pt. 8 - luka tangis

112 2 0
                                    

Hari pun berlalu, Nasya baru membukakan pintu untuk Adnan. Suara pintu itu memanggil Adnan untuk bergegas menyambut istrinya.

"Khadijahku.." tarik Adnan pada tangan Nasya.

"Berhenti sentuh aku ya ka" tolak Nasya pada Adnan.

"Aku akan jelasin, tapi tolong dengerin aku dulu.." ucap Adnan dengan nada lembut.

Akhirnya Nasya yang tak tega mendengar rentihan suara lembut dari Adnan pun berbalik badan ke suaminya itu.

"Yaudah jelasin sekarang" tegas Nasya yang masih terlihat sangat marah.

"Jauh sebelum ada kamu, aku bertemu dengan seorang perempuan.." tiba tiba perkataan Adnan berhenti.

"Siapa perempuan itu?" Jawab cepat Nasya.

Karena penyakit yang di miliki oleh Adnan sekarang, jadi ia tak bisa mengingat apapun tentang perempuan tadi.

Adnan terbata bata "a..ku.. lupa.."

Karena usaha Adnan terlalu keras untuk mengingat masa lalu nya itu. Jadi yang terjadi adalah ia sendiri kesakitan di bagian kepalanya.

Nasya yang melihat itu merasa segan dan kasihan, jadi akhirnya ia membantu Adnan jalan untuk menuju kamar mereka.

"Udah gausah di inget sekarang ya, istirahat aja" ucap Nasya sembari melepaskan tangan Adnan yang sudah tepat duduk diatas kasur.

"Saya cinta kamu" teriak Adnan kepada Nasya.

Nasya yang mendengar itu hanya tersenyum tipis tanpa diketahui oleh Adnan karena badannya yang sudah berbalik ke arah pintu keluar.

Langkah langkah Nasya di penuhi tanda tanya. Namun, Nasya tetap memaksa untuk berpikir yang baik baik terharap suaminya itu.

Adnan yang sudah berbaring di kasur hanya bisa berdzikir dan berdoa untuk istrinya. Ia menganggap ini adalah sebuah ujian yang harus mereka berdua hadapi.

Di sisi lain, Nasya sibuk membereskan rumah nya, memasak makanan, dan menyibukkan diri. Tujuannya hanya karena ia tak mau mengingat kejadian tadi.

Adzan dzuhur pun sudah berkumandang, Nasya langsung bergegas mengambil air wudhu.

Adnan yang sedang berbaring pun langsung bangun ketika mendengar adzan, ia pelan pelan melangkah menuju kamar mandi yang berada tepat didalam kamar.

*fyi ‐ Nasya wudhu nya di kamar mandi luar.
        - Adnan wudhu di kamar mandi kamar.

Nasya masuk ke kamar dan bergegas mengambil mukena yang ada di atas lemari. Adnan yang baru keluar dari kamar mandi pun tersenyum melihat keberadaan istrinya.

"Sholat berjama'ah ya?" Seru Adnan.

Nasya hanya mengangguk sebagai jawaban. Akhirnya mereka menunaikan sholat dzuhur berjama'ah.

Selesai sholat, Adnan mengulurkan tangannya untuk di salami Nasya. Nasya hanya menurut dan menyalami tangan Adnan dengan wajah yang tidak ikhlas.

Nasya tak bisa berhenti memikirkan perempuan itu. Walaupun seperti terlihat Nasya tidak peduli dengan perempuan itu. Namun hatinya bergejolak tak karuan mengingat perempuan itu.

Mereka berdua bangun dari duduknya dan lanjut membereskan alat sholat yang tadi mereka pakai.

"Kita makan siang di luar ya?" Ajak Adnan dengan tersenyum manis.

"Jangan, kamu lagi sakit kan? Lagian aku udah masak." Jawab jutek Nasya.

"Oh kamu udah masak??..." Tanya exited Adnan.

Baru beberapa kata berbicara, omongan Adnan sudah dipotong oleh istrinya sendiri.

"Ya kalo kamu gamau makan masakan aku yaudah beli makan diluar aja."

"Siapa yang bilang gamau cantik.."

Nasya yang mendengar itu langsung bergegas meninggalkan Adnan. Karena nyatanya ia tak bisa menahan rasa salting. Adnan yang melihat itu turut mengikut Nasya dari belakang.

Sudah tepat berada di meja makan, mereka berdua langsung duduk. Nasya langsung mengambil nasi dan pepes tahu yang sudah ia buat.

Adnan hanya diam melihat semua pergerakkan Nasya. Nasya yang sadar sedang di lihati oleh sang suami pun memukul tangan suaminya.

"Cepet makan!" Tegas Nasya dengan wajah penuh amarah.

"Saya mau makanan nya di sajikan oleh kamu.." ucap Adnan sambil mengusap ngusap tangan yang tadi di pukul oleh istrinya.

"Males, udah sendiri aja kan punya tangan" jawab jutek Nasya.

"Kamu masih marah ya sama saya?"

"Pake nanya, udah ah kalau mau makan bareng jangan banyak tanya. Cepet makan"

Nasya yang geram melihat suaminya tak kunjung mengambil makanan, jadi ia terpaksa menyajikannya. "Nih.." ucap Nasya sembari menaruh piring tepat di depan Adnan.

Adnan hanya tersenyum. Tak selang lama, Adnan langsung menyantap makanan yang di buatkan dan disajikan oleh sang istri.

"Enak sekali ini, kamu mending daftar masterchef" ucap Adnan dengan nada bercanda.

Nasya tak merespon apapun, ia segera menghabiskan makanannya. Adnan yang melihat ekspresi wajah Nasya langsung paham dan mengerti bahwa istrinya sedang marah.

Beberapa menit sebelum makanan mereka habis, ada nada dering ponsel Adnan menyala. Bertuliskan ummi di namanya.

Adnan langsung menangkat telefonnya tanpa basa basi. Adnan yang mendengar suaru ummi langsung berdiri dan bersiap siap.

Nasya yang tak mengerti lantas bertanya kepada sang suami. "Apa kata ummi?"

Adnan menoleh dan menjawab. "Adek aku kecelakaan.." ucap Adnan berwajah tegang.

"Maksud kamu alara? Maryam alara? Hah!!" Tanya Nasya tegas dan panik.

"I-ya, ayo kita ke rumah sakit sekarang."


Sampai sini dulu ya <3
Maaf ga update lama banget, kalian kalau mau baca cerita aku yang lain boleh banget ya.
Makasih udah baca dan maaf masih
Banyak banget kekurangan.
Assalamualaikum 🌷🌷🌷🌷

gus AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang