Tema: "Buat cerita dengan tema dinosaurus."
Cerita Lepas
1287 kata
Usiaku tiga belas tahun saat menerima siraman air panas di tangan waktu itu.
Bibi Zaras yang melakukannya. Awalnya, aku tidak mengira sampai-sampai ia tega melepuhkan kulit tanganku dengan seceret kecil air mendidih. Padahal, saat itu cuma sedang membela diri atas ucapan sesadis pedangnya.
Malam itu, sekitar pukul sembilan, panti asuhan kami kedatangan dua pemuda dari kota. Perawakan mereka bagai pedagang-pedagang kaya yang sering kemari untuk bertemu Bibi Zaras. Bedanya, dua pemuda usia awal dua puluhan memiliki mata sendu, tentram dan semuanya normal, tidak persis seperti pedagang-pemabuk yang kerap kemari mirip orang sakaw.
"Mereka siapa, ya?" Nordicia menyenggol bahuku. "Jarang-jarang ada tamu ... seperti mereka."
Kami berdua urung ke toilet ketika mendengar obrolan di ruang tamu, jadi aku dan Nordicia kepalang penasaran sampai mengintip melalui lorong panjang yang mengarah ke ruang tamu. Di sana, ada juga Bibi Zaras dan Abah Nazur yang sedang mengobrol dengan dua pemuda tersebut. Keduanya bersetelan rapi dan memiliki banyak kantong—khas pedagang di kota.
"Mungkin mereka ingin mengadopsi anak-anak panti?" Aku bertanya ragu.
Terasa tidak mungkin juga sebenarnya. Lagian, panti asuhan kami terletak di tengah pulau. Butuh waktu 30 menit naik perahu untuk sampai ke pelabuhan, 10 menit melalui pehutanan. Kalau pun memang dua pemuda itu ingin mengadopsi anak, barangkali dia ini sedang mabuk kecubung atau semacamnya sebab memilih anak-anak rumah kasih di sini. Toh, di kota sana berseliweran panti asuhan. Hanya orang gila yang rela-rela kemari untuk mengadopsi anak. Karena pertama, lokasinya jauh dan kedua, kami terkenal dengan anak-anak bermasalah. Anak tidak dianggap. Misalnya, orang tua sendiri yang mengantar ke sini. Lalu anak-anak bermasalah kriminal seperti pencuri, pengedar ramuan atau obat terlarang, pun gangguan mental, penyandang disabilitas dan banyak lagi. Jadi jangan heran sifat-sifatnya.
Aku dan Nordicia masih mengintip ke sana ketika Arair melangkah lamban sambil bersenandung. Aku kira, gadis usia tujuh tahun itu mengiggau atau, kau tahu, tidur sambil berjalan seperti bermimpi. Namun, sepertinya aku keliru. Dia benar-benar bangun. Ia mengenakan baju tidur motif panda kebesaran. Di tangannya, ada mainan karet dinosaurus dan tentara-tentaraan mini.
"Arair!" Kami berdua menginterupsinya. Gadis itu berhenti, menoleh sembari mengerutkan kening. Posisi bibirnya monyong.
"Sini!" Nordicia menarik lengannya.
"Jangan ke sana," tuturku pelan. "Lihat? Bibi dan Abah kedatangan tamu. Jangan berisik."
Arair mengerutkan kening. Lantas lanjut bersenandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
unveiled: 30 DWC NPC 2024.
RandomSetelah aku bertemu Bibi Zaras malam itu, panti asuhan tempat anak-anak menginap dibakar oleh seseorang-atau sesuatu. Anehnya, 33 penghuninya dinyatakan menghilang tanpa meninggalkan jejak bakar tulang-belulang. Satu-satunya yang utuh di petanahan a...