Hola~
setelah membulatkan tekad (lebay), akhirnya mutusin buat misahin work ini dari Château de wangxian karena part-nya terlalu panjang.Aku publish ulang dari chapter 1 dan kelanjutannya disini^^
Selamat datang, hope you guys enjoy and happy reading~ ^^
Warning!
OOC! LAN WANGJI
OOC! WEI WUXIAN
hampir semua karakter dibikin OOC si tepatnya, LOLSenior! Lan Wangji
Junior! Wei WUXIAN.
.
.Horizon hitam diufuk timur mulai menyemburkan percikan cahaya jingga yang perlahan terpancar dari fajar yang mulai menyingsing. Cahaya keemasan itu seolah merangkak, dari balik celah gunung lalu jatuh diwajah seorang pemuda dengan ekspresi sendu.
Mata keemasan miliknya berkilau kala beradu pandang dengan matahari yang mengintip perlahan-lahan, sama sekali tak berkedip. Mungkin akibat pikirannya yang saat ini tengah melayang-layang dengan berbagai perasaan yang berkecamuk.
Sedih, marah-
Berduka?
Lan Wangji, pemuda itu tidak tau perasaan apa yang saat ini tengah menggerogoti dirinya.
Yang ia tau, hatinya terasa sangat sakit. Seolah disayat oleh benda tajam tak kasat.
Ia ingin meraung, namun tak ada satupun suara yang keluar. Makian yang ada didalam hatinya tak pernah mencapai tenggorokannya, melainkan hanya mengendap dan semakin menumpuk didalam dada, hingga terasa menyesakkan.
Ia mengutuk, pada hidupnya yang ia pikir tak pernah memiliki arti.
Lan Wangji pikir, dirinya hanya terlahir mutlak sebagai sosok tawanan keluarganya yang katanya 'agung' itu.
Dirinya tak pernah diberi kesempatan untuk hidup sebagai dirinya. Ia tak pernah memiliki pilihan selain apa yang telah ditetapkan oleh keluarganya.
Lan Wangji pikir, selama ini dirinya hanyalah boneka yang dikendalikan oleh mereka.
Untuk mencapai kemahsyuran yang selalu mereka sanjung-sanjung.
Kemahsyuran yang telah merenggut kedua orangtuanya darinya.
Wangji mengepalkan tangannya, lalu meninju palang besi pembatas jalan yang saat ini tengah didudukinya berkali-kali.
Rasa sakit itu tak seberapa dibanding apa yang ia rasakan didalam dirinya.
Perlahan, bulir-bulir kecil merembes dari sudut-sudut matanya.
Pada akhirnya, Lan Wangji tak bisa lagi membendung tangisnya. Isakannya terdengar serak dan terputus-putus, meratapi takdir yang seolah menghempasnya ke dalam jurang tak berdasar.
Ia merasa, seluruh dunianya menjadi semakin gelap.
Hidupnya yang selama ini hanya terkurung diantara pilah-lilar besar rumahnya, dengan berbagai tumpukan buku dan peraturan yang seperti hendak mengikisnya hidup-hidup. Ia bahkan tak diizinkan untuk bertemu orangtuanya yang telah diasingkan untuk alasan yang tak masuk akal.
Namun mereka bilang jika orangtuanya adalah sebuah aib yang harus disembunyikan rapat-rapat.
Lan Wangji tak pernah mengerti jalan pikiran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meet Boy
FanfictionLan Wangji bertemu dengannya di momen paling kritis dalam hidupnya. sosok pemuda misterius yang berdiri membelakangi cahaya matahari terbit itu bahkan lebih bersinar meski wajahnya tertutup bayang-bayang. wangji ingin bertemu kembali dengan sosok it...