10

417 76 6
                                    

Aloha~

Hihi, banyak yang bingung perihal "kok Wangji gak sadar kalo bocah Hoodie itu Wei wuxian?" Atau "emang hoodienya Segede apa sampai bikin wangji gak bisa ngenalin?"

Dan lain sebagainya~

Sebenarnya itu Hoodie oversize biasa, cuma ukuran topi hoodienya agak lebih besar yang kalo dipake orang disamping kita gak akan bisa lihat fitur wajah dengan jelas, dari depan pun Wei Wuxian selalu berusaha bikin hoodienya turun sedikit sampe nutupin bagian mata.
Kenapa wangji masih gak ngenalin bunny dan Wei Ying adalah orang yang sama?

Well, sebenarnya aku beberapa kali jelasan secara implisit pemikiran wangji mengenai bunny dan Wei Ying, dengan tone suara yang jelas harusnya dia sadar kalau dua orang itu adalah orang yang sama. Hanyaaaa, wangji selalu Denial.
Alasannya, first impression antara bunny dan Wei Wuxian itu totally different!

Pertemuan pertama Wangji dan sosok bunny terjadi di momen paling kritisnya, and bunny was approached him like a savior.

Dan itu jauh berbeda dengan kesan yang dia dapatkan dari pertemuannya dengan sosok Wei Wuxian yang arogan dan seenaknya.

Jadi, Wangji selalu Denial dan gak mau Nerima fakta bahwa mereka ada orang yang sama.

Yah, garis besarnya gitu lah Yaa, semoga mengerti ಥ‿ಥ

Oke kebanyakan intro, enjoy and happy reading~

.
.
.

Ciirp

Ciirp

Kicauan burung saling bersahutan dari satu pohon ke pohon lainnya, dedaunan kering yang berguguran menutupi tanah saling bergesek berpindah tertiup angin pagi yang membekukan.

Lan Wangji, yang tidur meringkuk sembari bersandar di dahan pohon adalah orang pertama yang mendapati kesadarannya. Matanya mengerjap perlahan-lahan, namun pelukannya pada kain tebal berwarna hitam yang sejak semalam menyelimutinya kian erat. Inginnya bersembunyi lebih lama lagi dalam kehangatan hoodie itu, mengingat hembusan udara yang terasa menusuk. Namun keinginan itu langsung urung ketika ingat dimana mereka saat ini.

Bukan waktu yang tepat untuk bersantai.

Setelah mengusap wajah untuk sekedar menghilangkan kantuk, Wangji bangkit sembari meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Rasa pegal seperti hendak merobek setiap bagian tubuhnya, belum lagi pening akibat benturan di kepalanya belum juga hilang.

Selama beberapa saat ia biarkan kepalanya menengadah ke langit, melihat warna biru terang yang mengintip dari celah-celah dedaunan pohon yang rapat. Cahaya matahari masuk sedikit-sedikit tak ubahnya tirai tipis yang menjuntai, sedikit banyak menghantarkan kehangatan ditengah gempuran udara dingin.

Setelah dirasa kantuk dan peningnya sedikit berkurang, barulah ia mulai mengecek sekelilingnya.

Tak jauh dari tempatnya meringkuk terdapat gundukan abu sisa-sisa api unggun yang telah padam, lalu pandangannya bergeser ke samping, pada sosok juniornya yang masih tertidur lelap. Anak itu hanya bersandar sembari memeluk tasnya yang kini jatuh di atas pangkuan, kepalanya terkulai pada dahan pohon yang keras.

Posisi itu, pasti sangat tidak nyaman. Ditambah anak itu hanya memakai kaos pendek tanpa selimut. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana bisa juniornya bertahan di cuaca sedingin ini di kedalaman hutan.

Boy Meet BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang