[9] Setelah Insiden Johan

136 52 27
                                    

"Argh! Tolong!!"

"Bu Mina!! Ibu dimana? Tolong!!"

"Huwaa! Kakak takut!"

"Argh! Sakit!"

"Tolong!!"

"Jangan sakiti anak anakku!"

"Tidak!"

"Lari!! Mereka datang!!!"

"Cepat selamatkan diri kalian!"

"Tidak! Jangan pergi! Aku di sini!"

"Jangan bunuh aku!"

"Tidak!!!"

"Ayaahhh!!!!"

Bau amis darah menyeruak, teriakan serta erangan dari orang dewasa maupun anak kecil menggema, Isak tangis penuh putus asa, ketakutan yang melanda, hawa panas dari api, bau terbakar yang menyengat.

Yoshino meremas rambutnya erat, berusaha meredakan suara-suara berisik dari masa lalu yang terputar ulang di benaknya.

Yoshino memejamkan matanya, merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dapat dia rasakan, jarum infus menusuk punggung tangannya. "Rumah sakit lagi," batinnya kesal.

Sebuah suara tiba-tiba menyapa telinganya. "Lo gak bosen terluka terus?" Suara itu terdengar tak acuh, namun orang itu dengan lembut menarik tangan Yoshino dari rambutnya. "Bisa botak lo kalo terus narik rambut gitu!"

Tangan gadis itu kemudian beralih menyentuh tangan Yoshino yang sudah di baluti perban. "Kenapa tangan lo bisa luka parah gini? Apa aja yang lo lakuin sama Johan? Kenapa kalian berdua bisa luka parah gini?"

Yoshino mendongak. Wajah yang dia kenal menyapa pandangannya. "Ngapain lo di sini?" tanya Yoshino tidak ramah.

Gadis itu berdecak kesal kepada Yoshino. "Lo gak bosen nanya itu itu aja? Lo gak punya hak marah ke gue! Gue udah ngalamin hari yang panjang dan gak masuk akal gara gara lo! Lo harus tanggung jawab!" dengusnya seraya mengupas buah apel menggunakan pisau buah kecil.

"Pulang!" seru Yoshino dingin.

Rina menghentikan kegiatannya. Wajahnya terangkat menatap Yoshino datar. Yoshino menatapnya tajam seperti sebelum sebelumnya.

"Lo benci gue?" tanya Rina tanpa ekspresi.

"Hm." Balas Yoshino singkat dengan tatapannya yang semakin tajam.

"Kenapa?"

"Gue benci orang yang suka ikut campur."

Rina mengacungkan pisau buah yang sedang di pegangnya ke wajah Yoshino. "Gue juga benci orang yang sok kuat," ucapnya dengan seringai kecil di bibirnya.

Rina melanjutkan kegiatan mengupas buahnya tanpa penasaran dengan reaksi Yoshino. Rina merasa puas karena berhasil membuat Yoshino tak berkutik.

Mereka berdua berakhir saling diam hingga hanya suara dentingan jarum jam dan gesekan pisau saja yang terdengar di antara mereka.

Tring!

Suara notifikasi mengalihkan atensi Rina. Ia menyimpan buah yang telah di kupasnya ke atas piring, lalu menaruhnya di atas nakas. Ia pun membuka aplikasi chat di ponselnya.

Julian

Julian: Rin

Julian: Gue udah izin ke orang tua lo. Gimana kondisi di sana?

Anda: Dia udah bangun

Julian: Hah?! Tunggu! Gue kesana sekarang. Jangan ngomong apa apa dulu sama dia!

Thread of Death ✔️ [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang