13. Ignorance is bliss🪄

156 6 0
                                    

Sabrina memperhatikan Bastian yang sedang bermain dengan mobil mainannya. Wajah Bastian benar-benar mirip dengan Mas Babasnya. Kesukaan mereka pun sepertinya sama, suka mobil.

Sabrina mendesah sedih. Andai Kakak lelakinya itu masih hidup, semuanya pasti terasa lebih baik. Keadaan perusahaan juga tidak akan sekacau ini.

Sabrina jadi kembali berpikir betapa tidak bergunanya dia sebagai manusia. Jika dibanding dengan Mas Babasnya, Sabrina terlihat seperti seonggok sampah yang tidak berguna.

Sabrina terkadang merasa rendah diri dan tidak pantas untuk siapa pun. Mungkin jika bisa ditukar, Sabrina ingin menukar nyawanya dengan Baskara.

Tanpa Sabrina sadari, satu tetes air mata jatuh ke pipinya. Bastian memandang wajah Sabrina dengan bingung. Lalu, ia menyeka air mata di pipi Sabrina dan memeluk Sabrina.

Bukannya diam, Sabrina malah semakin menangis dibuatnya. Sabrina rindu Baskara. Tidak lama setelah itu, Bastian malah ikut menangis bersama Sabrina.

Sabrina tersadar dan buru-buru menghapus air matanya sendiri. Lalu Sabrina menggendong Bastian, berusaha menenangkan Bastian yang semakin menangis.

"Cup.. Cup... Jangan nangis dong, Bas. Beli es krim mau? Minum susu?" tawar Sabrina masih sambil menggendong Bastian.

"Cucu...Mama..." ucap Bastian sambil terisak.

"Ok, ok. Tunggu ya... kita ke tempat Mama. Jangan nangis terus!" bujuk Sabrina sambil membawa Bastian ke tempat Rindia berada.

Perlahan Sabrina mendengar suara-suara samar orang yang sedang berdebat.

"Lebih baik seperti ini."

Itu suara Om Biyan ya?

Sabrina melihat wajah Ririn yang terlihat kesal. Sabrina pun berjalan perlahan mendekati mereka berdua.

Mereka berantem? Kenapa?

"Ririn udah peringatin ini sama Ko Biyan. Ko Biyan pasti bakal nyesel nggak dengerin Ririn. Kalau sampai terjadi apa-apa, maaf aja, Ririn bakal ada di pihak Sabrina."

Dahi Sabrina mengerut mendengar namanya disebut dalam perdebatan Ririn dan Abiyano.

Mereka ngomongin gue? Kenapa? Sebenarnya ada apa? Ada yang ditutupi?

Abiyano tersenyum. "Itu lebih bagus. Sabrina memang butuh kamu di pihaknya."

Sebenarnya ini ada apa?

Ririn terlihat ingin mendebat sekali lagi, tapi suara tangisan Bastian di gendongan Sabrina menginterupsi mereka.

Sabrina berdiri sambil menggendong Bastian yang sedang menangis. Dia masih mencoba menenangkan Bastian.

Ririn dan Abiyano terlihat sangat terkejut melihat Sabrina yang ada di belakang mereka. Ririn dengan cepat menghampiri Sabrina dan mengambil alih Bastian.

"Mbak ke belakang dulu ya? Mau bikinin Bastian susu," ucap Ririn sambil menggendong Bastian dan hanya dijawab anggukan kecil dari Sabrina.

Abiyano menatap Sabrina dengan pandangan yang tidak Sabrina mengerti. Ada raut bersalah dan juga ketakutan dari wajahnya.

Sedetik kemudian raut itu berubah menjadi senyuman manis. Senyuman yang Sabrina sering lihat akhir-akhir ini.

"Ayo ke ruang tengah! Kita duduk di sana saja, di sini dingin," ucap Abiyano sambil merangkul Sabrina.

Sabrina menatap Abiyano. "Om Biyan berantem sama Mbak Ririn? Kalian ngomongin Sab ya?"

Wajah Abiyano sedikit menegang, tapi langsung ditutupi dengan senyuman kembali. Abiyano menggeleng dan mengeratkan rangkulannya di pundak Sabrina.

Princess Office Hours [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang