pt. 4 - mengikhlaskan

177 3 0
                                    

Bunda tidak keluar kamar dari kemarin, padahal hari ini hari istimewa yang tidak bisa dilewatkan oleh semua orang.

Tapi bunda? ya, bunda gamau keluar kamar dan gamau bertemu dengan Nasya. Apa karena Nasya gabisa memberikan keturunan kepada Adnan?

Nasya bingung harus bagaimana karena sejujurnya, Nasya juga ragu untuk melanjutkan pernikahan ini. Tapi semua sudah terlanjur, Hari ini adalah hari itu. Hari dimana semua orang tunggu tunggu. Nasya dipersiapkan oleh tukang rias yang disewa oleh Adnan.

Ayah juga siap siap tapi, "bunda masih tidur?"
pertanyaan ayah yang tidak dijawab oleh bunda. "Hari ini hari bahagia anakmu, masa kamu mau melewatkannya" pertanyaan dari ayah yang lagi lagi tidak dijawab oleh bunda.

Tanpa sepengetahuan ayah sebenarnya, bunda sedang meneteskan air mata, tetapi ayah memaklumi istrinya yang mungkin sedang sakit jadi ia tidak bisa hadir dalam acara pernikahan.

Ayah dan Nasya berangkat ke pesantren al-azhiim dengan mobil yang sudah disiapkan oleh Adnan. setelah sampai, Nasya dipersilahkan masuk ke pesantren itu. Ternyata Adnan sudah mempersiapkan semuanya dengan baik, sangat terlihat mewah.

Nasya langsung dipersilahkan duduk disamping Adnan, waktunya ijab qobul kan?
Wali mempersiapkan mic yang akan dipakai oleh Adnan.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan.."

"BERHENTI!!...."

"bunda? bunda kenapa?" Nasya bertanya sambil menghampiri bundanya.

Semua yang ada diacara itu terkejut, tidak ada yang berani membela ataupun membantah perbuatan yang dilakukan bunda.

"bunda kenapa? kenapa gamau Nasya nikah sama kak Adnan? bunda ada masalah apa?" ucapnya sambil berusaha menahan tangis.

Bunda menarik tangan Nasya untuk menjauh dari acara pernikahan itu. Nasya yang ditarik tangannya tidak bisa mengelak karena itu bundanya. Orang yang iya sayang sekali.

Tiba tiba suasana menjadi menegangkan bagi semua keluarga Adnan dan Nasya.

Bunda ingin bicara Nasya.
"Sebenarnya, bunda ini istri kedua dari ayahmu" pernyataan bunda yang membuat Nasya diam terpaku tidak bisa bergerak.

"Ayahmu menikahi bunda karena istri pertamanya tidak bisa hamil nak."

"Bunda gamau kamu akan disia sia kan seperti istri pertama ayah."

"mungkin ini karma untuk bunda anakku, maaf karma ini malah terjadi kepadamu nak. Maaf..."

Bunda yang tak bisa lagi menahan tangis, tangisan bunda dan Nasya pecah habis habisan. Tak ada yang bisa berkata lagi, bunda dan Nasya hanya bisa menangis terus menangis.

"jadi bun, aku harus batalkan menikah dengan kak Adnan?..." tanya Nasya pada bunda nya dengan suara yang hampir habis.

"bunda gamau kamu disakiti oleh laki laki nak, bunda gamau kamu menjadi perempuan yang selalu tersakiti." jawab bunda sambil mengelus kepala Nasya.

"hanasya...." panggilan dari seorang laki laki yang ternyata itu kak Adnan.

bunda dan Nasya menoleh ke arah suara itu. Mereka berdua menghapus bekas tangisan tadi.

"ada apa bun, nas?" tanya kak Adnan dengan wajah bingung.

"aku tidak bisa hamil kak, aku gabisa menjadi istri yang sempurna" jawab Nasya dengan suara terbata bata tak kuasa menahan tangis.

"lalu? kamu takut kakak akan menjauhi kamu atau menyakiti kamu?"

"Ya semua laki laki itu hanya bisa memberi luka pada perempuan yang tidak sempurna!!!" jawaban dari bunda untuk kak Adnan.

"saya akan menerima apapun yang terjadi dalam diri Nasya ketika ia menjadi istriku." pernyataan Adnan yang membuat hati bunda sedikit tenang.

"kamu serius akan menerima anak saya dengan sebaik baiknya dan tidak akan menduakan nya?" pertanyaan dari bunda  lagi lagi untuk kak Adnan.

"Iyaa... bunda, aku akan selalu menerima kekurangan istriku. Selalu"

Setelah mendengar pernyataan itu bunda meminta maaf kepada Adnan dan menyuruh mereka melanjutkan pernikahannya.

Sementara bunda masih tidak bisa bergerak karena lemas dan merasa bersalah kepada anaknya itu.

Bunda hanya pergi ke mesjid dipesantren al-azhiim dan menunaikan sholat taubat, bunda merasa bersalah karena mengganggu kelancaran pernikahan anaknya sendiri.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq."

Akhirnya mereka berdua sudah sah menjadi suami istri. Semua orang tersenyum bahagia melihat mereka berdua.

Bunda memeluk Nasya sehabis acara hampir selesai. "Maafkan bunda ya nak, bahagia selamanya.." tangis bunda dan Nasya pecah sepecah pecahnya.

setelah adzan dzuhur acara pernikahan Nasya dan Adnan selesai. Semua tamu dipersilahkan untuk menunaikan sholat dzuhur dimesjid pesantren al-azhiim.

Sementara Adnan dan Nasya memutuskan untuk sholat berjamaah berdua. Sebelum melaksanakan sholat dzuhur, Adnan terus salah fokus pada istrinya yang terlihat sangat cantik.

Tapi mereka hanya mampu saling menatap tanpa berbicara. Sekali nya berbicara ngajak sholat hehe. "ayo kita sholat hanasya.."

"kak Adnan bisa panggil aku hana atau nasya atau khadijah."

"Biasanya kamu dipanggil apa oleh orang lain?" Adnan melontarkan pertanyaan kepada Nasya.

"kebanyakan yang manggil aku itu Nasya dan Hana" jawab dari Nasya.

"yasudah saya akan panggil kamu khadijah.."

"aneh, padahal nanya nya kebanyakan orang lain manggil aku apa tapi kenapa yang diambil malah nama yang gapernah orang lain ucapkan" jawab Nasya sambil muka heran.

"karena saya bukan orang lain kan? saya suami kamu."

kak Adnan memang menarik, itu yang ada dalam hati Nasya sekarang. tapi ia tak mampu bilang kepada kak Adnan bahwa dirinya terlihat sangat menarik bagi Nasya.

"eh ayo sholat dulu.." panggil Adnan pada Nasya yang dari tadi hanya ngelamun.

"EHH, ayo kak.." jawab semangat dari Nasya.

gus AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang