12

753 99 7
                                    

Holaa~

Enjoy and happy reading ~

.
.
.

Wei Wuxian itu menyebalkan.

Masih menjadi fakta yang belum hilang seluruhnya dari penilaian Wangji. Meski perasaannya sudah lebih lunak dari sebelumnya, tapi tetap saja, ia masih agak terganggu dengan caran bicaranya yang sengak.

Wei Wuxian itu tipe anak menyebalkan yang suka bicara seenaknya, seseorang yang bisa menyulut emosi siapapun dengan mudah, dan menjadi sasaran kebencian karena perilakunya yang acuh tak acuh.

Tapi, itu hanya cangkang.

Ya, selama Wangji menghabiskan waktu bersama juniornya beberapa hari sejak acara summer camp dimulai, ia mulai memikirkan banyak hal.

Tentang Wei Wuxian, dan kesan pertamanya yang perlahan-lahan mulai ia ragukan.

Pembicaraan mereka malam itu, pengakuan mengejutkan bahwa bocah itu menyadari kemelut yang terjalin kusut dalam kepalanya, dan kata-kata 'menyerahkan diri' terus berputar seperti angin topan yang mengobrak abrik perasaannya.

Wangji yang yakin akan ketidak sukaannya, mulai digoyahkan.

Tanpa ia sadari, sesuatu yang selama ini tertutup oleh kabut, seolah tersingkap perlahan-lahan. Sudut pandangnya terhadap Wei Wuxian, mulai berubah. Wangji bisa menyadari sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia sadari.

Armor yang selama ini dipakai oleh Wei Wuxian, ternyata adalah kesepian itu sendiri.

Sikap arogansi dan sinis yang selama ini Wei Wuxian tunjukan, hanyalah cangkang untuk menutupi seberapa kesepian dirinya.

Wangji menyadari itu ketika akhirnya ia bisa menemukan jalan keluar dari labirin yang selama ini dirinya telusuri.

Labirin bernama Wei Wuxian.

Lalu, kekosongan akan perasaan jengkelnya yang perlahan memudar, digantikan oleh perasaan asing. Perasaan menggelitik yang membuatnya tak bisa melepaskan pandangan dari sosok itu, seberapa keraspun ia mencoba menyangkal.

Sesuatu yang seharusnya ditujukan bukan untuk anak itu, kini mencoba menancapkan cakarnya di hati Wangji, menghipnotisnya untuk bergerak mendekati sosok yang terlihat bersinar dibawah terik matahari.

Saat ia sadar, tau tau tangannya sudah melingkar erat dipinggang yang terasa pas dalam rengkuhannya.

Ekspresi terkejut yang ditunjukan Wei Wuxian entah mengapa malah semakin membuatnya ingin mendekap pemuda itu lebih dekat lagi dengannya.

Lebih dekat, sampai tidak ada celah sedikitpun diantara mereka.

Ketika akhirnya keinginannya terwujud, kembang api dalam dadanya meledak dahsyat.

Wangji tidak bisa lagi menahan perasaannya.

Bibirnya yang semula hanya menempel canggung, mulai bergerak. Membelai permukaan lembut dan kenyal Wei Wuxian yang hangat.

Kedua tangannya yang melingkar dipinggang, perlahan merambat naik, bergerilya menelusuri punggung berbalut fabrik yang telah kuyup, hingga sampai dibelakang kepala pemuda dalam rengkuhannya.

Dengan lembut Wangji menekan kepala Wei Wuxian, memperdalam ciuman mereka. Sebelah tangannya yang lain menggenggam tangan Wei Wuxian yang tengah meremas kaos bagian dada Wangji, mungkin akibat gugup bercampur bingung dengan pergerakan Wangji yang tiba-tiba menciumnya seperti ini.

Pria yang lebih tua menahan senyum disela ciuman mereka.

Disaat begini, ia pikir Wei Wuxian terlihat sangat menggemaskan.

Boy Meet BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang