Tiara 13

87 5 0
                                    

Begitu melihat Tiara melenggang keluar rumah meninggalkan pesta, om Yugo segera menyuruh putranya -- Alan -- untuk mengantarnya pulang. Nyaris tanpa berpikir, Wira menyusul langkahnya. Mencegat lelaki itu di undakan teras.

"Biar aku yang mengantarnya pulang." katanya.

Alan tampak mengernyit heran. "Kenapa tiba-tiba kau ingin mengantar Tiara pulang?"

Ia tahu persis bahwa Wira dan Tiara tidak saling kenal.

"Sekalian aku pulang ke apartemen. Ngantuk." jawab Wira, beralasan.

"Luffy juga ikut?" tanya Alan sembari menoleh ke belakang punggungnya.

Wira menggeleng. "Nanti kau antarkan Luffy saja!"

Meski ragu namun Alan menyetujuinya. Lelaki itu kembali masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam perpisahan dengannya. Wira pun segera menghampiri tempat dimana mobilnya terparkir, mengemudikan sedan hitam itu keluar dari gerbang rumah Yugo Utomo. Berharap gadis yang disusulnya belum hilang. Dan doanya terkabul, Tiara masih berdiri di pinggir jalan, tampak sedang menunggu jemputan. Benar saja, gadis itu memilih pulang naik ojek daripada naik ke dalam mobil bersamanya.

Ini sungguh penghinaan! Seumur hidup belum pernah ada perempuan yang menolaknya dan lebih memilih pergi bersama tukang ojek. Ia pun turun dari mobil dan menggiring wanita itu masuk ke dalamnya. Buru-buru mengunci pintu agar gadis itu tidak kabur. Benar saja, Tiara tampak meliriknya dengan kesal begitu ia telah kembali ke depan kemudi. Hah, Tiara pikir Wira akan membiarkan dirinya kalah oleh tukang ojek sialan itu!

🎤🎤🎤

Tidak ada percakapan diantara dirinya dan Tiara selagi mereka berada dalam perjalanan pulang menuju rumah gadis itu. Tiara tampak canggung, sedang Wira semakin gerah dari waktu ke waktu. Di lampu merah ia melepaskan jas, dan melemparkannya dengan sembarangan ke kursi belakang. Kancing kemeja yang terasa mencekik leher, ia lepaskan dari kaitnya. Namun masih saja belum berhasil mengusir kegelisahannya. Dengan kesal Wira mengacak rambutnya hingga berantakan.

"Kau kenapa?" tanya Tiara.

Wira hanya menolehkan kepala sesaat ke arahnya, sebelum kembali menatap lurus ke depan.

"Bukan apa-apa." jawabnya.

Bukan apa-apa sialan! Ia sudah hampir gila menahan keinginannya untuk menerkam gadis bergaun biru di sebelahnya. Tidak terpikirkan olehnya saat menyusul Alan keluar, bahwa penampilan adik tiri lelaki itu teramat seksi. Bahwa ia akan berduaan dengan wanita itu di sepanjang perjalanan pulang yang tidak sebentar. Wira mungkin bisa menahan diri untuk tidak menghampiri Tiara setelah gadis itu terang-terangan menghindarinya di pesta tadi, sebab ada begitu banyak orang yang dapat mengalihkan perhatiannya dari wanita itu. Namun sekarang, rasanya ia ingin menerobos setiap lampu merah agar cepat sampai di rumah gadis itu, dan segera terlepas dari pengaruhnya.

"Kalau kau buru-buru, aku bisa turun disini. Kau tidak perlu mengantarku sampai di rumah. Aku bisa pulang sendiri." ucap Tiara, seolah gadis itulah yang sudah tak sabar ingin lepas darinya.

Maka begitu melewati lampu merah, Wira pun menepikan mobil hingga lajunya terhenti. Beralih menatap gadis bergaun biru itu sepenuhnya. Puas melihat wajah ketakutan Tiara. Bagus, gadis itu memang sudah sepantasnya merasa bersalah karena telah membuat Wira gelisah sepanjang waktu. Dan bukannya duduk manis hingga tiba di rumah, malah mengatakan hal yang tidak berguna. Sekarang, rasakan sendiri akibatnya!

Wira mencium bibir berwarna merah itu. Mengabaikan keterkejutan sang gadis, dan membelai bibirnya dengan lidah. Tangannya mengusap lengan wanita yang berusaha memberontak itu, bergerak turun ke bawah lalu memeluk pinggangnya. Ia pejamkan mata, mengulum bibir bagian bawah. Menggeram dengan penuh kepuasan ketika wanita itu membuka mulutnya, membiarkan lidahnya masuk untuk memperdalam ciuman.

Ia bisa menelanjangi wanita itu sekarang!

Pikiran itu membuat Wira menarik diri. Hanya untuk mendapati bahwa gadis itu telah terjatuh ke dalam pusaran gairah yang sama. Dia adik Alan! Tidak seharusnya Wira menyentuh adik dari sahabatnya. Bahkan jika gadis itu teramat seksi dan bibirnya luar biasa nikmat.

"Wira," ucap Tiara sembari mengusap sebelah pipinya.

Oh, persetan! Ia kembali mencumbu gadis itu.

🎤🎤🎤

Kalian pernah terbangun di pagi hari dengan perasaan luar biasa bahagia? Itulah yang Wira rasakan sekarang. Ia terjaga dengan senyuman, yang semakin lebar mengingati peristiwa indah semalam. Ia pun merentangkan tangannya ke samping, berusaha meraih sumber kebahagiaannya untuk dipeluk. Namun, gadis itu sudah lenyap dari sisinya, menyisakan tempat kosong di atas ranjang.

Wira menghembuskan napas pasrah. Menyayangkan kepergian gadis itu yang terlampau cepat. Tapi demi kenangan indah yang telah gadis itu berikan semalam, Wira akan memaafkan kelancangannya yang pergi tanpa berpamitan.

"Sudah sesiang ini kau belum bangun?" ujar Luffy, memasuki kamarnya.

Pria itu membuka tirai jendela, menyusupkan cahaya matahari yang menyilaukan mata. Wira pun melemparkan guling ke arah lelaki itu sebagai tanda protesnya.

Luffy berdecak, "Kau benar-benar mengantuk, ya, semalam? Sampai meninggalkanku di rumah Alan."

Wira baru ingat!

"Kau tidur dimana semalam?" tanyanya.

Jika sahabatnya itu sempat masuk ke dalam apartemen, maka Wira tidak menyadarinya. Ia terlampau sibuk dengan urusannya sendiri.

"Di rumah Alan. Sudah larut malam ketika pesta ulang tahun Kasih selesai, Alan malas mengantarku pulang." jawab Luffy.

Kalau begitu, ia tidak memergokinya semalam. Baguslah! Ia malas mendengar ceramah Luffy yang membosankan.

"Eh, itu darah, ya?" tanya Luffy sembari menunjuk bagian ranjang di sebelahnya.

Hidung lelaki itu mengendus-endus, lalu umpatnya, "Sialan, Wira, kau bau seks!"

Ini bau kebahagiaan, batin Wira.

"Wanita mana yang kau tiduri semalam?" tanyanya. "Masih perawan?" lanjutnya, melirik noda darah di atas ranjang. "Kau punya pacar baru? Siapa?"

"Keluar sana!" Wira melemparkan bantal guna mengusirnya.

"Heh, aku serius, dengan siapa kau berkencan semalam? Bukannya kau langsung pulang ke apartemen?" tanya Luffy. "Tunggu, kau tidak--" imbuhnya, teringat sesuatu. "Sial, Wir, kau tidak meniduri adik tiri Alan kan?"

Luffy pun memulai ceramahnya yang membosankan.

🎤🎤🎤

"Aku masih tidak menyangka, kau bisa sebrengsek itu!" ucap Luffy.

Mereka tengah menyantap makan siang di meja makan. Lelaki itu memasak nasi dengan lauk tumis kangkung dan ayam goreng. Olahan sederhana yang terasa nikmat di lidah. Wira mengagumi kelihaian lelaki itu di dapur.

"Demi Tuhan, Wir, dia adik Alan!" lanjut Luffy, mengulangi ceramahnya. "Dan dia masih perawan." imbuhnya, geleng-geleng kepala.

"Memangnya kau tidak bisa menahan diri?" lanjutnya.

"Apa kau bisa menahan diri jika berduaan dengan Kasih yang mengenakan pakaian seksi?" balas Wira, jengah.

Luffy tidak tahu sejauh mana dia harus menahan diri untuk tidak menelanjangi Tiara di mobil. Alih-alih membawa gadis itu ke apartemen dan bercinta di atas ranjang dengan pantas.

Luffy berdehem sebelum berkata, "Tapi dia masih perawan, Wira. Tidak seharusnya kau menidurinya."

"Ya, maaf, deh, aku kan memang brengsek!" balas Wira, menyindir.

Apa Luffy pikir ia akan batal menyentuh Tiara hanya karena gadis itu masih perawan? Oh dear, lelaki seperti itu hanya ada dalam novel dan kitab suci. Lelaki brengsek sepertinya, tidak peduli dengan hal seperti itu!

🎤🎤🎤

TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang