Have a nice weekend cinnamons~
Enjoy and happy reading~
.
.
.Sampai beberapa waktu lalu rasanya Wangji masih merasa nyaman-nyaman saja berada di ruangan ini. Selain karena tempatnya yang tenang dengan pemandangan yang juga menenangkan, Wangji merasa bahwa tempat ini pula lah satu-satunya yang menerima Wangji tanpa membuatnya risih.
Namun kali ini tampaknya ketenangan itu berubah menjadi ketegangan. Atmosfir hangat yang biasa Wangji rasakan di ruangan ini berubah drastis menjadi mencekam. Selain itu, wajah Huacheng yang biasanya selalu terlihat ramah dan lembut- kali ini tampak dingin dan kaku.
Entah kenapa tapi Wangji merasa seakan-akan dirinya telah mencuri sesuatu yang paling berharga milik temannya itu.
Waktu di sekitar mereka seakan berjalan lambat. Wangji merasa mereka sudah duduk berjam-jam disini meski kenyataannya hanya sepuluh menit sejak Huacheng memintanya mengikuti ke tempat ini.
Kakak Wei Wuxian itu masih betah membisu sembari sibuk menyeduh teh yang berbeda dari biasanya. Bukan krisan atau chamomile yang biasa Huacheng sajikan. Melainkan aroma lavender yang lembut sejak tadi menggelitik penciumannya.
Ini pertama kalinya Huacheng menyajikan teh lavender untuknya.
Tak berapa lama pria itu kembali dari mini bar tempatnya tadi berkutat ke arah sofa tempat Wangji duduk. Meletakan nampan berisi satu set teko porselen dan dua cangkir yang telah diisi dua tangkai lavender kering kemudian menuangkan teh yang telah ia seduh sebelumnya.
Seketika itu juga wangi lavender semakin tercium kuat dan menyebar ke seluruh ruangan.
Mengikuti Huacheng, Wangji meraih cangkirnya dan menyesap isinya dengan cara elegan khas para bangsawan. Namun tak lama keanggunan itu runtuh dengan alisnya yang tiba-tiba mengernyit ketika rasa pahit memenuhi rongga mulutnya begitu cairan itu ia sesap sedikit.
Wangji terbatuk pelan sementara Huacheng tersenyum kecil di balik cangkirnya.
Jika Wangji tidak mengenal pria itu pasti dirinya akan berpikir jika Huacheng adalah sejenis psikopat gila yang bersembunyi dibalik kepribadian tenang seperti dewa.
"Rasanya memang lebih kuat dibanding teh yang biasa ku seduh. Tapi lavender memiliki efek yang juga jauh lebih menenangkan. Sangat cocok ketika suasana hati sedang sangat buruk."
Dan meski Huacheng mengatakannya dengan tenang, Wangji tau bahwa ada sebuah peringatan tersirat dibalik kata-katanya dan ia bisa menebak tentang hal apa itu.
"Soal yang tadi-"
"Jika kau hanya bermain-main dengan adikku sebaiknya berhenti. Kali ini aku tidak akan bersikap lunak padamu jika niatmu mendekati A Xian hanya untuk melukainya."
Melihat Huacheng dalam mode begini, keraguan Wangji terhadap hubungan darah antara Huacheng dan Wei Wuxian seketika sirna. Selama ini Wangji selalu berpikir betapa berbedanya mereka berdua.
Huacheng yang ramah dan selalu tersenyum sangat berbeda dengan Wei Wuxian yang selalu memberontak dan memiliki tatapan tajam tak ubahnya hewan buas. Dan kali ini, untuk pertama kalinya Wangji menemukan atmosfir serupa pada Huacheng.
Bahkan intensitasnya lebih dingin dibanding ketika ia berhadapan dengan Wei Wuxian dalam mode monster. Sampai-sampai Wangji merasa kesulitan untuk sekedar membuka mulut.
"Selama ini aku memaklumi sikap kasarmu pada A Xian. Tapi jika lebih dari itu, kupikir aku harus memberi batasan yang jelas. Jadi aku memberi peringatan sebelum kau bertindak terlalu jauh, tinggalkan adikku." Senyuman di wajah Huacheng sudah sepenuhnya luntur dan yang tersisa hanya ekspresi datar tanpa emosi berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meet Boy
FanfictionLan Wangji bertemu dengannya di momen paling kritis dalam hidupnya. sosok pemuda misterius yang berdiri membelakangi cahaya matahari terbit itu bahkan lebih bersinar meski wajahnya tertutup bayang-bayang. wangji ingin bertemu kembali dengan sosok it...