Haaiiii~
Sebenarnya ingin istirahat sebentar setelah selesai beresin The Chronicles of Wangxian.
Seminggu penuh begadang di depan layar komputer cukup bikin mata berkunang-kunang dan kantung mata bertambah wkwk
Tapi ternyata otak gak bisa diajak kompromi karena malah makin produktif meski jari udah pegel setengah mampus dipake ngetik.
Well, dari pada nanti pundung mending turutin aja lah.
Enjoy and happy reading~
.
.
."A Xian~!!!"
Wei Wuxian yang semula sedang asik memainkan ponsel seketika dibuat merinding oleh sebuah teriakan yang datang dari arah gerbang. Refleks ia menolehkan pandangannya dan bulu kuduknya malah kian meremang melihat kakak tertuanya yang datang sambil merentangkan tangan bahkan meski jarak mereka masih sangat jauh.
"Oh tidak." Wei Wuxian bersiaga. Buru-buru memasukan ponselnya ke dalam saku celana bersiap untuk kabur sebelum sesuatu yang memalukan terjadi.
Itu sudah pasti! Kakaknya itu pasti akan melakukan hal memalukan dihadapan banyak orang.
"A Xian~ my little brother!"
Sialan! Dimana sih sakunya? Kenapa memasukan ponsel saja sesulit ini?! Wei Wuxian membagi fokusnya antara Binghe dan saku celana yang anehnya susah sekali ditemukan! Ini karena buket bunga dan ijazah merepotkan yang saat ini memenuhi tangannya.
Ketika Binghe hanya tinggal berjarak beberapa langkah Wei Wuxian buru-buru menyurukan buket bunga dan ijazah ditangannya pada Wen Qing yang kebetulan lewat lalu kabur.
"A Xian!" Panggil Binghe dan Wen Qing bebarengan.
"Berhenti mengejar ku!" Pekik Wei Wuxian. Saat ini mereka sudah menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang sedang berkumpul di lapangan setelah upacara kelulusan selesai. Mereka semua tertawa melihat interaksi adik kakak yang selalu saja heboh. Sementara Huacheng yang tadi datang bersama Binghe hanya menutup wajahnya, lelah dengan kelakuan kakak dan adiknya.
"Saudara-saudara mu sangat menggemaskan, ya?" Komentar Xie Lian disebelahnya. Pria berwajah teduh pemilik senyum manis dan berkepribadian lembut itu terkikik melihat bagaimana akhirnya Binghe berhasil menangkap Wei Wuxian dan berusaha memeluknya.
"Merepotkan sih iya." Gumamnya lirih sambil melengos.
"A Xian! Selamat atas kelulusan mu! Gege kira kau akan menjadi siswa abadi di sekolah ini!"
"Aarggh, berhenti memelukku ini memalukan! Aku bukan anak kecil lagi!"
Kakak beradik itu terus saja bergulat satu sama lain. Wei Wuxian berusaha mendorong kakaknya menjauh, tapi lilitan tangan Binghe pada tubuhnya terlalu kuat. Rasanya seperti sedang dipeluk ular piton sampai-sampai Wei Wuxian kesulitan bernapas karenanya.
"Gege bangga padamu! Muach!"
"Hah-" napas Wei Wuxian putus-putus setelah berhasil lepas dari jeratan maut sang kakak. Tangannya mengusap pipi yang baru saja menjadi sasaran ciuman brutal Binghe sementara si tersangka malah tersenyum watados. Sekali lagi sulung Wei itu menyentuh kepala Wei Wuxian dan mengusak rambutnya membuat Wei Wuxian makin jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meet Boy
FanfictionLan Wangji bertemu dengannya di momen paling kritis dalam hidupnya. sosok pemuda misterius yang berdiri membelakangi cahaya matahari terbit itu bahkan lebih bersinar meski wajahnya tertutup bayang-bayang. wangji ingin bertemu kembali dengan sosok it...