Prak! Prang! Dak!
Martin menatap ngeri Yoshino yang sedang menghancur-hancurkan barang-barang di sekitarnya. Dia tidak berani mendekatinya.
Sorot mata Yoshino jauh berbeda dari sebelumnya. Kali ini, matanya di penuhi oleh kebencian dan kefrustasian.
Apartemen Yoshino porak poranda karena ulahnya. Bahkan tangannya mengeluarkan darah akibat pecahan-pecahan benda yang dia hancurkan.
Yoshino menatap tangannya yang gemetar, lantas terduduk dengan napasnya yang memburu. Sebuah tawa keluar dari mulutnya. Semakin lama, tawa itu semakin kencang hingga menyerupai teriakan.
Yoshino sudah seperti itu sejak sadar dari pingsannya. Martin benar-benar tidak tega melihatnya. Dia tidak tahu harus melakukan apa.
"Lo tau semuanya?"
Martin tersentak saat Yoshino tiba-tiba berhenti tertawa dan bertanya padanya. "Tau apa?" ucap Martin pura-pura tidak tahu.
Yoshino menyeringai, dia mendekati Martin yang semakin ciut. Martin melangkah mundur saat Yoshino mendekatinya. "Kenapa lo takut hm?" tanya Yoshino lembut.
Martin bergidik. Dia lebih baik mendengar suara Yoshino yang dingin di banding suaranya yang lembut namun membuatnya merinding seperti itu.
"Dari kapan lo jadi bawahan Jendra?" tanya Yoshino tanpa iming iming 'Bapak' seperti biasanya. Martin diam karena tidak tahu harus mejawab apa. Tidak akan ada jawaban apa pun yang memuaskan Yoshino sekarang.
Tidak kunjung mendapatkan jawaban, Yoshino melangkah meninggalkan apartemennya. Martin mengejarnya dari belakang.
Dia di perintahkan Jendra untuk tidak membiarkan Yoshino sendirian apa pun yang terjadi. Terlebih, saat ini matahari hampir tenggelam. Wanita itu akan segera mengambil alih tubuh Yoshino.
Martin hanya merenung sebentar, namun Yoshino sudah tidak terlihat di hadapan matanya.
Martin mencarinya dengan panik. Kemana Yoshino pergi? Bagaimana bisa dia menghilang hanya dalam sekejap mata?
***
Yoshino menoleh beberapa kali menoleh ke belakang. Saat yakin tidak ada siapa pun yang mengikutinya, dia menghentikan langkahnya. Dia memasuki gang sempit yang sangat sepi sendirian.
Yoshino melihat jam tangannya. Sekarang, jarum jam tangannya menunjukkan pukul 17.28. Sekitar 2 menit lagi, wanita itu akan muncul dan mengambil alih tubuhnya.
Selama ini, Yoshino selalu bersiap-siap saat matahari hampir terbenam. Dia selalu mengikat dirinya sendiri menggunakan tali supaya wanita itu tidak menyakiti tubuhnya.
Namun kali ini, Yoshino justru menunggu kedatangan wanita itu. Detik demi detik berlalu, Yoshino berusaha fokus supaya ketika wanita itu muncul, tubuhnya tidak langsung di rasuki.
"Hihihihihi! Apa ini? Kenapa kamu tidak mengikat dirimu sendiri seperti biasanya?" Setelah di tunggu-tunggu, akhirnya wanita itu muncul dari belakangnya. Begitu muncul, wanita itu langsung memeluknya seperti biasanya.
"Mari buat kesepakatan!" ucap Yoshino cepat sebelum wanita itu berusaha mengambil alih tubuhnya.
"Kesepakatan?" Wanita itu menyeringai lebar. Ini pertama kalinya Yoshino tidak menghindarinya dan melarikan diri darinya. Hal itu membuatnya sangat tertarik dan penasaran. Wanita itu melayang ke depan Yoshino dan memerhatikan wajah Yoshino lekat.
"Gue bakal serahin hidup gue ke lo, dengan satu syarat," ucap Yoshino tanpa ekspresi. Senyuman wanita itu semakin mengembang mendengarnya. "Kamu akan menyerahkan hidupmu dengan sukarela?" tanyanya seraya mengelus pipi Yoshino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread of Death ✔️ [DITERBITKAN]
Tajemnica / ThrillerKutukan yang menjeratnya membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan dengan normal. Ada banyak rahasia dan tragedi yang tersembunyi di baliknya. Bersama dengan orang-orang yang juga terhubung dengan masa lalu kelamnya, dia berusaha mengungkap kebenara...