pt. 11 - cinta bersemi

143 5 0
                                    

Sebenarnya ada sisi baiknya terjadi seperti ini. Karena, kejadian yang terjadi pada adiknya itu membuat Adnan dan Nasya melupakan masalahnya.

Mereka berdua tak bisa berpaling dari pandangan ruang operasi yang masih menyala menandakan operasi belum selesai.

Ummi tak kuasa menahan tangisnya. Abi yang melihat itu langsung mengusap dengan kedua tangannya. "Sabar ya ummi.." ucap abi tersenyum.

Jantung Nasya berdebar kencang sedari tadi. Ia amat sangat takut dengan yang namanya rumah sakit. Jadi ia tak pernah melepaskan genggaman dari sang suami.

Adnan yang memanfaatkan keadaan tak berkomentar apapun, ia hanya berdoa dalam hati agar mereka berdua bisa menjadi suami istri yang lebih baik lagi.

Selang beberapa jam, lampu ruang operasi pun masih menyala. Mereka begitu khawatir tak karuan, namun tetap tak mampu berbuat apa apa.

Suara berdetuk dari perut Nasya membuat Adnan peka dan langsung menanyakan keadaan istrinya. "Laper ya? Mau dibeliin makanan apa?" Tanyanya.

"Mau baso tahu hihi" jawabnya dengan senyum sumringah.

"Yaudah saya beliin dulu ya, sabar" ucap Adnan bersiap siap mengambil uang yang ada di jaket nya.

"Ada yang mau nitip ngga, Adnan mau beli makanan" tanya Adnan pada seluruh anggota keluarga yang dari tadi hanya bisa mengeluarkan air mata.

"Terserah aja dek, yang penting beliin buat semua ya" jawab Abdullah yang merupakan kakak dari Adnan.

Adnan yang mendengar jawaban itu lantas berbalik badan dan meninggalkan semuanya. Ia menuju kantin rumah sakit, dan membeli semua makanan yang menurut ia terlihat enak.

Sebelum Adnan kembali, lampu ruang operasi sudah mati. Yang menandakan bahwa operasinya telah selesai. Abi, ummi beserta anggota keluarga lainnya berdiri tegak penasaran.

Keluar seorang dokter dan ketiga suster bersama kasur terdapat Umar yang tak berdaya.

Ummi lagi lagi menangis, tetapi kali ini Nasya yang menguatkannya. "Ummi sabar ya, semuanya akan ada ujiannya" ucap Nasya sembari mengusap air mata yang di keluarkan ummi.

Umar berbaring lemas di kasur dengan matanya yang sudah tertutup. Operasi itu berhasil, mata Umar bisa di donorkan kepada istrinya yaitu Maryam.

Nasya hanya bisa menguatkan semua orang yang ada di lorong itu. Tak mampu mengeluarkan hp dan lainnya, semua anggota keluar Abi Ali saling menghargai. Mereka tak mau menganggu ke khawatiran Abi dan Ummi.

Tak lama kemudian, Adnan baru saja tiba dari kantin rumah sakit membawa banyak kresek makanan.

"Makan dulu" ucap Adnan singkat.

Semua yang ada di situ hanya menggelengkan kepala sebagai pertanda mereka tak mau makan.

Nasya mendekati Adnan, "jangan di ganggu dulu, mereka masih ga baik baik aja" bisik Nasya ke telinga sebelah kanan Adnan.

Adnan yang mendengar perkataan Nasya langsung mengangguk sebagai jawaban 'ya'. Akhirnya Adnan mengurungkan niat nya kembali untuk menawarkan makanan ke anggota keluarganya.

Namun setelah Nasya mendekati Adnan, ia tak berpaling dari pandangan kresek yang berisi makanan.

Adnan yang melihat itu langsung bergegas menawarkan istrinya. "Mau?" Tanyanya dengan suara perlahan.

"Mau tapi kasian orang lain lagi sedih masa aku malah makan" jawabnya dengan volume suara yang paling kecil.

"Gapapa, ni" ucap Adnan sembari mengulurkan kresek makanan yang terletak disebelah nya.

"Kita keluar aja, makannya di luar ya. Kamu yang izin tapi ke ummi abi" ucap Nasya tersenyum sumringah.

Ummi dan Abi mengizinkan mereka berdua untuk mencari angin. Mereka pun keluar dari rumah sakit dan tiba di halaman depan rumah sakit.

Adnan tak pernah berpaling dari mata istrinya. Ia tak menyangka kejadian sedih ini ternyata ada sisi senang nya juga, yaitu bisa kembali berbaikan dengan sang istri.

°°°°

Di halaman depan rumah sakit, mereka melihat banyak sekali tukang jualan makanan. Sampai sampai wajah Nasya berbinar cerah melihati semua tukang jualan itu.

"Mau?" Tanya Adnan ketika Nasya sedang fokus melihat tukang jualan seblak di paling ujung.

"Boleh? Mau kalo boleh" ucap Nasya dengan wajah nya yang terlihat menggemaskan.

"Ya" jawab singkat Adnan.

Nasya yang mendengar suaminya sudah menyetujui bahwa dirinya di bolehkan jajan, ia langsung membeli banyak makanan.

Nasya membeli seblak, es buah, jus serta masih banyak lagi. Adnan yang melihat itu tak berkomentar karena sebelumnya ia merasa bersalah telah membuat istrinya marah.

Makanan nya belum habis namun Nasya sudah kekenyangan, tapi jika makanan ini di buang akan sangat merugikan.

"Aku kenyang, buat kamu aja" ucap Nasya menodorkan makanan ke arah Adnan.

"Saya ga suka, simpan aja nanti makan lagi" jawabnya singkat.

"Gamauu, ini" balas Nasya.

Adnan yang melihat istrinya sudah benar benar kekenyangan lantas mengambil makanan yang di todorkan oleh Nasya kepadanya.

Adnan tak mau makanan itu di buang jadi ia memaksa memakan semua nya meskipun tak menyukainya.

Tak lama makanan pun habis, Adnan mengajak Nasya untuk kembali masuk ke rumah sakit dan melihat keadaan adik nya.

Nasya mengangguk sebagai jawaban dan mereka pun beranjak masuk ke dalam rumah sakit.

Ternyata Maryam sudah sadar, ia masih tak bisa menggunakan mata yang baru saja di donorkan untuk dirinya.

Tetapi semua anggota keluarga di izinkan menjenguk Maryam di waktu yang bersamaan. Mereka semua pun masuk dengan rasa penuh semangat.

Setelah mereka semua masuk, mereka memeluk erat Maryam. "Adek gapapa?" Tanya ummi tersedu sedu melihat anak bungsunya itu.

Maryam masih tak menjawab, rasa sakit di kepalanya membuat ia tidak kuar mengeluarkan suara.

Abi yang melihat ummi terlalu erat memeluk Maryam langsung reflek "mi, kasian" ucapnya sambil meraih tangan ummi untuk dijauhkan dari dekapan badan Maryam.

"Aduh maaf sayang" ucap ummi memandangi Maryam yang masih tak bicara.

Ummi akhirnya mundur dan mengikuti abi yang duduk di sofa sebelah kasur. Semua kakak maryam tak berkomentar, karena bisa di bilang ketiga kakak nya itu adalah lelaki yang dingin dan tak bisa mengekspresikan perasaannya.

Lain hal dari kakak ipar Maryam, mereka langsung mendekati Maryam dan mengelus elus kepala Maryam.

Adnan yang teringat akan keadaan suami Maryam itu langsung pergi keluar kamar. Mencari keberadaan Umar dan mendatanginya.

Ternyata Umar berada tepat di sebelah ruang Maryam. Umar masih tak sadar kan diri. Mata nya tertutup tetapi tangannya tak berhenti meraih tasbih satu demi satu.

Adnan tersenyum melihat itu. Ia yakin Umar akan membahagiakan adiknya.

Ada Umar di mari
Kalo ada Umar jangan lari ya
🌷🌷
Saksikan cerita selanjutnya :p
Syukron yang udah baca
Sehat sehat yaa sayangkuu.. ⚘️

gus AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang