5

37 7 1
                                    

Pagi hari di akhir pekan.

Setelah bangun tidur Nayeon langsung menuju ke dapur untuk mengambil minum. Di sana sudah ada bi Park yang sedang membuat sarapan.

"Kenapa menunya banyak sekali?" tanya Nayeon melihat banyak makanan yang sudah tersaji di atas meja makan, belum lagi makanan yang belum matang.

Padahal jika tak ada kepala keluarga, meja makan tak akan sepenuh itu.

"Kata nyonya besar, hari ini beliau mengundang calon suami nona Jieun untuk sarapan bersama. Semalam nyonya menyuruh saya memasak banyak makanan" tutur bi Park.

"Oh" jawab Nayeon dengan singkat.

Karena tau Mingyu akan datang ke rumah Nayeon pun membuat rencana lain.

Setelah mengambil minum dia kembali ke kamarnya. Dia menganti pakaian kemudian keluar lagi.

"Bi aku pergi dulu ya" pamit Nayeon pada bibi pembantu itu.

"Tidak sarapan dulu?"

"Tidak, setelah jogging aku akan sarapan di luar" tutur Nayeon.

"Baiklah" bibi Park tersenyum.

Sebenarnya wanita paruh baya itu tau alasan Nayeon keluar, pasti untuk menghidar. Bibi Park sudah bekerja di keluarga itu sangat lama, jadi dia tau bagaimana cara Eunhye memperlakukan Nayeon.

Bahkan dulu bibi Park sering kali menjadi wali Nayeon saat ada undangan dari sekolah.



.
.



Saat matahari sudah cukup terasa panas Nayeon memutuskan mendatangi cafe waralaba milik temannya, Jeongyeon dan Jihyo. Kedua teman Nayeon memang membuat bisnis bersama.

"Nayeon. Hai..." sapa Jihyo.

"Hai... aku pesan menu paket dua. Minumannya yang biasa. Kau tau kan?"

"Tentu saja"

"Jeongyeon?" Nayeon menanyakan.

"Hari ini dia tak datang, sedang ada urusan lain. Jadi hanya aku yang akan mengawasi para karyawan" jawab Jihyo.

Setelah itu Jihyo memanggil salah satu karyawannya untuk membuatkan pesanan Nayeon.

Tak lama kemudian pesanan Nayeon siap dibawa ke meja makan. Jihyo juga ikut duduk bersama Nayeon. Toh sudah ada para karyawan yang mengurus pelanggan lain.

"Ada apa?" tanya Nayeon karena Jihyo terus menatapnya.

"Huft... Seharusnya aku yang tanya, sepertinya suasana hatimu kurang baik"

"Aku di jodohkan"

"Apa?!"

Nayeon terkikik melihat reaksi temannya.

"Sudah ku duga reaksimu akan seperti itu. Tapi tenang saja. Aku menolaknya" jawab Nayeon masih tersenyum.

"Benar, suasana hatiku kurang baik. Bukan karena perjodohan, tapi karena pagi ini ibuku mengundang calon suami kak Jieun untuk sarapan di rumah" tutur Nayeon.

"Ibumu menyuruhmu menjauhi Mingyu tapi dia selalu membuat Mingyu datang ke rumah. Ibumu aneh" sahut Jihyo. Ya, dia sudah tau permasalahan itu. Hampir semua teman dekat Nayeon mengetahui problematika ibu Nayeon.

"Itu adalah cara halus untuk menyuruhku pergi dari rumah" ungkap Nayeon.

"Nay, bagaimana kalau kau menjadi anak ibuku saja? Ibuku mau kok kalau mengadopsimu" ujar Jihyo bercanda, tapi dia tak bohong. Ibu Jihyo memang sudah menganggap Nayeon seperti putrinya sendiri.

Ot[her] | About herTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang