Tema: "Dalam rangka satu minggu DWC, tema hari ini adalah buatlah songfic dari lagu terakhir yang kalian dengar. Platform yang digunakan bebas asal legal, bukan bajakan. Jika ada yang tidak mendengarkan lagu, bisa pilih lagu secara random yang penting ada liriknya.Song fiction (kayaknya)
700 kata
"Untukmu, Sherley."
Dia meyodorkan sebuket mawar. Aromanya harum begitu kusesap sesaat. Yang jadi masalahnya, Dante melakukan ini bukan karena hati, tetapi karena terpaksa dan semata ingin melakukannya untuk meminta maaf padaku. Meski niatnya baik, cara ia dalam melakukan sesuatu setengah-setengah itu membuatku muak, tetapi ... aku tidak bisa menolak. Percayalah.
"Terima kasih." Aku menyambutnya. Begitu digenggaman, aroma mawar langsung mengisi udara. "Sekarang, bangkitlah. Kau tidak perlu sampai berjongkok seperti itu."
"Sama-sama, Sayang." Dia duduk di sampingku.
Aku menunggu sesaat. Dia harus berbicara sebelum aku memulainya. Dia harus.
"Maafkan aku." Dante akhirnya memecah hening. "Semalam, aku benar-benar hilang akal-semuanya terjadi begitu saja. Apakah pipimu masih sakit, Sayang? Aku juga minta maaf tentang Deseline. Kami tidak ada hubungan apa-apa. Aku tidak ada hubungan dengannya. Percaya padaku, Sherley."
Kau sudah hilang akal sejak lama, batinku berteriak. Mungkin hari ini dia berkata begitu, tetapi besoknya Dante akan mengulangnya seakan-akan tidak ada yang salah dengannya dan hubungan kami. Padahal, sudah jelas-jelas dia bermain di belakang dengan Deseline-sahabatku.
Aku bodoh tak tertolong.
"Dante," kataku, "aku pernah bilang kalau aku akan meninggalkan kota ini, bukan?"
Dia menegang sejenak, seperti menegaskan bahwa ia tidak terima atas penuturanku barusan. Dante menoleh, ekspresi wajahnya bukan lagi memasang tampang tersakiti dan sorot penuh harap seperti sebelumnya, melainkan dihias gurat-gurat tidak senang.
"Kau tidak akan bisa hidup tanpaku." Dia berkata dengan percaya diri.
Memang sebelumnya begitu. Selepas kematian ibuku, aku bergantung hidup pada Dante sampai sekarang. Sampai kami menjalin hubungan selama satu tahun lebih. Jujur saja, kehilangan keluargaku satu-satunya adalah hal yang paling membuatku terpuruk. Ketika aku terjatuh, Dante selalu datang ... mengulurkan tangan. Namun, bersama pria ini juga bukan keputusan baik, selagi aku merasakan panasnya pipi dan area tubuh lain nyaris setiap malam.
"Aku harus mengakhiri ini. Hubungan kita." Akhirnya, kalimat yang paling ingin kukatakan sejak lama akhirnya meluncur begitu saja.
Dante tampak memanas. "Kenapa? Kau mau apa? Uang? Mobil? Emas? Rumah? Harga dir-"
"Kau jelas-jelas selingkuh," potongku cepat. Dante menoleh, tercekat. Sebelum dia sempat berbicara, aku melanjutkan, "Dengan sahabatku, Deseline."
"Sudah kubilang aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya!" Suara Dante meninggi, tersulut emosi. Aku menegang. Kami berada di kursi taman yang lumayan sepi, tetapi rasanya tetap was-was saat Dante berbicara begitu seenaknya tanpa peduli sekitar. "Percayalah-memang kami sering menghabiskan waktu bersama, tetapi aku dan dia sungguhan tidak menjalin sesuatu yang buruk-"
"Ini yang terakhir!" Aku berdiri. Dengan berani, melemparkan sebuket bunga mawar ke wajahnya. Persetanlah dengan duri-durinya itu. "Jelas sekali kalian minggu kemarin satu mobil bersama. Tampak ceria, senang, dan tertawa-tawa. Apalagi kalau bukan karena cinta? Jangan mengelak, Dan! Aku melihatnya! Kau tidak bisa mengelak kali ini, bahkan aku punya rekaman videonya yang ku-record membuntuti kalian sampai ke apartement—entah apa yang kalian perbuat di sana!"
Dante berdiri, melempar sebuket mawar sembarang arah. "Ya, memang seperti itu," katanya. "Kami memang-"
Lalu, telapak tanganku melayang di pipinya. Tanpa kuduga.
Aku emosi. Dengan hati berapi-api, entah dilanda amarah, kecewa, kebingungan atau apalah, aku segera melangkah cepat sementara Dante terus-terusan berteriak menyerukan namaku. Tanganku melambai pada taksi, masuk, dan segera pergi ke mana saja asal meninggalkan kota ini. Aku muak melihat wajah Dante dan wajah Deseline.
Dadaku yang sesak, tak lama berangsur membaik. Setelah melepas Dante ... ada secercah rasa lega di hatiku. Tidak pernah aku merasa sebahagia ini sebelumnya. Kali ini, aku benar-benar terlepas darinya. Dari Dante.
Aku merogoh ponsel di tasku. Di sana banyak sekali notif pesan dan panggilan dari Dante. Persetan dengan pria itu. Aku segera menghapusnya, tetapi dalam sedetik itu, muncul pesan baru satu per satu dari Dante.
"Kau perlu tahu, Sherley."
"Kami memang sering bersama karena ada satu hal."
"Maafkan aku. Aku berbohong kalau aku tidak punya keluarga."
"Ibuku sedang sakit di apartemen miliknya sendiri."
"Aku dan Deseline terpaksa selalu bersama kesana kemari mengurus keperluan ibuku."
"Deseline mungkin tidak cerita satu hal,
"Bahwa dia adalah adikku."
Yo ⟵(๑¯◡¯๑)lagunya di mulmed yah
KAMU SEDANG MEMBACA
unveiled: 30 DWC NPC 2024.
RandomSetelah aku bertemu Bibi Zaras malam itu, panti asuhan tempat anak-anak menginap dibakar oleh seseorang-atau sesuatu. Anehnya, 33 penghuninya dinyatakan menghilang tanpa meninggalkan jejak bakar tulang-belulang. Satu-satunya yang utuh di petanahan a...