11. The devil is in the details😈

114 12 1
                                    

Pagi Sabrina seketika terasa lebih cerah dari biasanya.

Bunyi klakson yang bersautan kini terdengar seperti lantunan musik klasik di telinga Sabrina. Barisan kendaraan yang semrawut pun kini terlihat seperti pajangan lukisan di mata Sabrina.

Oh, indahnya hidup di dalam negeri dongeng. Sabrina benar-benar merasa seperti princess saat ini.

Ditemani pangeran tampan dengan kuda putihnya. Oh, ralat. Pangeran tampan dengan mobil Alphard yang nyaman, semua benar-benar terasa seperti mimpi.

Sabrina kini duduk manis di kursi penumpang bersama Abiyano di sampingnya. Sabrina melirik ke arah Abiyano yang terlihat tidak perduli dengan sekelilingnya. Abiyano hanya fokus menatap layar tabletnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Om Biyan kalau lagi serius jadi tambah seksi deh!

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa puluh menit, akhirnya mobil Abiyano sampai di depan Hanggoro Tower.

Abiyano mematikan tabletnya, lalu menatap Sabrina. Tangannya terulur untuk mengelus pipi Sabrina. "Selamat bekerja, Sabrina. Nanti saya jemput kamu."

Sabrina tersenyum bahagia, lalu mengangguk. Sabrina turun saat pintu mobil dibuka oleh asisten Abiyano.

"Terima kasih, Pak," ucap Sabrina setelah turun dari mobil.

Sabrina pun berjalan masuk ke dalam perusahaan dengan senyum bahagia. Di dalam lift, Sabrina bertemu kembali dengan tiga orang yang menggosipkannya di toilet kemarin.

Ketiga orang itu terlihat sedikit ketakutan saat melihat Sabrina. Saat Sabrina melirik ke arah mereka, mereka pun reflek melangkah mundur dengan saling berpelukan.

Sabrina tertawa seketika. "Kenapa? Ketakutan? Kayak liat setan aja."

Mereka bertiga menggeleng serentak. "N-nggak kok,"

Sabrina berbalik menjadi menghadap mereka bertiga. "Inget ya! Gue udah bilang ini ke Om Chandra, kalau sampai ada yang bocor tentang gue jadi ani-aninya Om Chandra. Angkat kaki kalian dari perusahaan ini!"

"L-lo bohong kan? Mana mungkin Chandra Hanggoro punya ani-ani. Lo cuma mau nakut-nakutin kita aja kan?" tuding salah satu dari mereka.

Sabrina tersenyum miring sambil membuka ponselnya. Ia tunjukkan satu foto dirinya saat sedang mencium pipi dan memeluk Chandra Hanggoro.

"Liat nih! Masih nggak percaya? Apa perlu gue bawa Chandra Hanggoro nemuin kalian bertiga secara langsung?" Tantang Sabrina sambil memperlihatkan foto bersama Papinya itu.

Mereka bertiga kompak membulatkan mata. Mereka terkejut bukan main melihat foto mesra Bos pemilik perusahaan mereka dengan gadis muda di depannya.

Sabrina tersenyum sombong, lalu menyimpan ponselnya kembali. Sebelum keluar dari lift, Sabrina menyempatkan diri untuk mengibaskan rambut blonde yang menjadi kebanggannya itu.

Sesampainya di kubikel, Sabrina bertemu dengan Maura yang sedang mengoleskan lipstik. Sabrina memperhatikan Maura dengan teliti.

Maura mengenakan cardigan dari Gucci dengan logo mencolok dan... Tas Hèrmes Faubourg Birkin?! Bagaimana bisa?

Tas itu merupakan keluaran edisi terbatas dengan desain khas ornamen jendela di depannya. Sabrina saja yang sudah berlangganan tetap di brand tersebut masih sulit untuk mendapatkannya.

Bagaimana Maura bisa mendapatkan tas berharga puluhan miliar tersebut? Apa Maura anak seorang pengusaha?

Semua yang dipakai Maura merupakan brand luxury dan Sabrina tau kalau itu barang asli. Bukankah agak mencurigakan kalau seorang karyawan biasa dengan gaji dibawah dua puluh juta bisa mempunyai barang mewah seperti itu?

Princess Office Hours [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang