#edit (Aku akan merubah beberapa alur cerita ini, karena menurutku ceritanya jadi mengambang)
.
.
.
.
.Sudah dua minggu semenjak Rosela tinggal di istana, Ia juga semakin dekat dengan Benjamin. Karena Pria itu sering mengunjunginya. Seperti sekarang, Benjamin barusan membawa keranjang buah untuknya, katanya Ia kasihan melihat Rosela yang memilih manjat pohon untuk memakan sebutir apel. Padahal nyatanya Rosela memanjat karena memang hobi. Dasar orang kaya.
Karena Benjamin sering ke Istana Dietrich, hubungannya dan Dietrich pun juga semakin dekat dari biasanya. Melihat kedekatan tersebut Rosela merasa senang, karena Ia bertekat untuk menjadikan Dietrich sebagai calon raja masa depan. Karena jika mereka memiliki komunikasi yang baik, Dietrich tidak akan salah paham kepada Benjamin dan begitupun sebaliknya, Benjamin tidak akan mendengarkan kata ibunya dan malah terjebak menjadi Raja walau sebenarnya Ia adalah tipe manusia yang tidak suka hidup terkekang.
"Kenapa kau malah melamun?" Tanya Benjamin ketika melihat Rosela hanya memandangi keranjang buah yang Ia bawa.
"Saya? Saya tidak melamun," jawab Rosela bohong, padahal Ia baru tersadar sudah melamun.
"Oh, aku tahu. Kau pasti merindukan Dietrich." Tebak Benjamin, karena Ia tahu Kakaknya mengikuti kontes berburu yang selalu diadakan satu kali setahun oleh kerajaan.
Rosela menggeleng, walau sebenarnya memang rindu, Ia tidak mau ketahuan. "Tidak, Saya hanya sedikit terpana melihat buah-buahan segar ini. Dan, kenapa Yang Mulia malah di istana sedangkan yang lain pergi berburu?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.
Lagi pula kenapa Dietrich malah sibuk-sibuknya belakangan ini, padahal Rosela ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaanya untuk membantu rencana balas dendam Dietrich.
"Aku tidak suka berburu, bagiku berburu hanya ajang mempermainkan nyawa makhluk hidup. Padahal belum tentu semua akan dijadikan makanan nantinya, dan malah dibuang atau dikubur. Dan, aku tidak mau bertemu monster."
"Dasar lemah!"
"Bukan lemah, tapi Aku manusia yang penuh kasih sayang dan tidak suka direpotkan." Terang Benjamin tak terima diejek.
"Kau pun kenapa tidak ikut? Padahal Estela ikut berkemah di hutan."
"Bukan urusanku," balas Rosela acuh. Apa yang bisa Ia lakukan? Cemburu pun tidak ada gunannya, karena Ia hanya tokoh yang seharusnya tidak ada di novel ini. Dan, rasa sukanya kepada Dietrich hanya kekaguman akan tokoh favoritnya. Jika di dunia nyata seperti bertemu dengan bias, sulit untuk bisa dimiliki makanya hanya bisa delulu.
Kening Benjamin berkerut. "Aneh, padahal kau ada disini karena memiliki hubungan spesial dengan Dietrich." Ucapnya.
"Memang, tapi bukan mengarah ke arah romantis. Kami hanya berteman, sama seperti Saya dan Pangeran." Jelas Rosela.
Benjamin malah tertawa. Rosela sangat lucu. "Percaya diri sekali, siapa yang kau sebut teman?" Tanyanya sambil mengusap air matanya yang keluar karena tertawa.
"Oh, jadi Saya hanya rakyat biasa, atau bahkan pelayan dimata Anda." Keluh Rosela, lalu membuang muka.
"Aku hanya bercanda, kau serius sekali." Ucap Benjamin cepat, tak mau Rosela marah. Karena baru kali ini Ia merasa memiliki teman, dan Benjamin tidak mau merasa kehilangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Villain?
FantasíaReinkarnasi di dunia isekai jadi tuan putri atau bangsawan? Mana enak! Jadi budak lah... tidur bareng tikus sama kotorannya. Mending tikus di cerita cinderella, ini tikus beneran. Huekk! (Princess) #15 dari 4,14k (Crown Princess) #1 dari 35