Tiara 25

52 4 0
                                    

"Maaf, aku hanya bisa membuat masakan sederhana." ucap Tiara.

Yang sama sekali tidak perlu ia ucapkan. Aneka masakan yang terhidang di atas meja memang sederhana, namun terlihat lezat. Membuat Wira bergegas membuka piring, dan mengisinya dengan nasi serta lauk-pauk. Ia mendesah sembari memejamkan mata, menikmati suapan pertamanya.

"Jangan membuatku semakin mencintaimu, Tiara, kumohon!" ucapnya, sebelum mengambil suapan kedua.

Tiara berdecak, "Apa benar seenak itu?"

Mengikuti jejaknya, gadis itu mengisi piringnya dengan makanan.

"Apa kau ingin memanggil temanmu untuk makan siang bersama kita?" tanya Tiara. "Tadi saat aku sedang memasak, dia sempat masuk ke dapur untuk minum. Aku merasa tidak enak karena tidak menawarinya makan." lanjutnya.

"Biarkan saja, dia sudah dewasa, Tiara. Dia akan makan bila dia lapar." jawab Wira santai. "Lagipula, kau memasak khusus untuk acara ulang tahunku." lanjutnya, merasa tidak rela jika harus berbagi makanan dengan Luffy.

"Ngomong-ngomong, berapa usiamu sekarang, Wira?" tanya Tiara.

"Dua puluh delapan tahun." jawab Wira.

"Ya ampun, kau kakek-kakek tua!" celetuk Tiara.

Wira tertawa mendengarnya, sampai harus berhenti sejenak dan minum.

"Om-om, okelah. Tapi kakek-kakek, aku belum setua itu, Tiara." jawabnya.

"Ngomong-ngomong, seharusnya aku memintamu menginap disini setiap akhir pekan. Kenapa aku tidak kepikiran!" imbuhnya.

"Aku harus pulang untuk bersama mama." jawab Tiara.

"Oke, Sabtu atau Minggu, kau yang tentukan." sahut Wira.

Tiara mengerang, "Wira, dua kali seminggu, aku sudah menginap disini!"

"Tidak ada salahnya menambah satu hari!" balas Wira.

"Aku sudah banyak membohongi mama." jawab Tiara.

"Apa kau ingin aku berterus-terang, meminta izin pada mamamu agar kau bisa pindah ke apartemenku?" tanya Wira.

"Jangan coba-coba, Wira! Mama tidak boleh tahu, sudah sejauh mana hubungan kita." Tiara memberikan peringatan.

Jika sedang memasuki mode galak, gadis itu benar-benar terlihat mirip dengan ayahnya.

"Apa ada cara agar mamamu mengizinkanmu tinggal bersamaku?" tanyanya penasaran.

"Menikah," jawab Tiara. "Tapi aku yakin kau belum menginginkannya. Malahan mungkin tidak menginginkannya." imbuhnya.

"Apa yang membuatmu berpikir aku tidak menginginkan pernikahan?" tanya Wira, cukup terkejut.

"Lihat saja, umurmu sudah dua puluh delapan, tapi masih senang mengejar karir!" jawab Tiara. "Aku ingat, semalam, setelah kita bercinta, kau memberitahuku bahwa kau baru saja naik pangkat jadi mayor."

"Apa salahnya jika aku mengejar karir? Lebih baik daripada aku sibuk mengejar wanita." jawab Wira, membela diri.

"Kalau kau sudah ada keinginan untuk menikah, semestinya kau memang sibuk mengejar wanita." balas Tiara.

Wira mengedikkan bahu, "Untuk apa? Aku sudah punya pacar. Cantik, seksi, pintar masak lagi! Aku tinggal membawanya ke KUA."

Tiara berdecak, "Apa kubilang, kau memang tidak sungguh-sungguh ingin menikah!"

"Ingin, siapa bilang tidak?" bantah Wira. "Tapi tidak perlu buru-buru. Lagipula, tanpa menikah, kita sudah hidup seperti suami-istri." imbuhnya.

"Jadi itu alasanmu suka have sex?" balas Tiara. "Berarti mantan-mantan pacarmu sudah seperti istrimu dong!" lanjutnya, merajuk.

TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang