4. When it rains, it pours🌧

130 17 0
                                    

Abiyano menatap pemandangan Jakarta dari atas gedung Salim Group. Orang-orang terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing.

Tentu saja, orang-orang itu sedang mengurusi urusannya sendiri. Namun, mengapa Abiyano merasa semua orang di sekitarnya melimpahkan semua urusan mereka kepadanya?

Abiyano bukan mesin penyelesaian masalah. Dia manusia. Kenapa semua orang melimpahkan bebannya ke pundak Abiyano? Sejujurnya, Abiyano tidak sekuat itu. Bebannya juga sudah banyak.

Abiyano mengingat kembali percakapannya dengan Ayah Sabrina, Chandra Hanggoro dan Baskara Reyn Hanggoro saat perayaan ulang tahun Bastian.

Flashback

Abiyano melihat wajah Baskara yang terlihat pucat, sepertinya kanker otak yang diderita Baskara semakin parah.

"Kamu baik-baik saja, Bas?" tanya Abiyano khawatir.

Baskara tersenyum lemah, "Tidak begitu baik, Ko. Dokter bilang sudah tidak tertolong lagi, tapi Babas terus berobat kok."

Abiyano menghembuskan napas berat. Membayangkan sepupu kesayangannya akan menjadi janda dengan anak yang masih kecil membuat Abiyano gelisah. Abiyano berharap Baskara bisa bertahan lebih lama.

Tiba-tiba Baskara menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang. Tangan Baskara terlihat tidak bisa digerakkan.

"Kamu nggak apa-apa, Bas? Mau saya panggilkan dokter?" tanya Abiyano sambil membantu Baskara membereskan kekacauan.

Baskra terlihat menahan sakit, lalu merebahkan diri di tempat duduknya. "Nggak usah, Ko. Ini emang sering kayak gini. Kadang suka tiba-tiba mati rasa tangan Babas,"

"Apa penyakitmu semakin parah?"

Baskara tersenyum miris, "Dokter bilang jalanin aja waktu yang ada. Ko Biyan... Babas mau minta sesuatu,"

Abiyano terdiam dan menatap Baksra dengan gamang. Kenapa ini terdengar seperti pesan terakhir?

"Ya, ada apa?" jawab Abiyano pada akhirnya.

"Kalau... seandainya... nanti Babas udah nggak ada. Babas titip Ririn dan Bastian ya, Ko. Babas udah persiapin dana pendidikan dan hidup buat mereka berdua. Ko Biyan nggak usah khawatir. Babas cuma minta tolong Ko Biyan dampingin mereka." pinta Baskra dengan senyum lemahnya.

Abiyano tidak tau harus berkata apa. Ini pertama kalinya ia diberikan pesan terakhir oleh orang yang menganggap dirinya akan meninggal.

"Baiklah, tapi saya harap kamu bisa bertahan lebih lama, Bas. Ririn dan Bastian membutuhkan kamu,"

Baskara membuang pandangan, matanya terlihat mulai memerah. "Babas juga ingin, Ko. Tapi... umur nggak ada yang tau kan?" balasnya sambil tertawa miris.

"Dan juga... Babas mau titip Sabrina ke Ko Biyan..."

Abiyano mengangkat alisnya tanda tak mengerti. Sabrina? Kenapa?

Tiba-tiba Chandra Hanggoro, Ayah Baskara duduk di sampingnya. Abiyano menatap Chandra dan Baskara yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

"Biar Papi aja yang ngomong, Bas." potong Chandra Hanggoro.

"Jadi begini, Biyan..."

Chandra Hanggoro terlihat sedikit gelisah saat ini, "Perusahaan Om sedang mengalami krisis. Ada penggelapan dana besar-besaran yang Om belum tau siapa saja pelakunya. Kayaknya karna Babas sakit, ada orang yang manfaatin itu buat berkhianat sama Om..."

Princess Office Hours [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang