[24] Semakin Rumit

98 31 16
                                    

"Hihihihihi!!"

Rina mematung seketika saat wanita itu melirik padanya. Wanita itu menyeringai penuh kepuasan kepadanya.

"Kau terlambat! Yoshino sudah jatuh dalam genggamanku. Dia tidak akan pernah mendengarkan siapa pun lagi, karena hanya ada dendam yang tertanam di hatinya, hihihihi!!!"

Rina termangu. Apa maksud perempuan itu? Apa yang telah dia lakukan kepada Yoshino? Rina berusaha menghentikan tubuhnya yang gemetar. Wanita itu benar-benar memiliki aura yang dalat kembuat siapa pun bergidik.

"Apa mau lo?" Tanya Rina dengan suara tercekat.

"Hihihi... Lucu sekali kamu! Tentu saja aku mau Yoshino..."

"Kenapa? Dia bahkan gak suka sama kehadiran lo." ucap Rina berusaha mencoba berani.

Wanita itu terdiam sejenak sebelum menyeringai lebih lebar dari sebelumnya hingga muncul robekan pada mulutnya. Wujudnya yang semula cantik berubah menjadi penuh darah. Itu adalah wujud sebenarnya dari wanita itu.

Rina jatuh terduduk di atas tanah. Itu adalah pertama kalinya ia melihat wujud asli wanita itu. Tubuhnya gemetar hebat, Rina tidak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri.

"Hihihi kau tidak tahu apa-apa. Aku sudah membuat kesepakatan dengan Yoshino. Dia sendiri yang menawarkan nyawanya padaku, hihihi!"

"A-apa? Gak mungkin..." Lirih Rina.

"Hihihi! Aku suka ekspresi itu! Lihat saja! Aku akan menyiapakan panggung klimaks terdramatis untuk kalian berdua! Hihihihi! Sampai nanti!"

Wanita itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Susah payah, Rina merangkak menghampiri Yoshino karena kakinya terasa lemas.

"Y-Yoshino bangun! Ayo bangun!" Rina panik dan bingung. Darah yang keluar dari kepala bagian belakang Yoshino tidak kunjung berhenti.

Seseorang tiba tiba menariknya untuk berdiri. "Ayo pergi!" ucap orang itu tegas. Ternyata dia adalah Julian.

"Jul tolongin Yoshino! Darahnya gak berhenti!" Teriak Rina panik.

"Gue udah panggil ambulans. Bentar lagi mereka nyampe. Sekarang kita pergi! Kita gak perlu berurusan sama dia lagi." Jelas Julian dengan tempo cepat.

Rina melongo tidak percaya. "Lo kenapa sih? Kenapa lo tiba-tiba sebenci itu sama Yoshino? Apa sih yang lo liat waktu otu?!" Sentak Rina dengan suara bergetar.

"Gue jelasin nanti. Sekarang kita pergi dulu."

"Gak mau! Gue mau sama Yoshino!"

"Rina, dengerin gue!" Ucap Julian pelan mencoba sabar.

"Gak! Lo sekarang jadi egois. Gue gak mau dengerin lo."

"Rina!!!"

Rina terkesiap. Julian benar benar membentaknya dengan tatapan tajam yang terasa lebih menusuk daripada Yoshino. Entah karena Rina belum pernah melihat Julian yang seperti itu, kini Rina merasa benar-benar sakit hati.

"Lo...kenapa sih?" Lirih Rina dengan setets air mata mengalir dari kelopak matanya.

"Gue gak benci Yoshino!! Gue cuman keinget ibu kandung gue aja setiap ngeliat dia! Lo gak tau apa yang udah keluarga gue alamin dulu karena keluarga dia!! Ibu gue mati gara gara terseret nasalah orang tua dia!! Gue gak mau kita berurusan lagi sama dia! Semua tentang dia bahaya!!" Teriak Julian penuh amarah.

Rina tertegun. "Lo ngomong apa? Bukannya Tante Tina sehat sehat aja di rumah?"

Julian terkekeh miris. "Dia bukan ibu kandung gue. Ibu kandung gue bernama Mina Anggraini, kepala pengurus panti asuhan sejahtera."

Thread of Death ✔️ [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang