Prolog

278 44 373
                                    

🌸🌸🌸🍃🐖

"Apa Anda mau membeli tiket pertunjukan debut kami?"

Di hadapan anak laki-laki, seorang gadis manis berambut kepang tampak menawarkan salah satu tiket di tangannya. Meskipun wajah gadis yang dirias dengan make up tipis itu tampak bersinar dengan senyumannya, mata kelam di balik kacamata milik si anak laki-laki dapat melihat kesedihan di baliknya.

"Aku Mimi, yang diberkahi oleh Dewi Cinta, dari grup idol Oh!anami." Gadis itu berpose ceria sambil memperkenalkan dirinya. Setelah itu, ia kembali menunjukkan sebundel tiket konser yang masih utuh. "Kami belum menjual satu tiket pun, kumohon belilah satu saja. Hanya 1.000 yen kok!"

Kamiya Shou, 16 tahun, seorang gamer sekaligus otaku yang sedang menikmati suasana Akihabara yang ramai, nyatanya harus terhenti oleh seorang gadis berbalutkan pakaian panggung. Gadis itu jelas-jelas Underground Idol, atau biasa disebut Chika Idol di Jepang, yang berusaha keras mempromosikan grupnya yang akan debut. Sebenarnya Shou hampir selalu menemukan orang-orang sejenis gadis itu dan mengabaikannya, tetapi gadis di hadapannya berbeda.

Aimi yang diberkahi Dewi Cinta---itu adalah quote yang selalu disebutkan oleh seseorang yang ditemui Shou di game online, sebelum orang itu menghilang setahun yang lalu.

"Aimi-chan?" ucap Shou spontan sambil meraih tangan halus gadis itu. Dalam hati, ia mengumpati dirinya karena refleks memegang. Shou lantas segera melepaskannya dan meminta maaf. "Gomennasai¹, tapi… apa kau adalah Aimi yang pernah bermain di Lunar Eclipse online?"

Jika memang benar dugaannya, maka gadis di hadapannya merupakan seseorang yang selalu ditunggu-tunggu Shou ketika bermain game online itu; yang selalu bermain bersama Shou hingga berjam-jam lamanya; yang selalu bertukar kabar dengan Shou dan menceritakan hal-hal lucu; yang selalu merengek pada Shou tentang kehidupannya yang tak adil; yang selalu Shou berikan motivasi untuk tak menyerah pada cita-citanya.

Sekarang, tampaknya Aimi telah berhasil meraih impiannya.

"Shouya-kun?" Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya. Lengkung senyum lantas terukir pada bibir mungil itu, membuat tulang pipinya kelihatan menonjol dan berwarna kemerahan seperti buah plum. "Kau kah itu?”

Setelah setahun lamanya menghilang, rupanya gadis itu masih mengingatnya. Berbekal suaranya yang dulu sering Aimi dengar di fitur voice dalam gim, dan kini ia perdengarkan kembali. Shou yang tak menyangka seketika saja ikut tersenyum dan mengangguk.

“Ya. Ini aku, Shouya sang pendekar pedang,” ucap Shou penuh kenangan.

“Shouya-kun! Betapa aku merindukanmu!" seru gadis itu sambil memajukan tubuhnya ke arah Shou.

Sebenarnya, Shou mau saja menyambut pelukan Aimi yang terarah padanya. Namun, otaknya sepertinya masih berfungsi dengan baik. Nyali untuk berhadapan dengan Aimi menciut. Shou mendadak sadar diri. Ia merasa tak pantas bila disandingkan dengan gadis cantik yang sebentar lagi akan debut sebagai idola panggung. Dalam jarak tiga meter saja sebelum Aimi menghampirinya, Shou dapat mencium betapa wanginya si gadis.

Sedangkan Shou? Dia hanya bocah gamer dan otaku yang penampilannya biasa-biasa saja, bahkan mungkin di bawah rata-rata.

Kacamata tebal bertengger pada wajahnya yang bulat, belum dengan berbagai jerawat yang tumbuh. Meski tubuhnya tak setambun kawan karibnya, tetapi tetap saja berisi lemak karena ia doyan mengemil dan tidak suka berolahraga. Shou memang percaya diri dengan suaranya yang gagah, makanya saat itu ia tak masalah bertukar suara lewat gim dengan Aimi, tetapi jika bertatap langsung seperti ini…

kuso².

Shou belum siap bertemu dengan cinta pertamanya.

Dengan susah payah, Shou langsung menghindari pelukan Aimi. Bocah laki-laki itu berakhir membuang napas lega saat gadis itu tak berhasil meraihnya. Bisa-bisa, keringat di badannya menempel pada Aimi. Apalagi, ia tak mau Aimi melihat tampangnya yang menyedihkan dari dekat. Bagaimana ia bisa bertemu cinta pertamanya setelah sekian lama dengan penampilan menggelikan seperti ini?

"A-aku akan membeli tiketmu!" ucap Shou tiba-tiba.

“Eh?”

Aimi hanya bisa ternganga. Entah apa yang membuatnya terkejut, sentakan Shou ataukah niat baik Shou yang ingin membeli tiketnya.

Mata yang diperhatikan Shou lantas berubah berkaca-kaca. Seketika, air menggenang di pelupuk mata itu dan meleleh melewati pipi. Shou lekas saja dibuat panik. Ia gelagapan dan kebingungan. Orang-orang bisa salah sangka, lalu polisi akan menangkapnya karena mengira Shou adalah pemuda hidung belang yang sudah berbuat mesum pada gadis itu.

Bakal makin sial hidupnya kalau seperti itu.

“Kenapa kau menangis? Apa aku mengatakan hal yang salah?” tanya Shou masih kebingungan. Dengan panik ia lalu merogoh dompetnya dan menyodorkan selembar uang 2.000 yen kepada Aimi. “Ini uangnya. Aku beli dua. Aku tidak melakukan hal yang buruk kan?”

Gadis itu lantas menggeleng. Senyuman manisnya masih terpatri di wajahnya yang basah. “Tidak. Shouya-kun tidak melakukan hal yang buruk kok. Aku saja yang terlalu bahagia karena berhasil mendapatkan penggemar pertama."

Rasanya ada gelenyar aneh di dada Shou. Tiba-tiba, dia ingin kembali berada di samping Aimi; dia ingin terus menjaga senyum manis Aimi.

Aimi lalu memberikan tiket pada Shou.

"Arigatou gozaimasu³, Shouya-kun."

Kalau saja sebelum hari ini Shou sudah menjadi versi dirinya yang lebih baik, mungkin ia tidak akan merasa rendah seperti ini. Ia benar-benar ingin memantaskan diri berada di sisi Mimi---Aimi, cinta pertama yang selalu mensupportnya.

Tiba-tiba ide gila tercetus di kepalanya.

.

.

.

Aku ingin jadi seorang idol seperti Aimi!

.
.
.

****************
***
**
*

¹Gomennasai = maaf (formal)
²Kuso = umpatan dalam bahasa jepang
³Arigatou gozaimasu  = terima kasih banyak

Become An Idol Like You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang