10. Wolf in sheep's clothing🐺

107 14 3
                                    

Abiyano menatap Sabrina yang sedang melihat pemandangan Kota Singapura dari atas gedung restoran yang mereka datangi.

Mata bulat itu terlihat lebih bersinar dari biasanya. Lesung pipinya terlihat semakin jelas seiring dengan lengkungan senyumanya.

Gadis cantik dan ceria itu terlihat begitu bahagia hanya dengan melihat pemandangan yang bahkan tidak terlalu berbeda dari yang ada di Jakarta.

Abiyano heran. Apa yang membuat Sabrina begitu bahagia?

Dengan menatap barisan gedung itu, bahkan tidak membuat nilai saham perusahannya akan naik. Tidak juga mendatangkan dividen di akhir tahun.

Apa semua anak muda seperti ini? Lebih menyukai hal-hal romantis seperti ini?

Sejujurnya, Abiyano hanya mengikuti semua rencana yang Raisa susun. Sepertinya ini berhasil. Tinggal satu langkah lagi, maka semua akan berjalan mulus.

Abiyano tersenyum miring, tapi kemudian senyum itu berganti dengan senyuman manis saat Sabrina menoleh ke arahnya.

Ini saatnya, tahap terakhir adalah menyatakan perasaan.

Abiyano perlahan menyentuh tangan Sabrina yang ada di atas meja. Sabrina terlihat terkejut, lalu mengalihkan pandangan karna malu.

Abiyano menggenggam tangan kecil itu dengan tangannya, "Sabrina..."

Sabrina kembali menoleh pada Abiyano, "Ya, Om?"

"I like you..." ucap Abiyano pada akhirnya. Bahkan mulut Abiyano masih berat untuk mengatakan kata cinta.

Sabrina langsung terdiam, terlihat terkejut bukan main. Jantung Sabrina seperti berhenti berdetak seketika. Darahnya berhenti mengalir. Sabrina bahkan kini sudah berkeringat dingin.

Abiyano mengusap tangan Sabrina terlihat memberi ketenangan.

"Saya suka kamu, Sabrina. Saya ingin serius dengan kamu. Kalau kamu menerima saya, saya akan menikahi kamu secepatnya." ucap Abiyano sambil mengeluarkan sekotak cincin dari saku jasnya.

Sabrina menutup mulutnya saking terkejut. Dia tidak menyangka jika Abiyano akan melamarnya. Secepat ini? Bukankah itu mencurigakan?

Sabrina tidak perduli. Dia sudah terlanjur jatuh pada pesona Abiyano. Sudah Sabrina bilang. Bahkan jika ini hanya mimpi, Sabrina akan membunuh dirinya sendiri di dunia nyata dan hidup di dunia mimpi selamanya.

Abiyano membuka kotak cincin itu. Oh, Sabrina tau cincin itu. Cincin yang mirip dengan yang digunakan oleh Nita Ambani. Sabrina taksir, mungkin cincin itu berharga puluhan miliar.

Cincin berhiaskan Golconda diamond dengan ukuran yang tidak terlalu besar itu terlihat sangat berkilau. Saking berkilaunya, mata Sabrina menjadi silau seketika hingga pandangannya menjadi buram.

"Sabrina, will you marry me?"

Ucapan Abiyano itu sudah tidak terlalu jelas lagi di telinga Sabrina, karena yang selanjutnya terjadi adalah Sabrina mulai kehilangan kesadaran.

Brug

Sabrina pingsan seketika. Mungkin karena terlalu terkejut atau terlalu senang, Sabrina sampai tidak mampu mempertahankan kesadarannya.

Abiyano terkejut bukan main dan langsung mendekap Sabrina yang terkapar di lantai.

"Sabrina! Kamu kenapa? Bangun Sabrina!" teriak Abiyano sambil mengguncang tubuh Sabrina. Mereka berdua bahkan sudah menjadi pusat perhatian di restoran itu.

Abiyano langsung menghubungi anak buahnya dan mulai menggendong Sabrina untuk dibawa menuju mobil.

Abiyano terlihat khawatir bukan main. Sungguh dia tidak membayangkan hal ini akan terjadi.

Princess Office Hours [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang