata men...