9. Head over heels👡

118 14 0
                                    

Sabrina sedang berada di dalam toilet saat ia mendengar beberapa pegawai wanita sedang bergosip.

"Lo tau nggak ada anak magang baru di lantai sepuluh?"

"Oh, iya gue udah ketemu tadi pagi di lift. Oh God! You have to know this..."

Sabrina mengerutkan alisnya bingung, apa Sabrina sedang menjadi bahan gosip saat ini? Apa itu wanita tadi pagi yang bertanya tentang tas Delvaux miliknya? Padahal Sabrina kira wanita itu orang yang ramah dan baik.

"APA?" teriak dua wanita lain dengan semangat.

Sabrina tersenyum miring, apa sebegitu menariknya membicarakan orang lain? Bahkan mereka baru bertemu sekali.

"Cewek itu cuma anak magang, tapi penampilannya dong, aduh..." sang pemberi gosip terdengar siap mengompori.

"Gue denger rambutnya pirang ya? Aduh, bikin sakit mata. Sok bule banget, padahal produk lokal juga."

"Iya! Udah rambutnya pirang, make up nya menor, duh kayak tante-tante deh. Padahal kayaknya dia masih muda ya, tapi gayanya beneran kayak ani-ani."

Sabrina menggaruk rambutnya yang tak gatal, tadi dia dibilang seperti tante-tante, lalu dibilang terlihat muda. Jadi sebenarnya Sabrina terlihat tua atau muda?

"Dan lo tau apa yang lebih gong? Pakaiannya woi, full branded dari atas sampai bawah, depan belakang, sekelilingnya deh pokoknya itu branded semua!"

"Gila! Dapet duit darimana itu kalau bukan ani-ani?"

"Gue juga mikirnya gitu sih. Duh, kira-kira siapa ya gadunnya? Pejabatkah? Pengusaha? Yang pasti kelas kakap sih!"

Tuk

Tuk

Tuk

Sabrina pun keluar dari bilik toilet dan menghampiri ketiga wanita yang sedang bergosip itu. Mereka bertiga terlihat kaget bukan main melihat sang topik pembicaraan ada di depan mereka.

Sabrina menatap cermin, lalu mengeluarkan lipstick Dior Rouge dan cushion Yves Saunt Laurent miliknya. Sabrina men-touch up wajahnya dengan gerakan anggun. Untuk sentuhan terakhir, Sabrina menyemprotkan parfum Baccarat di lehernya.

Ketiga wanita itu terlihat sedikit terpesona. Mereka tidak tau, tapi ada sesuatu dalam diri Sabrina yang terasa berbeda. Setiap gerak-geriknya terlihat anggun dan mahal.

Sabrina menatap ketiga wanita yang ada di sampinya dengan senyuman anggun.

"Mau?" tawar Sabrina sambil menyodorkan parfumnya.

Mereka bertiga menggeleng canggung, "Nggak usah. M-makasih."

Sabrina tersenyum miring, lalu menyemprotkan parfumnya ke depan wajah mereka.

"Aaa..." mereka bertiga berteriak kencang.

"I'm sorry, but you all smell horrible. I have no choice, but I have to spray this perfume on you. Stinky smell with hypocrite and jealousy." ucap Sabrina dengan gerakan menutup hidung.

"Heh, sembarangan lo!" mereka terlihat marah sambil terbatuk sesekali.

Sabrina bersedekap menatap ketiga wanita di depannya. Jangan mereka pikir Sabrina akan takut dan terintimidasi hanya karna dia anak baru di sini.

"Lo kenapa sih dateng-dateng nyemprotin parfum ke muka kita? Kalau nanti rusak mau tanggung jawab?!" gertak wanita yang tadi Sabrina temui di lift.

"But your face have broken already. It's not my fault." jawab Sabrina santai.

Wanita itu memicing kesal, "Eh, jangan mentang-mentang cantik ya lo bisa hina kita seenaknya!"

Princess Office Hours [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang