13

945 137 21
                                    

Haaiiiiiiii~
Akhirnya setelah smedi sekian purnama dan memantapkan (?) Segenap perasaan bisa balik lagi (っ˘̩╭╮˘̩)っ

Rindu banget sama kalian huhu

Kalian apa kabar? Semoga selalu sehat Yaa (⸝⸝⸝´꒳'⸝⸝⸝)

Enjoy and happy reading~

.
.
.


Tok tok

Ketukan di pintu kamarnya berhasil menarik kesadaran Wangji yang semula tenggelam dalam lamunan. Ia menoleh ke arah pintu yang terbuka bahkan sebelum ia mengizinkan siapapun yang ada diluar sana untuk masuk.

Dan dirinya tak begitu terkejut ketika mendapati sosok yang tak lagi asing melongokan kepala di celah pintu, mungkin sedang mengintip keadaannya, yang begitu tau Wangji sudah terjaga, iapun masuk sambil menyeret tiang infus miliknya.

"Ku kira kau masih betah cosplay jadi mayat." Selorohnya enteng sambil mendudukkan diri di kursi samping tempat tidur Wangji.

Tangannya dengan kurang ajar menggeratak meja nakas yang berisi berbagai macam buah dan camilan, mungkin pemberian teman-teman kelasnya, lalu mengambil sebuah apel dari keranjang buah yang masih utuh belum dibuka.

"Wah, pasti repot sekali ya menerima banyak kunjungan dari manusia kurang kerjaan itu."

Jelas sekali itu adalah sebuah sindiran, terdengar dari nadanya yang ketus juga seringai kecil disudut bibir.

Ia tidak iri dengan fakta bahwa tidak ada satupun teman sekelasnya yang datang menjenguk dirinya selama dirawat selain Xue Yang tentu saja, ia tau dengan pasti seberapa buruk citranya dimata orang-orang itu. Hanya saja, menggoda Wangji sudah seperti hal wajib yang tidak boleh dilewatkan, juga fakta bahwa pria dingin itu begitu populer terlebih dikalangan para gadis sedikit membuatnya terganggu.

"Apa kau tidak bisa duduk saja di kamarmu sampai tubuhmu pulih?" Wangji memandang Wei Wuxian dengan tatapan risih saat melihat pemuda itu memasuki kamarnya sambil menyeret tiang infus, belum lagi selang yang ia lilitkan di lehernya semakin membuat Wangji menahan ringisan ngilu. Ia saja sampai harus mengganti selang infus dua kali karena darah terus masuk setiap kali tidak sadar jika dirinya telah bergerak dengan tidak hati-hati.

Namun Wei Wuxian dengan santainya hanya berdecak kemudian menyeret kursi untuk dibawa semakin dekat dengan ranjang Wangji.

"Kamarku terlalu penuh cahaya matahari, aku lebih suka mengungsi kesini karena kamarmu sedikit lebih redup."

"Aku bahkan tidak bisa menemukan bagian yang masuk akal dari alasanmu itu."

Wei Wuxian memutar bola matanya malas mendengar Omelan seniornya, "Lan Zhan, berhenti mengomel, oke? Aku sudah cukup mendengarnya dari orangtuaku. Lagipula aku datang kesini untuk mencari hiburan bukannya menambah beban, ckck."

"Hiburan? Dariku? Kau berharap aku menghiburmu?" Wangji berujar tak percaya, hiburan apa yang dimaksud junior menyebalkannya itu? Dia pasti sudah gila.

Dan ketika melihat seringai diujung bibir tipis Wei Wuxian, rasa merinding ditubuh Wangji kian menjadi-jadi, firasat buruk seketika menyelimuti hatinya, "kau bisa bernyanyi-"

"Jangan bermimpi!" Bentak Wangji menyela, hampir saja bantal yang menjadi sandarannya ia lemparkan pada wajah menjengkelkan Wei Wuxian yang sudah cengengesan tak jelas.

"Ayolah, aku yakin kau memiliki suara yang bagus. Nyanyikan sebuah lagu untukku, ya? Ya?" Ujung jari Wei Wuxian menoel-noel kecil lengan Wangji yang langsung ditepis si pemilik.

Boy Meet BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang