pt. 9 - pertemuan

95 3 0
                                    

Sesampainya mereka berdua di rumah sakit. Mereka langsung ke resepsionis dan menanyakan keberadaan adik dari Adnan yaitu maryam.

Karena Adnan tak biasa mengobrol dengan perempuan kecuali keluarga dan muridnya, jadi ia agak ragu untuk bertanya pada suster.

Nasya yang melihat itu langsung peka dan menanyakan Maryam pada suster. "Maaf sus, disini ada yang namanya Maryam alara?"
Tanya Nasya.

"Sebentar ya saya cek dulu" jawab singkat suster.

"Oh iya ada, yang tadi habis kecelakaan"

"Nah iya bener mba, ada di ruang berapa?" Tanya cepat Nasya.

"Ada di ruang ICU, belok kiri terus lurus aja sampai mentok ada pertigaan lorong ke sebelah kanan sedikit sudah ada tulisan ruang ICU."

Nasya mengangguk dan berterima kasih singkat, ia dan Adnan langsung bergegas menuju ruangan ICU arahan suster.

Ternyata benar, didepan ruang ICU sudah terdapat Ummi Aisyah, Abi Ali, dan kedua kakaknya Adnan berserta istri istrinya.

Terlihat dari ekspresi mereka yang cemas, namun ketika melihat Nasya. Ummi langsung berdiri dan memeluk erat Nasya. "Ummi takut nak, kasian adikmu.." ucap ummi tak kuasa menahan tangis.

Kemarin kemarin Adnan dan Nasya yang kecelakaan, sekarang Maryam. Haduh, sungguh berat sekali ujian yang dihadapi keluarga Abi Ali.

Setelah mereka semua menunggu kurang lebih 3 jam. Pintu ruang ICU terbuka dan keluar seorang yang memakai jas putih yang tiada lain tiada bukan itu dokternya.

"Disini ada suaminya? Atau ayah ibu nya?" Tanya dokter itu.

"Saya pa" ucap ummi dan abi berbarengan.

"Bisa bicara sebentar? Ada yang perlu saya bicarakan"

Dengan wajah cemas, ummi dan abi mengangguk setuju ajakan dari dokter. Ummi dan abi pun mengikuti langkah dokter itu menuju ruangan.

"Silahkan duduk" suruh dokter itu, ummi dan abi hanya menurut dan duduk.

"Anak perempuan kalian memiliki luka di bagian korneo matanya. Ini penyakit yang susah sekali untuk disembuhkan kecuali ada yang mendonorkan mata"

"APA?!?!" ummi dan abi kaget berbarengan.

Tak kuasa menahan tangis, akhirnya ummi mengeluarkan setetes air mata. Abi yang menyadari hal itu lantas menenangkan istrinya dan mengajak nya keluar dari ruangan dokter.

"Saya dan istri saya permisi, makasih ya pak dokter" ucap Abi sambil mengangkat tubuh ummi.

Dokter hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. Di sisi lain, Tiba tiba Nasya kesakitan di bagian perutnya. Tapi karena ia tak mau menyusahkan semua orang disaat begini.

Akhirnya sakit yang ia rasakan ia tahan, Adnan yang melihat istrinya bergelagat aneh langsung bertanya "kamu gapapa?" Bisik Adnan tepat di sebelah kiri telinga Nasya.

Nasya hanya mengangguk, padahal nyatanya ia tak kuat menahan rasa sakit yang ada di perutnya. Ia hanya berpikir bahwa itu sakit perut karena sebentar lagi ia akan datang bulan.

Ummi dan abi baru saja sampai di hadapan mereka semua, mereka langsung bertanya dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Maryam gapapa? Hah?" Tanya semua kakaknya Maryam beserta semua kakak iparnya.

Ummi tak menjawab dan hanya duduk diam tak ber ekspresi. Akhirnya abi memutuskan untuk menceritakan apa perkataan dokter tadi kepada semua anaknya.

Semua orang yang berada di situ tak bisa bergerak sedikit pun, mereka terkejut juga sangat khawatir dengan keadaan Maryam.

Tiba tiba ada suara langkah dari kejauhan yang mendekat, ternyata itu dokter yang tadi memberitahu keadaan Maryam.

"Ada seorang yang mau mendonorkan matanya untuk anak bapa dan ibu" lirih dokter yang tersenyum.

"Hah? Siapa dok?" Jawaban semua orang yang ada di situ dengan nada berharap.

"Seorang laki laki, tapi ia tak menyebutkan namanya. Namun ia meminta satu hal" ucap dokter mengucapkan dengan ragu.

"Apa yang dia mau? Saya akan kasih semua jika saya mampu" tegas abi Ali melihat ekspresi dokter itu.

"Ia mau anak bapa dan ibu menikah dengannya" 

Tak bisa berkata kata, abi pun lemas dan langsung duduk dibantu oleh Adnan. "Abi, jangan terlalu di pikirin dulu ya" bisik Adnan.
Abi hanya tersenyum melihat anaknya yang membisikkannya tadi.

"Bagaimana? Kalian mau? Kalau anak bapa ibu tak segera di donorkan mata, itu bisa sangat berbahaya. Bisa menjadi infeksi dan berpengaruh kepada organ lainnya yang berada di kepala." Dokter hanya meyakinkan.

"Yasudah, saya ikhlas. Namun boleh kah saya bertemu dengan lelaki itu sebelum ia mendonorkan matanya untuk anak saya?" Tanya Abi pada dokter.

"Ya tentu, silahkan ikuti saya" ajak dokter yang langsung berbalik dan berjalan pelan.

Abi yang melihat itu langsung berdiri dari duduknya dan mengikuti langkah sang dokter. Sebelum abi jauh, ummi berseru kecil "semua demi Maryam".

Abi yang mendengar pernyataan dari sang istri langsung tersenyum berusaha menguatkan diri untuk menghadapi ujian ini.

.

.

Sesampainya di ruangan, ada seorang pria yang sedang duduk memakai gamis tersenyum melihat abi berjalan ke arahnya.

"Kamu siapa? Mengapa kamu mau mendonorkan mata itu untuk anak saya? Apa tujuan kamu wahai fulan?" Abi khawatir karena ia sama sekali tak mengenali lelaki itu.

"Saya pengagum Maryam sejak dahulu, waktu itu saya pernah bertemu Maryam di acara wisuda 30 juz. Dari situ, saya mulai jatuh cinta kepada Maryam"

"Awalnya saya ragu karena Maryam adalah seorang ning yang pintar nan cantik, sedangkan saya hanya seorang pria biasa yang masih jauh dari kata baik." Lanjutnya.

Abi hanya tersenyum "saya yakin kamu bisa menjadi suami yang baik buat anak saya"

"Tapi jangan jadikan ini alasan supaya kamu bisa menikah dengan anak saya. Jangan manfaatkan dan jahatkan anak saya. Saya akan berusaha selalu untuk percaya calon menantu saya." Tegas abi.

"Nama saya abban umar, umur saya beda 2 tahun dari Maryam. Lebih tua saya, saya kerja di salah satu perusahaan yang menjual bahan perkayuan." Memperkenalkan dirinya sendiri.

"Bagaimana dengan pekerjaan kamu, jika nanti kamu akan kehilangan kedua matamu?" Tanya Abi

"InSyaAllah bisa" ucap umar yang amat yakin.

"Yasudah kita laksanakan pernikahan sebelum kamu mendonorkan matamu untuk anakku" ucap ayah sembari tersenyum sumringah.

"Boleh saya minta satu hal lagi?" Tanya umar ragu.

"Silahkan, kenapa?" Jawab abi Ali.

"Boleh kah saya melihat wajah Maryam sebelum nanti saya tak bisa melihat dirinya lagi?"

"Boleh, ayo" ajak Abi.

Segini dulu yaa..
Maaf karena agak ngebosenin
Makasih udah baca..
Komen ya kalau mau koreksi atau apapun.
Assalamualaikum 💐💐

gus AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang