Tiara 15

80 5 0
                                    

Luffy kembali dari kamar mandi setelah lama mendekam di dalamnya. Sungguh memalukan, ia malah sakit perut saat mengunjungi Kasih di rumahnya. Mana seluruh anggota keluarga sedang berkumpul pula!

Dengan langkah lunglai ia kembali ke ruang tamu. Namun di depan pintu, dilihatnya tante Dahlia sedang memaki-maki seseorang yang berada di luar pintu masuk utama. Ketika posisinya semakin dekat, tampak olehnya punggung seorang wanita, yang tengah berjalan melintasi halaman depan. 

"Astaga, kau membuatku kaget!" pekik Tante Dahlia ketika berbalik badan.

"Tante bicara dengan siapa?" tanyanya penasaran.

"Bukan urusanmu!" jawab Tante Dahlia, sebelum kemudian masuk ke ruang tamu.

Berikutnya Luffy menyusul masuk, dan duduk di sebelah Wira yang diapit olehnya serta Kasih. Ia berbisik di telinga sahabatnya itu, memberitahukan kondisinya dan berencana akan berpamitan kepada tuan rumah. Tapi Wira malah ikut pamit, membuat Kasih kecewa dan Tante Dahlia mengungkapkan ketidak relaannya. Luffy jadi merasa tak enak hati.

🎤🎤🎤

"Kau melihat tante Dahlia habis bicara dengan seorang wanita?" tanya Wira, sehabis Luffy menceritakan pengalamannya.

"Siapa?" lanjutnya. "Tiara?" tanyanya ragu.

Namun Luffy menggeleng, "Aku hanya sempat melihat punggungnya dari kejauhan."

Hening sesaat, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah bertemu dengannya lagi?" tanya Luffy.

"Aku sibuk." jawab Wira sembari menggelengkan kepala.

"Tugasmu di puskesmas masih belum selesai?" tanya Luffy.

"Sedikit lagi." jawab Wira. "Apa sudah ada pengumuman tentang penugasan khusus yang baru?" lanjutnya bertanya.

Luffy berdecak, "Kau masih berambisi untuk mengejar kenaikan pangkat, ya?"

"Aku butuh uang banyak." sahut Wira.

"Sial, Wir, seharusnya yang butuh uang itu aku!" umpat Luffy.

Wira hanya meliriknya sembari tersenyum.

"Anak konglomerat sepertimu buat apa sih cari uang banyak-banyak? Heran aku." lanjut Luffy.

"Apa kau berencana menikah dalam waktu dekat?" tanyanya, menebak. "Dengan siapa?" lanjutnya, penasaran.

"Masih lama deh itu!" sahut Wira.

"Oke, aku ganti pertanyaannya," ucap Luffy. "Apa kau akan pernah menikah?"

Seketika Wira meliriknya kesal, "Tentu saja aku akan menikah!"

Luffy tertawa, "Habis kau seperti orang yang tidak berminat pada pernikahan!"

"Kau sendiri, kapan berencana untuk menikah?" balas Wira.

"Kalau adik-adikku sudah lulus sekolah." jawab Luffy.

Wira mengernyit kening, "Bukannya adikmu yang bungsu masih SD? Kau mau menunggu sepuluh tahun lagi?"

"Ya, tidak apa-apa, kau belum akan terlalu tua." lanjutnya. "Tapi apa kau yakin Kasih mau menunggu selama itu? Sepertinya ia tipikal perempuan yang senang menikah muda."

Luffy juga berpikir begitu. Tapi,....

"Calon menantu yang diidamkan oleh Tante Dahlia kan kau, bukan aku." jawabnya.

Wira berdecak, "Yang penting itu restu Om Yugo! Jika beliau sudah setuju, istrinya hanya bisa menurut."

Ucapan Wira ada benarnya. Dibanding memikirkan sikap Tante Dahlia yang kurang bersahabat, lebih baik Luffy mengambil hati mantan jenderal besar itu. Tapi,....

"Apa kau lupa, kau lah prajurit favoritnya!" ucap Luffy, kesal sendiri.

Mengapa kedua orang tua Kasih begitu menyukai sahabatnya!

"Aku tidak akan bersaing untuk mendapatkan Kasih." ungkap Wira secara mengejutkan.

"Maksudmu?" Luffy menatap penuh ke arahnya. "Ah, karena kau sudah mendapatkan hati anaknya, beserta restu kedua orang tuanya?"

Sial, apa Wira mau pamer? Gerutu Luffy dalam hati.

Wira kembali berdecak, "Berapa kali harus kubilang, dimataku ia hanyalah adik dari temanku."

"Dan seingatku, baru-baru ini kau habis meniduri adik dari temanmu." sindir Luffy.

Wira meraih bantal dari bangku belakang, untuk selanjutnya ia lemparkan kepada temannya. Luffy sialan!

🎤🎤🎤

Hampir satu bulan setelah obrolannya dengan Luffy di mobil, sepulang dari rumah Alan saat itu. Malam ini, secara spontan Wira mendatangi klub malam tempat ia pernah mendapati Tiara sedang menari striptis. Sekalian ia mampir makan, karena baru saja pulang dari bekerja.

Ngomong-ngomong tentang pekerjaan, belum ada rilis penugasan khusus yang baru. Padahal tugasnya di puskesmas sudah hampir berakhir. Sayang sekali.

Suara musik yang keras segera memenuhi gendang telinganya begitu memasuki bar. Matanya melirik ke arah para gadis yang sedang menari di atas panggung, sembari langkahnya tertuju ke sebuah meja kosong. Tak lama seorang pelayan wanita menghampirinya, menanyakan pesanan sambil melemparkan senyuman menggoda.

"Mau saya temani, Mas?"

Seorang wanita bergaun mini menyambangi kursinya, namun Wira memberikan penolakan dengan wajah datar.

"Saya Elisa. Saya sudah sering melayani tamu disini. Dan tidak pernah ada yang pulang dengan kecewa." ucap gadis itu, sembari menyusurkan jemarinya di sepanjang dada Wira.

Tak mendapat respon, gadis itu semakin berani dengan melepas kancing ketiga kemejanya yang masih terkait. Jemarinya mengelus dada Wira, lalu kepalanya ia sandarkan di bahu lelaki itu.

Wira mengumpat dalam hati. Bukan karena ulah LC tersebut yang hingga kini belum ia sadari, melainkan di atas panggung, Tiara sedang menunjukkan goyangan bokongnya di hadapan para lelaki yang berkerumun di bawah panggung. Seorang lelaki mengulurkan tangannya, mengusap betis gadis itu, dan Tiara malah balas melemparkan senyuman seolah ia menyukainya. Sialan! Tarian gadis itu terlihat semakin parah dari saat terakhir Wira melihatnya.

Tak lama, pelayan wanita kembali sembari membawa makan malam yang dipesannya. Wanita itu tampak cemberut sebelum kembali pergi. Wira tidak mempedulikannya, memilih untuk mulai menyantap hidangan. Namun, dadanya sedang diciumi oleh wanita bernama Elisa. Yang rupanya belum pergi sejak ia mengusirnya tadi.

"Kau mau kusetubuhi disini?" tanyanya, mengalihkan perhatian Elisa. "Boleh juga, wajahmu lumayan cantik." lanjutnya sembari mengusap pipi Elisa. "Kebetulan aku menyukai BDSM. Tubuhmu--" imbuhnya, lalu memindai bentuk tubuh Elisa. "Sepertinya kuat dicambuk hingga lima jam kan? Aku paling suka melihat wanitaku kehabisan napas saat kusetubuhi." lanjutnya, mencekik wanita itu.

Wajah Elisa memerah karena kesulitan bernapas. Tangannya memukul-mukul lengan Wira, meminta dilepaskan. Dan Wira menghitung satu sampai sepuluh dalam hati, sebelum melepaskan leher wanita itu. Elisa pun mengambil udara dengan rakus melalui hidung dan mulutnya. Hingga wanita itu terbatuk-batuk dan keluar air mata.

Wira mengusap lengan wanita itu, "Nah Elisa, sekarang aku akan mulai mengikat tanganmu." Wira mengeluarkan selembar dasi dari saku celana. "Setelah itu akan kuwarnai dadamu dengan pisau yang ada di piring itu!" lanjutnya, menunjuk piring berisi steak.

Dalam sepersekian detik, wanita itu lari terbirit-birit meninggalkannya.

🎤🎤🎤

TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang