Empat

78 16 6
                                    

Tema: "Buatlah cerita dengan tema apocalypse."

Post-apocalyptic, science fiction

1230 kata

Aku berada di dalam lemari pendingin saat ledakan itu terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berada di dalam lemari pendingin saat ledakan itu terjadi.

Ayah yang memaksaku masuk ke sini. Katanya, sebentar lagi akan ada badai yang amat besar. Padahal, badai yang dahsyat itu tak mungkin bisa menciptakan getaran ekstrem luar biasa yang membuatku histeris selama semenit penuh, serta-merta menciptakan dentuman yang kelewat besar.

Tiga puluh menit sebelum ini, saluran tv nasional mengabarkan siaran kalau dalam 10 menit ke depan, nuklir itu akan meledak, yang katanya bakal menciptakan ledakan besar serta meninggalkan radiasi. Atas penuturan Ayah saat itu, katanya nuklir adalah celana dalam Hulk. Aku tak mengerti mengapa celana dalam bisa meledak sampai menghancurkan daratan. Ia pikir aku masih kecil, padahal usiaku sudah cukup untuk mulai menyukai wanita.

Mundur lagi seminggu sebelum ini, seluruh tv menyiarkan kabar buruk secara internasional kalau 13 nuklir di Indonesia mengalami kebocoran teknis—tenis meja atau apalah kata penyiar berita di balik layar. Itu berlangsung selama tujuh hari penuh yang ditayangkan berulang setiap jam di seluruh siaran televisi.

Nah, inilah sebabnya kami sekeluarga mesti mengevakuasi diri sendiri di rubanah.

Padahal, di alun-alun ibu kota, ada satu museum fosil purbakala dua lantai. Rubanah versi besar, berlapis baja dengan dinding besi ada di bawah tanah tempat pemerintah itu. Para Polisi dan segelintir tentara sebenarnya melakukan evakuasi besar-besaran hanya sebagai bentuk formalitas. Faktanya, Bapak Presiden dan antek-anteknya itu cuma peduli pada keluarga mereka saja. Kalau tidak ada hubungan darah, sampai menjilat kulit sepatu pantofel mereka pun tak bakal cukup untuk masuk ke dalam tempat itu.

Untungnya, kami punya ruang bawah tanah sendiri.

Ayah bekerja sebagai penyiar radio selama paruh hidupnya. Seperti podcast dan semacamnya. Walau demikian, waktunya sebetulnya disita oleh pekerjaan utama sebagai pekerja perangkat lunak di perusahaan lumayan tersohor di ibu kota.

Baiklah, kita lanjut ke cerita utamanya—aku dalam lemari pendingin. Nah, karena Ayah sering sekali kerja malam di sini, maka ia selalu ketiduran. Upaya agar aku tak susah-susah mengantarinya dengan secangkir kopi atau memberitahu kalau makan malam telah siap, Ibu dan Ayah akhirnya setuju untuk menyulap rubanah jadi semacam rumah kedua bagi kami.

Di sini lengkap—lemari pakaian, ranjang, kasur, sofa, lemari es, oven, kompor, meja-meja yang dipenuhi perlengkapan kerja Ayah dan juga merangkap sebagai gudang, sebab hampir di setiap sudut isinya perkakas elektronik milik Ayah. Minusnya, tak ada tolilet untuk melakukan panggilan alam. Setelah itu, semuanya sempurna. Aku bahkan sering menghabiskan waktu di sini; rebahan, main hp, wifi-an.

unveiled: 30 DWC NPC 2024.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang