16🍰

34 2 0
                                    

Saita dan Geo akhirnya berangkat menuju bandara yang mereka tuju. Mereka berangkat menggunakan taxi yang dipesan oleh Geo.

Selama di perjalanan, Geo yang awalnya sibuk dengan pikirannya sendiri menyadari keheningan yang ada didalam mobil yang mereka naiki.

Geo melirik ke arah Saita karena merasa janggal dengan keheningan yang ada di antara mereka.

Terlihat Saita terus menatap ke langit-langit di balik jendela, matanya fokus pada awan-awan yang mengejar mereka.

Ia terlihat sangat larut pada lamunannya. Geo yang mengerti apa isi dari lamunan Saita kemudian menggenggam tangannya yang dingin diam di atas pahanya.

Saita yang merasakan kehangatan yang tak asing di tangannya terbangun dari lamunannya dan menoleh ke arah Geo.

"Masih kepikiran?" Geo menatapnya dengan lembut. Namun Saita dapat melihat rasa khawatir yang Geo pendam dalam tatapannya.

Saita menundukkan kepalanya, menghindari kontak mata dengan Geo. Ia tak sanggup menatap mata dengan rasa khawatir karena ulahnya.

"Maaf, Geo.. Aku ga bermaksud bikin kamu khawatir.."

Geo cukup terkejut bahwa Saita mengetahui perasaan yang ia sembunyikan tanpa mengetahui bahwa Saita dapat melihat jelas perasaan tersebut di tatapannya.

Melihat Saita yang tertunduk bersalah, Geo hanya menghela napas ringan sembari tersenyum lembut padanya.

Ia mengulurkan tangannya pada kepala Saita yang tertunduk dan mengelus rambutnya yang lembut.

"Aku yang harusnya minta maaf karena bikin kamu makin drop."

Saita mengangkat kepalanya yang masih dibelai halus oleh Geo. Ia menatap Geo yang kini sudah tak terlihat sedih.

Saita membalas senyuman Geo dengan tulus, seolah semua beban pikirannya sirna begitu saja.

Geo yang melihat hal itu menjadi lebih lega dengan keadaan Saita yang terlihat sudah membaik, walau jujur ia tak yakin pasti kegelisahan Saita bisa sirna dengan mudahnya.

Geo mencubit gemas pipi Saita yang lembut itu, membiarkan Saita merintih kesakitan dalam kejengkelannya.

"Geo-!" Rintih Saita dengan Kesal.

Geo hanya cekikikan mendengar rintihan Saita. Ia hanya menjadikan cubitan gemas itu sebagai pelampiasan agar ia tak mencium Saita di depan orang asing.

___________

-BANDARA

Geo membuka pintu taxi tersebut dan turun membawa kopernya. Ia berjalan menuju pintu di sisi yang berbeda dan membukanya untuk Saita.

Mereka berdua akhirnya tiba di bandara yang mereka tuju. Geo membawakan tas ransel milik Saita, membiarkan Saita hanya membawa koper miliknya.

Mereka memutuskan untuk duduk sejenak dan mengambil udara. Bandara tersebut tak begitu ramai hingga sirkulasi udara disana lebih terbuka.

"Sa, aku urus tiket dulu sambil beli minum, kamu tunggu dulu disini ya." Geo mengecup singkat kening Saita dan meninggalkannya.

Kini Saita terduduk bosan di kursi tunggu, ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan mulai memainkannya, menggeser-geser layar ponselnya untuk mencari sesuatu yang dapat menghilangkan rasa bosannya.

Sudah sekitar 20 menit ia melamun menatap layar ponselnya yang kosong. Geo masih tak kunjung kembali, membuat Saita semakin bosan.

Saita mematikan ponselnya dan memperhatikan seisi bandara tersebut. Tak ada yang menarik perhatiannya sejauh ini.

SWEET PATISSIER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang