Tiara 29

34 4 0
                                    

Hari Sabtu, Wira menerima undangan dari Alan untuk datang ke rumahnya. Ibu lelaki itu mengadakan pesta untuk teman-teman sosialitanya, sehingga ada banyak kudapan yang dapat mereka santap di ruang santai lantai dua. Begitu iming-iming yang Alan tawarkan kepadanya.

"Kau tidak mengundang Luffy?" tanya Wira, sembari menyantap kudapan.

"Dia sedang sibuk, membantu orang tuanya menjaga toko." sahut Alan.

Mereka sedang duduk santai ditemani aneka kudapan di atas meja.

"Apa kau mau kupanggilkan Kasih untuk bergabung bersama kita? Sepertinya dia sedang mengerjakan tugas kuliah di kamar." imbuh Alan.

Wira berdecak, menolak usulan tersebut.

"Kau belum mencoba saranku untuk one night stand?" tanya Alan.

"Aku menginginkan pacarku, Alan." jawab Wira, mendengus.

"Apa Tiara sebagus itu?" Alan mengernyit kening. "Padahal dia tidak punya pengalaman dengan pria." lanjutnya.

"Apa maksudmu?" tanya Wira, tertarik.

"Dia tidak pernah punya pacar atau teman dekat laki-laki sebelum kau." jawab Alan.

Wira terpaku, lalu katanya, "Mana kau tahu! Kalian kan tidak serumah."

Alan berdecak, "Aku cukup yakin akan hal itu. Kalau dia sempat punya kekasih, dia tak akan kemana-mana sendiri. Lagipula, dia terlalu galak untuk ukuran seorang perempuan. Tidak sedikit teman laki-laki Kasih yang mundur ketika baru menyapanya."

Wira terdiam mendengarnya. Ia ingat benar bahwa Tiara masih perawan ketika pertama kali Wira menyentuhnya. Dan ciuman wanita itu, meski memabukkan namun terkesan asal-asalan. Seolah Tiara memang tidak mahir melakukannya.

"Makanya aku tidak menyalahkanmu jika kalian bertengkar. Tiara memang cukup egois dan keras kepala." imbuh Alan.

"Wira, kau disini?" tegur Kasih, yang muncul dari koridor.

🎤🎤🎤

"Sebelum mengantarku pulang, apa kita bisa mampir ke toko kain? Aku ingin membuat sebuah gaun." tanya Kasih.

Wira mengiyakan permintaan gadis itu. Sejak kedatangannya ke rumah Alan untuk menyantap kudapan, mereka jadi sering pergi bersama. Kasih rupanya memiliki cukup banyak kegiatan di luar, bukan gadis rumahan seperti dugaannya dulu. Wanita itu mengikuti organisasi mahasiswa di kampusnya, juga kegiatan sosial di luar kampus. Wira jadi sering menjemputnya dan mengantarkan gadis itu kemana-mana. Pada akhir pekan, mereka akan jalan-jalan untuk melepas penat.

"Kau mau coba es krim-ku?" tanya Kasih.

Wira mengangguk, membuat gadis itu mengulurkan sesendok es krim ke depan mulutnya dengan senyum riang. Ia memakan kudapan manis itu sembari melihat betapa cemerlangnya bola mata Kasih.

"Kau mau lagi?" Kasih kembali menawarinya, padahal gadis itu saja belum memakannya lagi.

Pantas saja banyak lelaki yang jatuh hati padanya, pikir Wira sembari menerima suapan es krim. Kasih begitu perhatian, lemah-lembut, dan juga cantik. Setiap lelaki akan merasa senang menghabiskan waktu dengannya. Tapi, kenapa Wira malah terus membandingkan gadis itu dengan Tiara?

Tiara tidak begitu perhatian. Dia mungkin akan menyuapi Wira, tapi tidak terus-terusan. Gadis itu lebih suka diperhatikan. Ia akan terharu untuk setiap hal kecil yang Wira lakukan, seolah tidak pernah ada yang memberinya kasih sayang serupa. Dibanding menunjukkan hal-hal romantis seperti Kasih yang membawakan sarapan untuknya setiap pagi, Tiara memasak untuknya ketika ia menginap. Dan dibanding perhatian Kasih yang mengelap noda eskrim di sudut mulutnya, Tiara merespons setiap sentuhannya meski dengan malu-malu.

TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang