PROLOG

379 25 5
                                    

3 tahun yang lalu

Sabrina melihat pemandangan di depannya dengan terharu. Dua insan yang saling mencintai kini telah dipersatukan atas nama Tuhan.

Kakak lelakinya, Baskara Reyn Hanggoro baru saja resmi menikahi kekasih empat belas tahunnya, Rindia Salim. Rona kebahagiaan sangat terpancar dari raut pasangan pengantin itu.

Kakak lelaki dan kekasihnya itu menikah di Jerman, tempat mereka tinggal selama satu tahun ini.

Menurut Sabrina, kisah cinta Baskara dan Rindia itu sangat luar biasa. Mereka berhasil melewati segala tantangan dan berhasil mempertahankan hubungan mereka hingga sekarang menikah.

Sabrina benar-benar iri. Dia jadi bertanya-tanya, apakah dia juga bisa menikah dengan orang yang dia cintai dan mencintainya seperti kakak lelakinya itu?

Sabrina melirik ke arah samping kirinya. Di sampingnya kini ada Abiyano Salim, sepupu Rindia Salim. Tuan Maha Sempurna yang selalu menarik perhatian Sabrina.

Siluet hidung mancung dan mata sipit itu punya daya tarik yang luar biasa. Postur badan yang tegap dan besar, serta kulit putih terang milik Abiyano memang sangat menarik.

Ah, Sabrina benar-benar jatuh cinta pada Abiyano. Namun sayang, Abiyano telah memiliki kekasih, Meyrine Drusha namanya. Seorang artis yang luar biasa cantik, tapi memiliki skandal besar. Mantan Abiyano, Zalana juga luar biasa cantik.

Sepertinya selera Abiyano memang tak main-main. Sabrina jadi minder. Bukan karena Sabrina tidak cantik ya, Sabrina cantik kok. Paling tidak bagi Maminya. Hanya saja mungkin tidak semencolok mantan dan pacar Abiyano itu.

Sabrina menghela napas, lalu menghadap ke depan kembali. Mumpung masih di gereja, Sabrina sekalian saja berdoa, siapa tau Tuhan mau mendengarkan doanya.

Tuhan tolong jodohkanlah hambamu ini dengan orang yang ada di samping hamba sekarang. Kalau tidak bisa, tolong pertimbangkan sekali lagi Ya Tuhan. Kalau tidak bisa juga, tolong tunda dulu sampai ia menjadi jodoh hamba.

Sabrina cengengesan sendiri mendengar doanya. Bukannya mau memaksa, hanya saja Sabrina kan sedang berusaha.

Sedangkan di sampinya, Abiyano memperhatikan Sabrina dengan pandangan heran. Dari awal bertemu, Sabrina sudah terlihat aneh dan makin aneh di pertemuan kali ini.

Abiyano akui, di luar tingkahnya yang ajaib, Sabrina itu cantik dan imut. Wajah dan postur badan yang munyil itu membuat siapa pun ingin melindunginya.

Hanya saja rambutnya yang dicat pirang dan gayanya yang sangat feminim itu sedikit mengganggu bagi Abiyano.

Lihatlah sekarang, Sabrina menggunakan gaun berwarna pink muda seperti barbie dengan tambahan hiasan pita besar di rambutnya. Sabrina terlihat seperti bocah di mata Abiyano.

Tingkah Sabrina pun tak kalah mengganggu, Sabrina terlihat orang gila yang sedang komat kamit dan tersenyum sendiri. Abiyano menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Adik Baskara memang aneh. Bocah ini selalu mempunyai tingkah yang di luar batas wajar. Jauhkanlah hamba dari manusia seperti ini Tuhan.

Setelah acara pernikahan yang cuma dihadiri keluarga dekat itu selesai, mereka semua memasuki mobil masing-masing untuk kembali ke hotel.

Namun, saat di perjalanan Abiyano melihat Sabrina sedang berjalan kaki sendirian dengan sepatu hak tinggi tanpa pengawasan.

Abiyano mengurut kepalanya pening. Sabrina ini apa tidak takut berjalan di negeri orang sendirian? Apalagi dengan sepatu hak tinggi, apa kakinya tidak sakit?

Tiba-tiba seseorang mengambil tas Sabrina dengan kecepatan kilat. Sabrina berteriak meminta tolong dan mengejar sang pencuri, tapi tidak ada yang perduli.

Abiyano menghela napas, mau tidak mau Abiyano harus menolong Sabrina kan? Ririn pasti akan sedih jika tau adik iparnya celaka.

Abiyano pun turun dari mobil, lalu mengejar Sabrina. Abiyano berlari cukup kencang untuk mengejar Sabrina yang ternyata cukup ahli dalam berlari.

Si kecil itu ternyata cepet juga ya!

Saat Abiyano sudah berhasil mendekati Sabrina, Sabrina terjatuh karena tersandung. Abiyano pun langsung menghampiri Sabrina.

"Aduh, sakit. Sialan! Copet kampret sialan! Awas aja ya lo kalau ketemu-" omelan Sabrina terpotong saat melihat Abiyano yang berjongkok di depannya.

"-loh, Om. Kok bisa di sini?" tanya Sabrina heran.

Abiyano terlihat sedikit kesal saat mendengar Sabrina memanggilnya 'om'.  Abiyano merasa tidak setua itu.

Abiyano hanya diam dan memeriksa keadaan Sabrina. Lututnya berdarah dan hak sepatunya patah. Saat Abiyano menyentuh pergelangan kaki Sabrina, Sabrina berteriak kesakitan.

"Sakit, Om! Aduh, gimana ini? Kaki Sab patah nggak sih, Om? Apa harus diamputasi ya? Aduh, Om tolongin Sabrina dong!" teriak Sabrina heboh.

"Jangan panggil saya Om!" tegur Abiyano kesal.

Sabrina cemberut. "Ih, tapikan Om Biyan kan emang udah seumuran omnya Sabrina. Wajar dong Sab panggil Om."

"Kamu cerewet. Kalau kamu tidak bisa diam, saya tinggal sendiri di sini!" ancam Abiyano.

Sabrina menciut. "Iya, iya. Sabrina nggak ngomong lagi kok. Ini Sabrina bakal diam kok. Om jangan marah dong, kan Sabrina lagi sakit masak dimarahin sih. Nanti kalo-"

Abiyano mendesis pasrah, Sabrina memang tidak pernah bisa diam. Abiyano pun berbalik memperlihatkan punggungnya pada Sabrina.

"Naik ke punggung saya!" perintah Abiyano pada Sabrina.

Sabrina terlihat heran. "Loh, ngapain Om?"

"Jangan panggil saya Om, Sabrina!"

"Iya iya deh, Om. Sabrina nggak bakal panggil Om lagi."

Abiyano menggeleng pasrah sekali lagi, Sabrina memang luar biasa bebal.

"Naik cepat! Kakimu sakit, tidak akan bisa berjalan sendiri."

Sabrina tersenyum lebar seketika. "Wah, Om Biyan perhatian banget sama Sabrina. Jangan-jangan Om udah mulai suka ya sama Sabrina?!"

Abiyano mendesis kesal. "Yasudah, kalau kamu tidak mau. Saya pulang saja," ucap Abiyano sambil mulai ingin berdiri.

"Eh, eh... Sabrina mau loh, Om. Tunggu dulu!" Sabrina berteriak heboh, lalu melompat mendekap punggung Abiyano cepat.

Abiyano yang tidak siap, hampir saja terjungkal ke depan.

"Sabrina! Pelan-pelan!"

Sabrina hanya nyengir, sambil memperbaiki posisinya agar nyaman memeluk punggung Abiyano.

Abiyano menghela napas lagi. Sepertinya Abiyano memang harus bersabar menghadapi bocah yang masih dalam masa pertumbuhan ini.

Abiyano pun berdiri dan mulai berjalan dengan Sabrina yang digendong di punggungnya.

"Om, Om tau nggak perbedaan On sama pencuri tadi?" tanya Sabrina tiba-tiba.

Ah dia mulai lagi...

"Saya tidak tau dan tidak mau tau," jawab Abiyano dengan nada datar.

"Ih, Om nggak asik!"

"Jangan panggil saya Om!"

Sabrina mencubit pipi Abiyano geram. "Om ngeselin ih, tapi ganteng. Karena Om ganteng, Sabrina kasih tau ya Om. Kalau pencuri tadi itu berhasil mencuri tas Sabrina, nah kalau Om itu berhasil mencuri hati Sabrina!"

Abiyano hanya bisa diam dan pasrah karena di sepanjang jalan menuju mobilnya Sabrina terus mengoceh hal-hal tidak masuk akal.

Dasar bocah cerewet yang mengganggu. Semoga nanti kami tidak perlu bertemu lagi.

Namun, sayang sepertinya Tuhan mempunyai rencana yang berbeda dari Abiyano. Ternyata mereka berdua memiliki takdirnya sendiri.

❤❤❤👸🤴❤❤❤

Princess Office Hours [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang