Haiiii~
Udah di penghujung weekend lagi aja gak kerasa.
Buat yang kerja ataupun sekolah besok, jiayaou!!!
Ingin cepet-cepet rampungin work ini biar hutang berkurang, duh. Selanjutnya tinggal mikirin Past and Future mau dibawa kemana wkwk
Dah lah.
Enjoy and happy reading~
.
.
.Suara gesekkan antara ujung pensil dengan permukaan kertas terdengar di keheningan malam. Cahaya kamar yang remang-remang hanya berasal dari lampu belajar sementara lampu utama kamar dimatikan.
Wangji tidak terlalu suka ruangan yang terlalu terang. Entah kenapa tapi ia merasa tak terlalu nyaman jika berlama-lama dibawah sinar lampu. Mungkin dirinya yang aneh atau memang ada orang lain yang juga merasakan hal yang sama.
Fokusnya tumpah sepenuhnya pada deretan soal matematika yang tengah ia kerjakan. Ujian pertengahan semester sudah di depan mata yang artinya waktu belajarnya harus lebih intens. Yah, meski sebenarnya ia tak harus belajar seketat orang lain karena kurikulum sekolah reguler ternyata tidak serumit ketika ia menjalani home schooling dulu. Hampir setiap materi yang diajarkan sekolah itu sudah ia kuasai terlebih dahulu.
Hanya saja, dengan belajar seperti ini sedikit banyak bisa membuat rasa cemasnya reda. Masalahnya dengan Wei Wuxian tadi siang masih belum usai. Setiap pesan dan panggilan Wangji diabaikan yang mana hal itu membuatnya uring-uringan. Ia akui dirinya salah, tapi tetap saja Wangji berharap setidaknya kekasihnya itu membalas satu saja pesannya.
"Hah." Helaan napas berat keluar dari mulut Wangji. Ternyata pacaran juga melelahkan ya. Tangannya meraih cangkir di sisi tangannya, namun saat hendak meneguk isinya ia baru sadar ternyata cangkir itu telah kosong. Dengan malas Wangji berdiri dan berjalan ke luar untuk mengisi cangkirnya lagi.
Tepat sebelum mencapai pintu, ponselnya berdering. Buru-buru Wangji kembali ke meja belajarnya dan meraih ponselnya, "Wei Ying-"
"Wangji, bagaimana kabarmu?"
Senyumnya seketika luntur bersamaan dengan raut wajahnya yang menegang. Tadi, dia tidak sempat mengecek siapa yang memanggilnya karena Wangji yakin itu pasti Wei Wuxian. Ia sama sekali tidak pernah menduga bahwa itu akan berasal dari seseorang yang selalu ia khawatirkan selama ini.
"Xiongzhang?"
.
.
.Wei Wuxian berbaring di atas sofa di ruang teh sambil memainkan tirai dengan bosan.
Sudah tiga hari sejak dirinya mengabaikan panggilan Wangji, dan sampai sekarang mereka sama sekali belum berkomunikasi. Ia sudah mencoba menghubungi kekasihnya itu, tapi nomornya tidak aktif. Wei Wuxian merasa cemas tentu saja.
Belum lagi, sejak saat itu Wangji sama sekali tidak muncul di sekolah. Begitupun hari ini.
Sight
Kemana sebenarnya Lan Wangji? Wei Wuxian uring-uringan sendiri.
"Masih belum ada kabar dari Wangji?" Huacheng yang sejak tadi khawatir dengan keadaan adiknya akhirnya bertanya. Ia yang sebagai teman kelas Wangji pun tidak tau kemana perginya pria itu. Sama sekali tidak ada kabar maupun pesan.
Saat bertanya pada wali kelas dan guru-guru lainnya, mereka pun sama seperti dirinya. Clueless.
Wangji seakan-akan menghilang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meet Boy
FanfictionLan Wangji bertemu dengannya di momen paling kritis dalam hidupnya. sosok pemuda misterius yang berdiri membelakangi cahaya matahari terbit itu bahkan lebih bersinar meski wajahnya tertutup bayang-bayang. wangji ingin bertemu kembali dengan sosok it...