Bab 11

66 4 0
                                    

"Dimana ada keributan, pasti disitu ada Tiara!"

Ucap tante Dahlia cukup keras, beberapa saat setelah kepergian wanita itu. Rupanya beliau menghampiri seorang gadis muda. Dari nada suara dan pilihan katanya, beliau tampak tidak menyukai gadis itu. Hal sama ditunjukkan oleh sang gadis, yang tidak segan-segan membalas perkataannya dengan sama buruk. Tante Dahlia tidak mau mengalah, begitu pun gadis itu. Siapa dia, berani sekali beradu mulut dengan sang tuan rumah? Pikir Wira keheranan.

Gadis itu mengenakan gaun berwarna biru pas badan, dengan model halter neck. Dari tempatnya berdiri, tampak punggungnya yang putih bersih. Badannya langsing dan lekukan di pinggangnya terlihat pas. Rambut hitamnya yang bergelombang disampirkan ke depan bahu sebelah kanan. Penampilannya bakal terlihat lebih seksi jika rambut tersebut digelung ke atas, pikir Wira. Namun bakal kurang pas untuk sebuah acara ulang tahun.

Mendadak orang-orang di sekitarnya tertawa, menertawakan ucapan tante Dahlia tentang gadis itu. Yang menurutnya tidak pantas ditertawakan, malah seharusnya dikasihani. Wira tidak dapat membayangkan jika dirinya harus mengenakan pakaian bekas orang lain seumur hidupnya, meski itu adalah pakaian saudaranya sendiri. Syukurlah om Yugo segera menyuruh gadis itu pergi, menengahi pertengkaran keluarga yang terasa tidak pas di acara bahagia ini.

"Tiara! Aku senang kau datang." seru Kasih, memeluk gadis itu. "Kau bawa kado untukku?" lanjutnya, mengurai pelukan.

"Itu adik tiri Alan?" gumam Luffy, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kenapa?" tanya Wira.

Luffy mengangkat bahu, "Hanya terkejut! Penampilannya jauh berbeda dengan saat aku bertemu dengannya setahun lalu."

"Beda?" tanya Wira, penasaran.

"Ya. Dulu dia terlihat sederhana." jawab Luffy. "Cantik, tapi jika dibandingkan dengan Kasih--jauh. Ia tidak melakukan perawatan kecantikan seperti wanita-wanita pada umumnya. Kalau soal pakaian... sopan, tapi sudah kusam. Pantas saja jika itu hanya bekas pakai!" lanjutnya menjelaskan. "Malah sempat kukira dia pelayan di rumah Alan!" imbuhnya.

Mendengar perkataan tersebut, Wira jadi penasaran dengan adik tiri Alan. Ia cukup sering mendengar cerita tentangnya dari teman seprofesi-nya tersebut, namun tidak pernah bertemu secara langsung. Gadis itu menghindari pesta yang diselenggarakan oleh keluarganya. Kata Alan, mungkin karena teman-teman mereka kerap menghina penampilannya yang sederhana. Tapi bila menilik tawa mengejek dari orang-orang yang barusan didengarnya, sepertinya kata sederhana kurang pas. Sepertinya penampilan gadis itu buruk.

Tanpa sadar Wira sudah berjalan mendekati sepasang saudari tiri itu. Lucunya, ia merasa familier dengan gadis bergaun biru. Sosoknya mirip.... Tunggu, siapa tadi namanya?

"Kasih!" serunya, menyela obrolan kedua wanita itu.

Tolong, jangan gadis itu! Mohonnya dalam hati.

"Mari kukenalkan pada temanku!" ucap Kasih, membawa gadis itu bersamanya.

Oh, tidak! Rupanya Tuhan tidak mengabulkan doanya. Gadis itu benar gadis yang sama dengan yang pernah ditolongnya dua minggu lalu. Gadis yang menari erotis di sebuah klub malam yang tidak sengaja ia datangi minggu lalu. Gadis itu, adik tiri Alan?

"Wira, kenalkan, ini kakakku, Tiara." ucap Kasih kepadanya.

Seperti dirinya, gadis itu juga tampak terkejut melihatnya. Wira tertawa dalam hati, belum pernah ada gadis yang menatapnya dengan horror seperti melihat setan. Tapi Tiara melakukannya. Wira tidak tahu, apakah harus tersinggung atau menciumnya karena gemas. Damn, malam ini penampilannya bahkan lebih seksi daripada saat Wira melihatnya sedang menari striptis di klub malam!

"Wira," ucapnya, sembari mengulurkan tangan kanan.

"Tiara." ucap gadis itu, menyambut uluran tangannya dengan gemetaran.

Wira tertawa dalam hati mendapati betapa gugup kelihatannya gadis itu. Tangannya yang berada dalam genggamannya terasa dingin. Dan gadis itu buru-buru ingin menariknya kembali, namun ia tahan. Ekspresi panik di wajahnya, merupakan hiburan tersendiri bagi Wira. Ia tidak pernah tahu bahwa mengerjai seseorang terasa begitu menyenangkan. Atau sejak kapan ia punya sifat jahil kepada seseorang. Gadis itu benar-benar memberikan pengaruh yang buruk terhadapnya.

🎤🎤🎤

Wira melirik gadis bergaun biru, atau yang mulai sekarang akan dipanggilnya Tiara itu, lagi. Sekarang ia tengah duduk menyendiri di sebuah meja, setelah sepanjang malam menghindari Wira--bahkan seluruh tamu pria yang berusaha mendekatinya. Awalnya ia tampak kesusahan mengusir mereka, namun berkat ayahnya, para lelaki itu pun mundur karena segan.

"Tiara, kau tidak mau berdansa?" tanya Kasih, menghampiri. "Aku akan mengenalkanmu pada beberapa temanku, kau bisa berdansa dengan salah satu dari mereka." imbuhnya, menawarkan bantuan.

"Tidak, aku baik-baik saja. Terima kasih." jawab Tiara.

Berikutnya Kasih tampak menghela napas dan kembali ke sisi Wira.

"Jika ia terlalu galak, tidak akan ada lelaki yang berani mendekatinya." ucap Kasih sembari menunjuk Tiara dengan dagunya.

Alan hanya tertawa mendengar ucapan adiknya itu.

"Aku serius! Sebenarnya banyak teman-temanku yang ingin berkenalan dengannya. Tapi begitu mereka mendekat, Tiara langsung memelototinya, membuat mereka kabur ketakutan." imbuh Kasih dengan jengkel.

"Kau yakin mereka sedang berusaha untuk mendekati Tiara? Bukan kau?" Luffy menyahut sembari menunjuk Kasih dengan gelas minuman di tangan.

Kasih mengernyit kening sembari menyantap kudapan, jawabnya, "Tentu saja yang mereka tuju adalah Tiara! Aku tidak sebodoh itu hingga tidak dapat membedakannya."

"Eh, aku tidak menyebutmu bodoh!" Luffy meluruskan. "Hanya saja, jika kalian berdiri bersisian, para pria tentu akan lebih memilihmu." lanjutnya.

"Benarkah?" balas Kasih, tampak heran. "Tapi Tiara sangat cantik. Meski dia tidak melakukan perawatan, tidak ada satu titik pun jerawat di wajahnya. Sedang aku, aku harus rutin melakukan perawatan wajah agar tidak jerawatan." jelasnya panjang lebar.

"Yeah, malam ini dia memang terlihat cantik!" sahut Alan sembari melirik adik tirinya yang masih duduk menyendiri itu.

Tindakannya diikuti oleh yang lain.

"Hei, Wira, bagaimana menurutmu, apakah dia terlihat cantik?" tanya Luffy, semata karena sahabatnya itu tampak pendiam malam ini.

Kasih tampak menunggu jawaban lelaki itu. Oh sial, seharusnya Luffy tidak mengatakan sesuatu yang tidak penting! Seketika ia menyesali tindakannya.

"Seksi." jawab Wira, kemudian meneguk minuman di tangannya.

Alan tertawa mendengar jawabannya.

"Luffy bertanya apakah adikku cantik, dan kau menjawab, dia seksi?" ucapnya, kemudian kembali tertawa.

Wira diam, tidak hendak menanggapinya. Matanya kembali melirik ke arah Tiara, yang baru saja mengambil segelas minuman dari baki pelayan. Kalau saja Alan tahu betapa seksi adiknya itu saat menari striptis di bar, apakah dia masih akan bisa tertawa seperti sekarang? Tiba-tibanya matanya menangkap sosok adik bungsu Alan, Andre, yang berjalan mengendap-endap menghampiri Tiara. Lalu, secara mengejutkan bocah itu menyenggol gelas minuman yang hendak diteguknya, membasahi wajah serta gaun yang tengah Tiara kenakan.

Tiara tampak shock, hingga tidak mampu berkata-kata. Selagi Andre tertawa kegirangan di hadapannya. Beberapa meter dari mereka, Amara tampak ikut menertawakan keadaan kakaknya. Oh, this is not good!

🎤🎤🎤

TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang