Sabrina meningkatkan fokusnya. Mulai menghitung jarak antara posisinya sekarang dengan oxers yang ada di depannya. Dengan gerakan pasti, Sabrina mengatur kecepatan dan mengarahkan kuda yang sedang ia tunggangi untuk melompat.
Jump!
"Wow, that's cool Sabrina! Seratus enam puluh dong. Rekor baru nih," teriak Claire yang sedang berdiri di pinggir lapangan.
Sabrina mengibaskan rambutnya dengan sombong sambil masih menunggangi kudanya.
"Of course, I am. Well, twelve years of experiences can tell,"
Claire bertepuk tangan, lalu berlari menghampiri Sabrina. Sabrina pun turun dari kuda yang ia tunggangi dan menuntun kuda tersebut untuk berjalan bersamanya.
"Lo udah kayak tokoh Emily Fields di Pretty Little Liars. A sporty girl with nice ass!" puji Claire heboh, lalu memukul bokong Sabrina kencang.
Sabrina melotot seketika, "Orgil lo! Aset gue nih. Kalau sampai kempes lo mau tanggung jawab?!"
"Nanti gue tukar tambah sama punyanya Nicki Minaj. Mau nggak lo?"
"Sableng!" maki Sabrina pada Claire.
Claire hanya tertawa, lalu mereka melanjutkan perjalanan. Setelah mereka sampai di kandang kuda, Sabrina memasukkan kuda yang tadi ia tunggangi ke kandangnya.
"Oh, ya. Gimana nasib lo kemaren? Lo nggak diantar ke rumah orang tua lo kan?" tanya Claire penasaran.
Sabrina berdecih, "Gue diantar sampai ke dalam rumah sama Om Biyan. Rasanya kayak mengantarkan nyawa gue sendiri ke gerbang neraka."
Claire memandang Sabrina tidak enak, "Maaf ya, Sab. Gue udah berusaha nahan lo, tapi Om Biyan maksa buat antar lo. Kan gue takut duluan liat tatapan dia itu, auranya itu loh menguar. Berasa kayak mau disembelih di tempat gue, Sab."
Sabrina mendengus, "Papi sama Mas Babas marah besar liat gue mabuk sampai teler gitu. Mobil sama Credit Card gue ditahan buat sementara. Emang sialan tuh Om Biyan! Udah nolak cinta gue, iseng lagi buat gue kenak hukuman."
Claire tertawa lepas, "Tenang, Sab. Nanti paling CC lo diganti black card sama Om Biyan,"
Sabrina memutar mata malas, "Yang bener aja. Siapa gue sih sampai dikasih black card sama dia?"
"Ya, siapa tau ntar lo beneran jadi bininya kan? Pasti sejahtera sih hidup lo. Jangan kan black card, dunia dan seisinya aja bakal dibeliin tuh buat lo."
"Perasaan baru kemaren lo nyuruh gue buat cari cowok baru. Kenapa sekarang malah kayak lo ngedukung gue sama Om Biyan ya?"
Claire cengengesan, "Pas gue liat Om Biyan secara langsung, gue baru sadar seberapa besar pesona pria kelewat matang itu. Hot parah, Sab! Yang ini jangan sampai lepas!"
"Dasar plin plan!"
Obrolan mereka terputus saat ponsel Sabrina berbunyi. Itu Papinya yang menelepon dan Sabrina langsung mengangkat.
Papi membawa berita yang membuat tubuh Sabrina lemas seketika. Kakak lelakinya, Baskara masuk rumah sakit.
"Claire, tolong antar gue ke rumah sakit ya. Mas Babas masuk rumah sakit," ucap Sabrina cepat saat panggilan telah terputus.
Mata Claire membelalak, "Mas Babas sakit lagi?"
Sabrina mengangguk sambil berjalan cepat. Claire pun dengan sigap menyiapakan mobilnya dan mengantar Sabrina ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Sabrina berlari ke ruangan dimana Baskara di rawat. Saat Sabrina masuk, Baskara sedang terbaring lemah demgan wajah pucat.
"Mas Babas!" panggil Sabrina panik, lalu memeluk kakak lelakinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Office Hours [ONGOING]
ChickLitAbiyano datang bagai pangeran berkuda putih yang menyelamatkan hidup Sabrina. Sabrina terbuai dengan sandaran yang Abiyano tawarkan hingga jatuh cinta semakin dalam. Sabrina tidak sadar bahwa Abiyano selalu menyimpan pedang yang bisa membunuh Sabrin...