2. Hadirnya Buah Hati

94 1 0
                                    

Tiara Anugrah Utomo, nama yang cantik untuk sang buah hati yang telah sekian lama dinanti. Pelipur lara bagi Ratna yang kini harus menerima nasibnya, berbagi suami dengan istri muda Yugo.

Gadis kecil itu kini sudah tujuh tahun usianya, pintar dan pemberani. Ia senang membaca, sudah banyak koleksi buku yang ia miliki di kamarnya, hasil merengek pada sang ayah yang akan tertawa dan mengabulkan permintaannya untuk membeli sebuah buku baru. Tiara juga mewarisi kesenangan ayahnya menunggang kuda, Minggu pagi ayah dan anak itu akan menghabiskan waktunya di peternakan. Dapat Ratna katakan, Yugo jatuh cinta pada pandangan pertama sejak Tiara dilahirkan ke dunia.

Seharusnya Ratna bahagia dengan fakta tersebut. Kegelisahan yang sempat mampir di hatinya karena tak mampu memberikan buah hati, kini telah terobati. Kenyataan jika Yugo telah menduakannya adalah hal kecil yang tak seharusnya ia besar-besarkan. Toh suaminya masih pulang ke rumah walau hanya satu-dua hari seminggu. Seharusnya....

Namun sejak tiga tahun terakhir, Dahlia, istri muda suaminya ikut tinggal di rumahnya. Hutang yang menumpuk untuk membiayai pengeluaran sehari-harinya dan anak-anak menjadi alasannya untuk menjual rumah yang selama ini mereka tempati. Dengan berat hati Ratna kembali berbagi tempat tinggal dengan madunya. Meski dalam hati ia meyakini bahwa hutang yang menumpuk akibat gaya hidup Lia yang konsumtif dan hedonis. Wanita itu kerap mengadakan pesta di rumahnya, tanpa ada alasan khusus, hanya untuk bersenang-senang. Ia juga kerap terbang ke negara tetangga hanya untuk belanja pakaian dan kosmetik. Jalan-jalan ke Eropa menjadi acara tahunan wajib baginya. Pada saat-saat itu juga lah, Ratna harus siap siaga menggantikan Lia untuk mengasuh anak-anaknya, selagi ibunya liburan bersama kawan-kawan sosialitanya.

Layaknya siang ini, Dahlia menjamu teman-teman arisannya di ruang tamu. Beraneka minuman dan camilan yang khusus didatangkan dari restoran ternama menemani keseruan acara mereka. Tugas Ratna adalah mengawasi anak-anak Lia yang berkeliaran di taman belakang. Kasih sibuk merangkai bunga yang dipetiknya di bawah gazebo. Amara berkejaran dengan Tiara yang berlari sambil tertawa lepas di depannya. Oh tidak, bocah kecil itu sedang mengejar putrinya dengan kemarahan. Entah keusilan apalagi yang Tiara lakukan hari ini hingga membuat adik tirinya itu marah. Ratna harus segera memisahkan keduanya sebelum terjadi keributan yang akan membuat Lia naik pitam. Bisa-bisa ia dilaporkan pada Mas Yugo dengan tuduhan yang bukan-bukan, yang membuatnya harus pasrah menerima hukuman dari lelaki itu.

Belum sempat ia memisahkan Tiara dan Amara yang kini terlibat aksi jambak-menjambak, tangisan Andre -- anak bungsu Lia yang masih bayi -- terdengar. Kegamangannya menentukan pilihan terputus oleh kehadiran Alan yang tengah berusaha memisahkan kedua adiknya tersebut yang sedang bertengkar. Buru-buru Ratna menuju kamar anak, dimana Andre ditidurkan. Begitu tiba, ia dapati sang bayi telah berdiri di box. Kedua tangan mungilnya berpegangan pada pagar pembatas.

Ratna menepuk-nepuk pantat si bayi, berusaha menenangkannya sambil mengayun tubuh kecilnya dalam gendongan. Tak sadar saat Tiara memasuki kamar tersebut, dengan usil menggelitiki kaki adiknya.

Ratna menegur putrinya yang membuat Andre kembali menangis. Sambil tertawa Tiara melarikan diri dari ibunya, menaiki tangga yang berada di seberang seluncuran. Ibunya memperingatkan Tiara untuk berhati-hati. Tak lama terdengar suara telepon rumah berdering, menyusul teriakan Lia yang menyuruhnya untuk mengangkat panggilan tersebut. Ia letakkan sang bayi di atas karpet dan menitipkannya kepada sang putri.

Hanya jeda semenit setelah ia menerima panggilan telepon dari suaminya, terdengar tangisan keras bayi. Setengah berlari Ratna menaiki tangga, lalu menemukan Andre menangis di dekat tangga perosotan. Yang membuat jantungnya berdetak kencang adalah cairan merah yang mengaliri pelipis sang bayi. Namun belum sempat ia meraihnya, Lia keburu muncul dari belakangnya, dan menyaksikan pemandangan di depan mereka. Ekspresi sedih muncul di wajahnya ketika meraih putra bungsunya itu ke dalam gendongan. Lalu amarahnya meledak begitu melihat Tiara yang berdiri membeku di sebelahnya.

🎤🎤🎤

Ratna menilik Tiara yang belum juga tiba di meja makan untuk sarapan bersama. Kemarin petang Yugo marah besar akibat kecelakaan yang menimpa Andre -- yang dengan senang hati dikabarkan oleh Lia kepadanya -- lalu memukuli Tiara sebagai hukuman. Bahkan meski ia berlutut agar putrinya diampuni, Yugo tak juga mau menghentikan hukumannya. Barulah ketika Tiara tak sadarkan diri, lelaki itu membuang kayunya. Membiarkan Ratna membawanya ke kamar untuk diobati. Namun begitu ia hendak mengambilkan makan malam bagi sang putri yang baru saja sadar, Yugo muncul hanya untuk menambahkan hukuman bagi Tiara, tidak ada makan malam.

Ratna mengusap lengan putrinya, bermaksud untuk membangunkan anak tersebut. Namun Tiara malah mengigau dengan tubuh panas. Putri kecilnya demam.

Berhari-hari, obat penurun panas dan kompres tak kunjung meredakan panas di tubuh Tiara. Sedang Dahlia yang masih sakit hati, berhasil mempengaruhi suaminya untuk tidak mendatangkan dokter sebagaimana yang dipinta Ratna.

Tengah malam ia terbangun dari mimpi terburuk di sepanjang hidupnya. Dalam mimpi ia melihat dirinya sendiri menangis di tengah pengajian bernuansa kelabu, dengan Tiara yang terbujur kaku.  Rasa syukur tak terkira ketika ia masih mendengar igauan Tiara. Hanya sekejap karena perasaan itu berganti dengan kepiluan yang amat mendalam. Dalam tidurnya Tiara menangis memohon pengampunan dari ayahnya, memanggil-manggil nama Ratna demi sebuah pertolongan. Dengan sesak di dada Ratna meneteskan air mata, tergugu sambil bibirnya menciumi jemari sang putri. Ingatan tentang dirinya yang tak berdaya menyaksikan Tiara dipukuli ayahnya sendiri. Ingatan tentang dirinya yang hanya bisa menangis dan meratap dalam kekangan tangan Lia. Ingatan tentang dirinya yang tak mampu melindungi putri semata wayang ketika ia sangat membutuhkan pertolongan, mengiris hatinya.

Dengan kebulatan tekad ia bangkit dari sisi ranjang, berjalan menuju kamar dimana Yugo dan Lia berada. Demam yang diderita putrinya tak kunjung surut dan luka-luka di tubuhnya tak kunjung kering. Jika terus dibiarkan, Ratna khawatir mimpi buruknya akan benar-benar terjadi. Untuk pertama kalinya sepanjang pernikahan mereka, Ratna memutuskan untuk berani.

🎤🎤🎤

Mimpi indah Dahlia terganggu oleh suara ketukan pintu yang tergesa. Kesal karena si pengganggu tak kunjung pergi, hingga Yugo yang berbaring di sebelahnya turut membuka mata, membuatnya dengan terpaksa melangkahkan kaki menyeberangi kamar untuk membukakan pintu. Dan oh, berani mati rupanya wanita tua ini mengganggu istirahatnya di tengah malam buta. Tanpa ditahan-tahan ia memuntahkan kekesalannya terhadap Ratna, lalu mengusirnya pergi.

Ada yang aneh pada wanita tua ini, Lia mengernyitkan kening keheranan. Biasanya Ratna akan mengerut ketakutan melihat amarahnya, namun kali ini dengan wajah datar ia menolak untuk menyingkir, malah meminta bertemu dengan Yugo. Tentu saja tidak akan ia izinkan wanita itu mengganggu tidurnya lebih lama, namun anehnya, omelan Lia tak kunjung membuat Ratna pergi. Dan disaat ia sedang berusaha menyeret wanita itu pergi, Yugo datang menghampiri dan memintanya untuk melepas cekalan terhadap Ratna. Dengan bibir cemberut ia menyilangkan tangan di depan dada. Mengutuk ucapan Yugo yang mempersilakan wanita tua itu untuk menyampaikan maksudnya.

Bukan hal yang sulit ditebak, Ratna memohon kepada suaminya untuk mendatangkan dokter ke rumah atau membawa Tiara ke rumah sakit. Katanya bocah setan itu sakitnya semakin parah, hingga mengigau dan menangis kesakitan dalam tidurnya. Lia mendengus tak peduli, justru ia puas karena orang yang telah mencelakakan putra bungsunya, mendapatkan balasan yang setimpal. Oh tidak, karena putranya sampai harus menerima beberapa jahitan di pelipisnya, seharusnya anak Ratna juga memperoleh jahitan serupa. Ia tersenyum miring, otaknya menyusun rencana untuk menyayat pelipis Tiara diam-diam.

Kesenangan Lia melamunkan rencananya terputus oleh suara yang begitu nyaring, Yugo baru saja menampar Ratna hingga wanita itu jatuh di lantai. Meski kaget, ia senang melihat kesengsaraan wanita itu. Anehnya wanita lemah itu masih keras kepala dan terus menantang Yugo hingga mencapai batasnya. Setelah berdarah-darah dipukuli, barulah ia bersedia pergi dengan membawa segepok uang yang dilemparkan Yugo kepadanya.

Malam itu Ratna meninggalkan rumah sambil menggendong putrinya. Dan tak pernah kembali lagi hingga bertahun-tahun selanjutnya.

🎤🎤🎤

TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang