1

82 6 0
                                    

Sebuah keluarga tengah melakuan makan bersama. Kegiatan itu rutin dilakukan jikalau tengah bersama kepala keluarga. Mereka berbicara dengan hangat layaknya keluarga harmonis dan bahagia.

"Nayeon-ah, bagamana pekerjaanmu akhir-akhir ini? Apa kakakmu mau membantu?" tanya Wooje, kepala keluarga di rumah itu.

"Tentu saja Jieun banyak membantunya" sahut wanita paruh baya yang kini menatap Nayeon.

"Ya, kakak banyak membantuku. Ayah tak perlu khawatir" jawab Nayeon atas pertanyaan pria paruh baya itu.

"Aku merasa khawatir karena pekerjaan itu sebenarnya bukan bidangmu. Kau belajar dengan sangat giat untuk menyelesaikan pendidikan dokter. Kenapa kau tiba-tiba ingin bekerja di perusahaan?"

Nayeon diam sejenak.

"Aku tiba-tiba ingin mencari pengalaman baru. Dan setelah beberapa bulan, pekerjaan ini terasa menyenangkan" jawab Nayeon sambil tersenyum. Dia ingin menenangkan pria paruh baya yang terlihat mencemaskan dirinya.

"Ngomong-ngomong kapan Jieun akan menyusul kesini?" tanya Wooje.

"Dia akan berangkat dari Seoul besok siang. Oh iya, dia akan datang bersama calon menantu kita. Tak apakan kalau dia menginap di sini untuk beberapa hari?"

"Tentu saja, aku sudah menganggapnya sebagai keluarga kita" jawab Wooje.

Jadi saat ini mereka sedang berada di Busan, tempat Lee Wooje mengelola perusahaannya. Mereka akan merayakan natal dan tahun baru di sana. Sementara itu Nayeon dan Jieun bekerja di Seoul. Karena sedang libur panjang mereka pun pergi ke Busan untuk berkumpul bersama keluarga.

Makan malam selesai. Wooje yang sangat pengertian pada Nayeon itu menyuruh putrinya untuk beristirahat karena baru saja tiba beberapa jam lalu.

"Nayeon, beristirahatlah"

"Baik ayah" Nayeon berniat pergi ke kamar yang akan ditempatinya, namun sebelum itu dia menunduk memberi hormat.


.



"Hahh..." Nayeon menghela nafas setelah menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur.

"Sangat melelahkan" gumamnya.

Tak lama kemudian pintu kamar itu diketuk.

"Aku membawakan selimut tambahan dan aromaterapi untukmu" suara ibunya dari balik pintu. Nayeon pun buru-buru bangkit dan membuka pintu kamar.

"Oh Eomeoni" Nayeon berusaha tenang.

"Terimalah" wanita paruh baya itu menyerahkan selimut dan aromaterapi pada Nayeon.

"Terimakasih"

Jika kalian mengira wanita itu adalah ibu yang sangat pengertian pada Nayeon kalian salah besar. Namanya Kang Eunhye, dia adalah ibu dari dua anak perempuannya. Namun sebagi seorang ibu Eunhye tergolong pilih kasih karena hanya menyayangi satu putrinya saja, si putri pertama, Lee Jieun. Sementara Nayeon seringkali dianaktirikan. Eunhye akan terlihat menyayangi Nayeon hanya saat ada suaminya saja.

Jadi membawakan selimut dan aromaterapi hanyalah alibinya saja untuk bisa mengomeli putri keduanya.

"Sebaiknya kau tak banyak bicara. Diam saja. Jangan sampai salah bicara dan membuat kakakmu terkena masalah" ujarnya pada Nayeon dengan tatapan menghakimi.

"Baik eomeoni" Nayeon menunduk.

Eomeoni, Nayeon memanggil ibunya seperti itu. Tidak seperti sang kakak yang memanggil sang ibu dengan panggilan 'Eomma' karena akrab dengan ibunya.

"Kau harus mengingatnya" ujar Eunhye sebelum keluar dari kamar itu.

"Ya"

Sambil membawa selimut dan aromaterapi Nayeon mendekati tempat tidur.

Ot[her] | About herTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang