Tema: "Buatlah cerita tentang seorang pengamen yang sedang menyanyikan lagu karangannya sendiri, minimal memasukkan 1 bait lagu yang dinyanyikan pada dialog pengamen tersebut. (Lagu yang dinyanyikan bisa dari puisi atau lagu ciptaan penulis)"
Poetic
231 kata
"Lekas-lekaslah tersenyum cerah, wahai adinda
Segeralah lepas murung di wajah eloknya
Buka mata dan tengoklah dunia
Perhatikan, betapa indahnya bumi kita ...."
Dipetik ukulele, bersenandung ia di keramaian
Siang-siang terik, meski peluh di kening, masih saja ia menyanyi di perempatan
Masih kecil badannya, belia umurnya, ditanya mengapa, katanya cari uang untuk minum-makan
Terlalu kejam dunia ini untuknya, mendulang cuan kala di tengah kerumunan
Wahai, Bapakku, lihatlah kawan-kawan kita di sini
Gundah gulana aku menyaksikannya perjuangan saudara-saudari
Sakit hatiku, menetes air mataku berhari-hari
Wahai, Bapakku, tengoklah sekali lagi, ke mana sepucuk surat pasal janji-janji perihal sodara-sodari kita ini?
Ke mana kemanusiaan yang dikumandangkan saat siang cerah?
Hilang ditelan, kah?
Hilang dibuang, kah?
Hilang disengaja, kah?
Ceritanya ada di salah satu kota, sebelum puisi ini dibuat, para pengamen, anak jalanan, pengemis dan sejenisnya akan diberi makanan gratis setiap minggu dan rencananya (oleh orang-orang yang disebut Petinggi Kita) akan dirumahkan di penampungan khusus orang-orang seperti mereka. Namun, lepas 2 tahun usai janji-janji itu dikatakan, sampai hari ini sodara-sodara kita masih mengais pengisi perut di emperan jalan, tong sampah, hingga tindakan mencuri sebab keterpaksaan. Luangkanlah waktu sejenak untuk memberi. Sekecil apa pun itu, sangat berharga bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
unveiled: 30 DWC NPC 2024.
RandomSetelah aku bertemu Bibi Zaras malam itu, panti asuhan tempat anak-anak menginap dibakar oleh seseorang-atau sesuatu. Anehnya, 33 penghuninya dinyatakan menghilang tanpa meninggalkan jejak bakar tulang-belulang. Satu-satunya yang utuh di petanahan a...